Beranda Uncategorized Ini Kata Pengamat Soal Rendahnya Elektabilitas Jokowi di Banten

Ini Kata Pengamat Soal Rendahnya Elektabilitas Jokowi di Banten

Presiden Jokowi didampingi Sulan Banten Ratu Bagus Bambang Wisanggeni, Ketua DPRD Banten Asep Rahmatullah, Gubernur Banten Wahidin Halim, dan Kapolda Banten Brigjen Pol Teddy Minahasa Putra ziarah ke Banten Lama. (Foto: Istimewa)

SERANG – Akademisi Untirta Leo Agustino menilai, ada tiga variabel yang menjadi faktor penyebab kedodorannya suara pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin di Provinsi Banten. Pertama, mesin partai politik yang mengusung paslon nomor 01 itu dianggap belum bergerak semenjak tahapan kampanye dimulai.

“Mesin partai ini saya kira agak lamban. Soalnya, dalam pemilihan yang serentak ini, caleg yang maju lebih banyak menyodorkan dirinya kepada masyarakat dari pada capres yang ia dukung. Sehingga kelihatannya, partai juga lebih memprioritaskan caleg-caleg ini agar lebih muncul ke permukaan,” kata Leo, Rabu (16/1/2019).

Kondisi ini kata Leo, bisa terjadi lantaran parpol masih disibukkan dengan urusan persyaratan presidential threshold 20 persen. Jika parpol pada pemilu kali ini tidak bisa memenuhi persyaratan tersebut, maka dipastikan mereka tidak bisa ikut lagi dalam kontestasi politik 2024.

“Supaya mereka bisa ikut pemilu, partai condongnya lebih memilih untuk menonjolkan calon-calon yang mereka usung agar lebih banyak dipilih masyarakat. Karena kalau tidak begitu, di 2024 mereka berpotensi enggak bisa ikut pemilu kalau tidak cukup persyaratannya,” ujar Leo.

Faktor yang kedua, kekalahan Jokowi di Pemilu 2014 masih berpengaruh terhadap elektabilitas dari pasangan 01 tersebut. Apalagi kata Leo, isu-isu negatif seperti PKI, antek asing, masih menjadi persoalan serius yang menyerang kubu petahana hingga sekarang. “Ini jadi persoalan berat untuk tim kampanye di Banten,” tuturnya.

Meskipun kini elektabilitas Jokowi di Banten mulai mengalami perbaikan, namun hal itu dinilai masih belum cukup. Kata Leo, TKD di Banten harus bekerja secara ekstra terutama mengcounter isu-isu negatif tersebut mengingat pemilihan presiden hanya menyisakan waktu kurang dari 90 hari.

“TKD-nya sekarang harus kerja ekstra. Apakah mereka bisa mengelola suara dengan baik atau tidak, karena waktunya juga sudah mepet. Sekarang agak riskan kalau hanya main dalam konteks wacana. Sekarang bukan hanya soft selling yang harus dilakukan TKD dan relawan, tapi juga sudah harus hard selling. Kampanye secara door to door kepada masyarakat,” ucap Leo menjelaskan.

Faktor yang ketiga, yaitu suara di Banten dianggap sudah aman oleh kubu Prabowo-Sandiaga Uno. Kata Leo, paslon 02 itu sedang memfokuskan kemenangannya di wilayah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan sejumlah daerah lain di luar Pulau Jawa.

“Dalam konteks ini mereka ingin menyerang jantung suara Pak Jokowi di kota kelahirannya. Makanya kan, pusat kegiatan kampanye mereka dipindahkan ke Jateng. Karena mereka menganggap daerah basis mereka seperti Jakarta, Jabar dan Banten sudah pasti menang. Oleh karena itu, mereka harus menang di daerah lainnya,” tuturnya.

Namun, kondisi ini kata Leo masih bisa berubah sebelum pemilihan presiden dimulai. Tim kampanye di daerah menurutnya, menjadi penentu apabila calon yang ingin diusungnya bisa menang di Pemilu 2019.

“Masih ada waktu kurang dari 3 bulan lagi, tinggal tim kampanyenya saja digenjot. Sebab bisa jadi, ini nanti akan berbalik menjelang pemilihan. Tinggal tim kampanye 01 sama 02 bisa cermat memperhitungkan segala kemungkinan,” ujar Leo. (You/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News