Beranda Opini Menjaga Persatuan dan Perbedaan

Menjaga Persatuan dan Perbedaan

Sugiyarto.S.E,M.M, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang

Oleh : Sugiyarto.S.E,M.M, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang

Tuhan menciptakan manusia dengan berbeda suku, bangsa, bahasa dan warna kulit agar manusia saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya. Eropa, Amerika, Asia termasuk Timur Tengah dan Indonesia memiliki perbedaan budaya dengan kelebihan dan kekurangan masing – masing dan tidak akan pernah bisa disatukan oleh siapapun.

Ketika awal pemerintah mengumumkan secara resmi pandemi Covid-19 dan pembatasan sosial berskala besar di berlakukan, masyarakat diminta untuk tidak keluar rumah dan membatasi aktivitas di luar rumah yang tidak penting serta mulai menata kehidupan normal baru dengan melakukan penyesuaian kehidupan normal baru. Termasuk dunia industri, pendidikan, perkantoran secara bertahap mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan normal baru.

Sekolah dan kampus diminta supaya melakukan pembelajaran secara daring. Walaupun Menteri Pendidikan melalui kanal YouTube Kementerian Pendidikan (20/11/2020) menyampaikan mulai Januari 2021 sekolah diperbolehkan mengadakan tatap muka dengan enam persyaratan khusus. Pada awal PSBB perkantoran, pusat belanja, transportasi umum dibatasi kapasitasnya, untuk memotong mata rantai penyebaran Covid-19.

Tidak hanya Indonesia yang menerapkan kebijakan ini tapi semua negara di dunia melakukan hal yang sama. Dampak dari pembatasan pergerakan manusia yang dilakukan secara bersamaan di seluruh dunia, membuat perekonomian dunia melambat cenderung mengalami kontraksi, semua kegiatan ekonomi berhenti, permintaan barang dan jasa mengalami menurun secara drastis. Banyak perusahaan merumahkan karyawan karena tidak sanggup membayar gaji.

Singapura negara Asia pertama yang mengalami resesi karena perekonomian mereka mengandalkan pariwisata dan perdagangan, begitu juga negara yang mengandalkan pasar ekspor akan terkena dampaknya. Hanya dengan kesadaran dan disiplin masyarakat yang tinggi akan membantu usaha pemerintah dalam mengatasi penyebaran Covid-19.

Indonesia termasuk negara besar yang memiliki jumlah penduduk terbesar ketiga di dunia, dengan keuntungan demografi. Sangat disayangkan tingkat pemahaman masyarakat kita dalam menyikapi pandemi Covid-19 masih rendah, bahkan ada sebagian masyarakat menganggap bagian dari konspirasi.
Dibutuhkan peran dari tokoh masyarakat untuk selalu mengingatkan warganya di lingkungan masing – masing untuk selalu menjalankan protokol kesehatan

Sangat disayangkan masih ada tokoh masyarakat yang memberikan contoh tidak baik. Masyarakat kita ini sangat heterogen, dengan perbedaan yang ada seharusnya menjadi sebuah kekuatan bangsa bukan merasa paling kuat. Ini negara hukum dan semua harus taat hukum.
Kenapa pelangi indah untuk dilihat? Karena warni – warni. Kenapa lukisan indah untuk dilihat? Karena adanya perpaduan warna yang berbeda. Kenapa musik enak didengar? Karena diaransemen dengan baik dari berbagi alat musik yang berbeda sehingga menjadi nada yang harmonis. Coba kalau seorang penyanyi hanya diiringi dengan alat musik drum, maka jadi terdengar aneh!.

Lukisan, pelangi serta musik memberikan pelajaran kepada kita bahwa segala macam perbedaan adalah anugrah dari Tuhan yang harus dijaga bukan untuk dihancurkan bagi orang yang mau berfikir. Musuh kita bersama saat ini adalah Covid-19 yang tidak terlihat namun bisa menyerang siapa saja. Jangan memberikan beban tambahan kepada negara kalau tidak bisa membantu memberikan solusi. Kalaupun tidak sepakat dengan usaha pemerintah, gunakanlah cara yang santun dalam memberikan masukan. Indonesia tidak hanya Jakarta, tapi dari Sabang sampai Merauke. Kalau ingin jadi pemimpin dan merasa punya pendukung silakan bergabung dengan partai politik yang ada, jika cocok dan punya modal anda bisa mendirikan partai sendiri.

Tugas pemerintah melindungi rakyat tanpa membedakan suku, agama dan golongan yang jamin oleh undang – undang. Walaupun dalam prakatiknya masih ada yang belum sempurna dalam menjalankan amanat undang – undang, bukan berarti apa yang sudah dikerjakan oleh pemerintah dianggap salah. Objektivitas menilai keberhasilan seseorang harus di lakukan secara objektif bukan karena suka tidak suka. Kita harus memberikan kesempatan dan masukan kepada pemerintah dengan jalur yang benar sesuai dengan undang-undang berlaku, agar kehidupan bermasyarakat dan bernegara tidak terganggu.

Banyak fasiltas negara yang rusak setiap ada kegiatan dalam menyampaikan aspirasinya melalui demontrasi, tentu hal ini sangat disayangkan. Sarana umum yang ada dibangun dengan uang negara yang diperoleh dari rakyat, harus hilang dalam waktu sekejap. Apakah dengan merusak fasilitas umum, permasalahan akan selesai?. Ternyata tidak, bahkan menimbulkan permasalahan baru.

Beban keuangan negara dalam kondisi normal sudah berat apalagi dalam kondisi pandemi Covid -19, defistit APBN semakin besar, karena imbas dari berkurangnya penerimaan negara. Sementara subsidi bantuan langsung tunai, bantuan modal usaha mikro, insentif tenaga kesehatan, dan subsidi lainnya diberikan oleh pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi.

Marilah kita memberikan contoh yang baik kepada masyarakat untuk menghargai pemimpin. Jadilah panutan yang baik untuk semua golongan walaupun kita berbeda. Manusia paling mulia disisi Tuhannya, bukan dilihat dari berapa banyak pengikutnya.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini