Beranda Opini Covid-19 Membuat Perekonomian Dunia ‘Masuk Angin’

Covid-19 Membuat Perekonomian Dunia ‘Masuk Angin’

Ilustrasi - foto istimewa detik.com

Oleh : Sugiyarto, S.E.,M.M, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang

Pelambatan pertumbuhan ekonomi akan di alami oleh seluruh negara di dunia. Bahkan kemungkinan akan terjadi resesi global. Menurut data laporan IMF proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang di keluarkan selasa, (14/02/2020 ). China yang selalu mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia, di perkirakan di tahun 2020 ini hanya akan tumbuh 1,2 %. Bahkan JP Morgan memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2020 ini akan minus 1,1%,
India merupakan negara dengan populasi terbesar kedua di dunia di perkirakan hanya tumbuh 1,9%. Dunia tahu bahwa China selain memiliki daya beli yang kuat di dalam negeri, mereka juga memiliki pasar export luar biasa kuat dan selalu surplus neraca perdagangan mereka.

Negara maju seperti Amerika hingga saat ini masih kewalahan menghadapi masuknya produk China, sampai pemerintah Amerika membuat kebijakan memberlakukan tarif bea masuk tinggi terhadap produk China. Perang tariff ini akhirnya banyak membuat pengusaha eropa dan amerika yang ada di China mulai cemas dan tidak sedikit yang melakukan relokasi industry ke negara asean.

Menurut IMF Indonesia di perkirakan mengalami pertumbuhan 0,5% pada tahun 2020. Ini adalah pertumbuhan paling rendah jika di bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama delapan belas tahun terakhir, dimana sejak tahun 2002 – 2019 rata – rata tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5.27% . Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 ini 2,3%, lebih optimis di bandingkan dengan proyeksi dari IMF.

Menurut Undang – Undang APBN defisit di tetapkan pada angka Rp307,2 trilyun selanjutnya di koreksi kembali menjadi Rp. 852,9 trilyun. Melalui Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 di tetapkan difisit APBN menjadi Rp.1.039,2 trilyun. Usaha pemerintah dalam usaha memutus mata rantai penyebaran covid-19 banyak menguras APBN hingga membuat defisit mencapai Rp.1.220.3 triliun.

Pelebaran defisit ini tentu akan memiliki konsekuensi penarikan hutang luar negeri atau dengan penerbitan surat berharga negara ( SBN ) konvensioanl dan nokonvesional di dalam negeri.
Imbas dari munculnya pandemi covid 19, tidak hanya berimbas pada perekonomian Indonesia.namun hampir seluruh negara dunia secara global terkena dampak dari pandemic covid 19 ini. Banyak negara di dunia menutup dan membatasi akses orang asing masuk melalui bandara mereka, dampaknya pegerakan manusia dan bisnis juga ikut berhenti. Bahkan banyak negara telah memberlakukan jam malam.

Bahkan pemerintah Indonesia melalui kementerian keuangan mengeluarkan Peraturan Mentri Keuangan Nomor 28 Tahun 2020 yang memberikan isentif PPN dan PPh untuk masa pajak April hingga Sepetember 2020 kepada wajib pajak .

Dengan adanya pelonggoran dari PSBB menuju normal baru dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat, di harapkan perekonomian bisa kembali berputar. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani,dengan menurunya aktivitas perekonomian, kemungkinan besar terjadi penurunan penerimaan negara sekitar 10% di tahun 2020
Saat ini daya beli masyarakat menurun. Mereka hanya berfikir bagaimana bisa bertahan hidup dengan tabungan yang di miliki. Sementara aktivitas masyarakat juga di batasi, konsekuensinya banyak biaya yang harus di keluarkan oleh pemerintah untuk memberikan subsidi kepada masyarakat berdampak, sehingga APBN banyak terkuran untuk pemberian subsidi.
Kita tahu beberapa kementrian, mulai hadir memberikan bantuan masyarakat yang terdampak. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengurangi beban hidup masyarakat yang membutuhkan bantuan terdampak covid – 19, selain untuk menjaga pertumbuhan ekonomi melalui subsidi tersebut.

Untuk mendorong pemulihan perekonomian, pemerintah menyediakan dana sebesar Rp. 150 trilyun untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi agar segera kembali berputar dalam kehidupan normal baru, walaupun belum semua sektor industry di mulai di buka.
Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang memiliki daya beli dalam negeri yang sangat besar dengan keunggulan demografinya memiliki peluang pemulihan perekonomianya lebih cepat di bandingkan dengan negara lain Menurut Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi ( OECD) pada laporan proyeksi ekonomi yang di terbitkan (10/6/2020) pertumbuhan ekonomi global baru akan berangsur pulih pada tahun 2021 dan di perkirakan perekonomian global akan tumbuh sekitar 2,8%.

Sementara pemerintah Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini sekitar 2,3 persen sampai minus 0,4 persen. Kita semua sebagai warga negara harus optimis bahwa kita bisa mewujudkan pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjalankan anjuran yang sudah di tetapkan oleh pemerintah melalui kementrian kesehatan untuk selalu menggunakan masker di tempat umum, selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan handsanitizer dan selalu menjaga jarak. Sebagian perkantoran dan pusat bisins sudah mulai di buka dan di harapkan pelaku usaha dan masyarakat bersama – sama memiliki komitment yang sama untuk tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat dalam kehidupan normal baru.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini