Beranda Opini Mencari Solusi di Tengah Wabah

Mencari Solusi di Tengah Wabah

Ilustrasi - foto istimewa hellosehat.com

Oleh : Dewi Ummu Hushiny, Pemerhati Kebijakan

Isolasi mandiri kembali mengemuka. Wacana yang telah lama digaungkan sejak awal wabah namun diabaikan dengan alasan ekonomi kini menjadi pertimbangan, pasca persebaran persebaran wabah yang semakin tak terkendali. Misalnya, kebijakan Pemerintah DKI Jakarta yang akan meniadakan isolasi mandiri khusus bagi pasien positif Covid-19 bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG). Mereka harus menjalani isolasi di tempat yang disediakan pemerintah, baik rumah sakit, Wisma Altlet, dan lokasi lainnya, bukan di rumah masing-masing. TEMPO.CO.

Kebijakan tersebut mendapat dukungan dari pihak yang berpendapat bahwa upaya isolasi komunal akan menjamin bahwa pasien covid 19 akan mendapat pengawasan ketat untuk ‘betah’ di isolasi. Dengan demikian rantai penyebaran virus akan terputus. Sebagaimana pendapat dua epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono dan Pandu Riono, pernah melontarkan kritikan soal isolasi mandiri. Tri mengingatkan jumlah pasien positif Covid-19, tak terkecuali di Jakarta, bisa membeludak jika masih diterapkan isolasi mandiri.Sebab, isolasi mandiri tidak dapat menjamin pasien Covid-19 berdiam di rumah, apalagi tanpa adanya pengawasan ketat. “Apakah bisa dijamin yang diisolasi tetap di rumah? Kan tidak bisa dijamin,” tuturnya. TEMPO.CO.

Isolasi mandiri yang dilakukan saat ini berjalan tidak efektif karena masyarakat masih harus keluar rumah untuk memenuhi hajat hidupnya, hal itu dilakukan karena pemerintah yang hanya bisa menghimbau untuk “ stay at home “ tanpa menjamin kebutuhan rakyat. Memang tinggal dirumah bisa mencegah laju penularan virus korona, namun bagi mereka yang tak berpunya,sama saja tinggal dirumah akan mati karena kelaparan yang menyiksa.

Belum lagi orang orang yang ‘bandel’ tak mau mengikuti isolasi karena menganggap wabah ini hanya konspirasi, mereka melenggang tanpa risih akan tertular atau tanpa sadar telah berbagi virus yang mewabah ini. Sangat berat menghadapi wabah sendiri, seperti para tenaga medis yang merelakan diri untuk berperang dengan senjata dan perlindungan seadanya.

Bahkan ratusan nakes yang telah tumbang sebagai garda terdepan menuntaskan wabah tanpa pamrih.
Tak murah memang untuk memenuhi anggaran belanja wilayah yang dikarantina. Namun bila negara bertanggung jawab, akan mengelola dan mengurusi kekayaan negara yang melimpah ruah. Asalkan negara mampu, mengambil alih aset aset dan sumber daya alam yang dikuasai asing, pastilah jaminan kebutuhan rakyat yang dikarantina bukan hanya mimpi belaka.

Sejatinya, menyediakan makan, air dan tempat yang memadai untuk isolasi menjadi tanggung jawab negara, tidak hanya di saat wabah, tapi juga dalam kondisi aman, negara wajib memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya, sandang, pangan dan papan.

Begitu juga melengkapi alat kesehatan dan perlindungan diri (APD) bagi para nakes adalah hal yang wajib. Sebagaimana keamanan dan pendidikan, kesehatan juga menjadi ranah yang wajib di kelola oleh negara bukan swasta apalagi pengusaha.
Demikianlah solusi yang di ajarkan nabi, untuk mengisolasi atau karantina ketika terjadi wabah.

Namun sayangnya solusi itu ditinggalkan dan memilih membuka wilayah, membuka wilayah untuk menghadapi wabah, dengan yakin berkata tak akan bisa korona masuk di negara kita, dengan bangga memanggil warga dunia untuk berwisata. Akibatnya,lihatlah dunia menutup pintunya untuk kita, karena ledakan kasus korona yang semakin menggila.

Sejatinya, isolasi atau karantina wilayah adalah kebijakan awal yang harus diambil oleh penguasa, sebagai solusi untuk mengatasi wabah yang tengah melanda. Meski harus menggelontorkan segenap sumber daya untuk menjamin kebutuhan wilayah yang sedang di isolasi. Karantina wilayah adalah solusi sebagaiman sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits,
Artinya: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

Belum terlambat bila karantiana wilayah dilakukan, karantina pembawa virus dan area tertentu yang menjadi sumber sebaran inilah yg direkomendasikan Islam, bukan lockdown total (blanket lock down). Kebijakan ini harus diambil segera oleh negara, agar laju penyebaran wabah tidah meluas dan dapat memutus mata rantai penularan. Tentu dengan negara yang menyediakan semua fasilitas dan sarana.

Demikianlah Islam mengajarkan kita untuk mencari solusi ketika tertimpa masalah. Wabah itu takdir yang maha kuasa, namun upaya kita adalah amal yang akan dipertanggung jawabkan dihadapanNya. Berusaha kemudian bertawakal.

Artinya: Anas bin Malik menceritakan seorang laki-laki yang berkata, “Ya Rasulullah SAW, apakah aku harus mengikat untaku dan bertawakal pada Allah SWT atau melepaskannya dan bertawakal pada Allah SWT?” Rasulullah SAW berkata, “Ikat untamu dan bertawakal pada Allah SWT.” (HR At-Tirmidzi).

Wallohu ‘alam

(**)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini