Beranda Opini Eksistensi Industri Teater di Tengah Badai Pandemik

Eksistensi Industri Teater di Tengah Badai Pandemik

Ilustrasi - foto istimewa Merdeka.com

Oleh : Yulyan Iftanurohman, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sejak Indonesia terkonfirmasi Covid-19 awal maret 2020, semua lembaga baik pemerintah maupun swasta gencar-gencarnya menunda, membatalkan, bahkan menutup tempat yang sifatnya berkerumun. Sanksi berat menanti pihak-pihak yang berani mencoba membangkang, mulai dari menegur sampai mencabut izin kegiatan. Oleh sebab itu presiden RI Joko Widodo menginstuksikan ibadah, bekerja, dan belajar dari rumah. Pun halnya dengan industri seni yang secara umum mengundang jumlah massa yang banyak seperti pertunjukan teater tak luput dari dampak pandemik ini.

Kata teater berasal dari bahasa Yunani teatron yang berarti tempat melihat, atau area tinggi tempat meletakkan sesajian untuk para dewa. Ada pula yang mengartikan teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan (tradisional, rakyat, kontemporer) baik di panggung tertutup atau di area terbuka. Apabila sebuah tontonan mencakup “Tiga Kekuatan”, yakni pekerja, tempat, penikmat, atau ada “Tiga Unsur” yakni bersama, saat, tempat. Maka, peristiwa itu adalah teater. Nano Riantiarno, seorang penggiat sekaligus sutradara dan pendiri teater Koma menyebutkan bahwa teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsa (kehendak) mewujud dalam suatu karya (seni). Lebih lanjut menurut Nano teater juga berarti tempat pertunjukkan. Drama menjadi terwujud bentuknya di dalam teater. Tapi, teater juga bisa berarti seluruh kegiatan, seperti tempat, isi, bentuk kegiatan, dan kelompok penggiat yang saling berhubungan.

Menurut Sapardi Joko Damono, terdapat tiga unsur yang harus dipenuhi dalam pertunjukan teater, yaitu unsur naskah, unsur pementasan, dan unsur penonton. Namun dengan adanya pandemik yang mengharuskan kegiatan serba dari rumah, unsur penonton agaknya diubah keberadaannya karena sifatnya dapat menimbulkan kerumunan. Oleh sebab itu para penggiat teater harus memutar otak untuk saling menyatukan gagasan bagaimana caranya teater harus tetap eksis di tengah badai pandemik dan dapat dinikmati masyarakat dengan aman tanpa harus berkerumun datang ke gedung pertunjukan. Pilihan terbaik dengan mengubah media tontonan yang biasanya datang langsung menjadi cukup menonton di rumah dengan menggunakan media virtual. Adapun yang perlu diperhatikan dalam pertunjukan teater secara virtual adalah sebagai berikut.

A. Tata Panggung

Bagi teater, tata panggung mengambil andil besar serta ikut mengasah penajaman makna terhadap pesan-pesan yang disampaikan. Tata panggung menurut Nano terbagi menjadi dua jenis, yaitu panggung prosenium dan panggung arena. Panggung prosenium merupakan panggung yang hanya dapat dilihat oleh penonton dari sisi depan saja dengan karakteristik panggung berbentuk kotak. Pada sisi kanan, kiri dan belakang bisa dijadikan jalan keluar masuk pemain dan peletakan dekor.

Sifatnya yang dapat dilihat hanya satu sisi ini kurang menguntungkan karena jika di tengah diletakkan dekor maka bagian belakang dekor tidak akan tampak. Maka dari itu, penting mengatur tinggi atau rendahnya area permainan. Sedangkan Panggung arena adalah panggung yang dikelilingi penonton sehingga setiap sudut bisa dilihat oleh penonton dengan karakteristik panggung berbentuk bulat. Sekeliling panggung dapat dimanfaatkan untuk jalan keluar pemain dan pergantian dekor. Sifatnya dapat dilihat dari berbagai sudut maka perlu kehati-hatian karena dapat mengganggu pandangan penonton ataupun bagian belakang dekor yang terlihat oleh sebagian penonton. Biasanya penggunaan panggung arena dilakukan di area terbuka.

Misalnya pada teater tradisional ubrug, dombret, topeng, atau lenong. Pementasannya yang dikelilingi penonton seringkali membuat penonton berinteraksi dengan pemain. Letak panggung dari kedua jenis tersebut memiliki jarak dengan penonton, oleh sebab itu volume suara harus lebih keras, bicara tidak terburu-buru, dan lain sebagainya. Maka manajer panggung (stage manager) bertanggung jawab penuh mengatur dekor agar pementasan berjalan dengan lancar.

Dalam pertunjukan virtual mata yang digunakan untuk melihat tata panggung/stage atau adegan bukan lagi mata manusia yang dapat melihat ke arah mana saja, melainkan mata kamera yang mengambil alih peran tersebut. Oleh sebab itu penempatan kamera harus diatur sedemikian rupa karena penglihatan penonton akan tertuju kepada hasil penempatan kamera. Kemanapun arah kamera menangkap gambar maka hasil itulah yang akan disaksikan penonton.

Selain itu kualitas kamera juga harus dipertimbangkan karena setiap kamera memiliki karakter, kekurangan dan kelebihannya masing-masing terlebih jenis lensa apa yang digunakan pada kamera tersebut. Untuk mendapatkan hasil gambar yang terbaik gunakan kamera lebih dari satu, agar videographer dapat menempatkan kamera pada tempat tertentu sehingga sudut pandang yang diambil kamera lebih banyak dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

B. Tata Cahaya

Pencahayaan dalam pertunjukan teater memiliki dua pengertian, yaitu menerangi dan menyinari. Tujuan menerangi yaitu untuk membuat suatu ruangan menjadi terang. Sedangkan tujuan menyinari ialah menerangi bagian tertentu meliputi pentas, properti, ataupun pemain, untuk memberikan efek laku dramatis atau efek suasana tertentu. Melalui kedua pengertian ini, pencahayaan dalam pertunjukan teater bertujuan untuk memberikan penerangan, memunculkan efek dramatik, estetik, dan artistik. Kesan tersebut diperoleh dari penempatan bola lampu dan efek warna cahaya. Ada beberapa tata letak lampu yang bisa digunakan sesuai kebutuhan pementasan, yaitu bola lampu diletakkan di langit-langit panggung (border), dipasang di bagian lantai, dinding, atau sudut lainnya. Penempatan bola lampu ini dibagi menjadi striplights, spotlight, floodlight.

Ada beberapa fungsi khusus pencahayaan atau tata cahaya dalam pertunjukan teater, diantaranya sebagai berikut.

1. Menerangi aktor sehingga terlihat jelas karakter fisik, psikis, dan sosial oleh penonton.
2. Memberikan efek alami seperti jam, musim, cuaca dan suasana. Warna lampu hijau cerah menandakan pagi, warna kemerahan menandakan sore. Memberikan atmosfer sesuai dengan tuntutan naskah.
3. Memberikan efek dekorasi untuk lebih berwarna dan hidup. Tata cahaya juga dapat digunakan untuk menghadirkan siluet, bayangan, bahkan dapat mengarah pada fokus-fokus di panggung. Selain itu tata cahaya juga dapat untuk menggambarkan tempat dan suasana. Misalnya suasana cafe dengan lampu bergerak berwarna-warni diiringi suara hingar bingar musik.

Suasana masjid pada saat subuh di pagi hari, pasti redup bertemaram menggambarkan ketenangan untuk menghadap Tuhan. Demikian pula suasana Pura, Vihara, dan Gereja, cahaya yang dihasilkan menghasilkan efek kekhusukan.

Dalam pertunjukan virtual untuk mendapatkan efek dari tata cahaya yang sudah diatur perlu menggunakan kamera dengan spesifikasi yang baik dan settingan kamera yang sesuai dengan pencahayaan di panggung. Karena beberapa kamera memiliki karakter yang tidak cocok mengambil gambar dengan pencahayaan yang rendah atau tinggi. Selain itu settingan kamera yang kurang maksimal misalnya pengaturan pada ISO, diafragma, dan shutter speed yang buruk akan menghasilkan video yang kurang makasimal.

C. Tata Suara dan Ilustrasi Musik

Pertunjukan teater tidak hanya menyuguhkan segi pertunjukan visual, namun juga auditif (didengar). Hal-hal yang menyangkut tentang apa saja yang harus didengar atau diperdengarkan dalam drama biasa disebut dengan tata suara. Menurut Heryawan pada praktik pemanfaatan suara di dalam pertunjukan teater berupa sound (bunyi), voice (suara), desah, tone (nada), dan hume (dengung). Adapun penjelasan mengenai ilustrasi musik dapat diartikan sebagai musik pengiring dalam suatu pertunjukan teater. Dengan ilustrasi musik inilah suasana cerita, warna dialog, serta gambaran suasana hati dapat lebih dikonkretkan.

Pemanfaatan ilustrasi musik dalam suatu pertunjukan teater biasanya menggunakan dua cara, yaitu musik langsung atau musik yang dimainkan secara langsung menggunakan alat musik modern atau tradisional, atau bahkan menggunakan alat-alat yang tidak biasa seperti peralatan dapur agar bisa menghasilkan bunyi musik untuk mengiri pementasan, dan musik rekaman yang sudah diaransemen sendiri atau musik aransemen yang sudah disiapkan oleh pemain musik tertentu.

Penggunaan clip on, mikrofon dan mixer controller menjadi krusial dan tak kalah penting dalam menangkap dan mengolah suara yang diperoleh dari pemain maupun musik pengiring dalam pertunjukan virtual. Kualitas suara yang didengar penonton ketika pertunjukan berlangsung akan berbeda dengan yang didengar secara virtual. Oleh sebab itu dibutuhkan clip on, mikrofon, dan mixer controller dengan kualitas yang baik agar tidak terjadi sound trouble.

D. Teknologi Informasi (Information Technology)

Teknologi Informasi adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. Peran teknologi informasi menjadi sangat vital bagi penyelenggara dan penonton. Penggunaan teknologi informasi akan mempengaruhi keberhasilan pertunjukan tersebut. Misalnya ketika pertunjukan disiarkan secara langsung di youtube atau platform lainnya, sedangkan jaringan internetnya bermasalah maka kualitas siarannya pun akan terganggu seperti video terjeda sehingga hal tersebut dapat mengurangi suasana pertunjukan dan pesan yang disampaikan menjadi kurang maksimal.

Oleh sebab itu perlu kesiapsediaan yang maksimal baik dari penyelenggara maupun penonton. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka beberapa penyelenggara biasanya menggunakan metode recording. Yaitu dengan cara merekam video dan suara ketika pertunjukan berlangsung. Namun metode ini membutuhkan ruang penyimpanan yang banyak, videographer dan editor yang handal untuk mengedit video atau suara tertentu.

Teater Koma dan teater Keliling Indonesia merupakan contoh teater yang terus eksis di tengah badai pandemik dengan lakon-lakon yang menarik. Namun kita menyadari bahwa suasana dan pesan pada pertunjukan secara virtual tidak sepenuhnya kita dapat, dibandingkan dengan pertunjukan secara langsung. Bagi beberapa penikmat, bau pertunjukan dari asap, pengharum ruangan pertunjukan, bahkan pegalnya anggota tubuh menjadi poin penting dan menjadi pembawa suasana ketika pertunjukan berlangsung. Oleh sebab itu, semoga pandemik ini segera berakhir sehingga segala aktivitas kita tidak terhalang tembok canggung untuk berkerumun yaitu social distancing dan physical distancing.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini