Beranda Opini Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Lingkungan

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Lingkungan

Siswa mengenakan masker saat di sekolah - foto istimewa tempo.co

Oleh : Febriyanti Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Dunia global dilanda sebuah pandemi virus COVID-19 yang berasal dari Wuhan, China dengan kasus pertama di akhir bulan Desember tahun 2019 lalu. COVID-19 merupakan penyakit menular yang menyerang sistem pernapasan dan paru-paru yang disebabkan oleh Servere Acute Respiratory Syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) atau disebut virus Corona yang menyebabkan gejala ringan seperti demam tinggi, flu, dan batuk kering atau berdahak, sakit tenggorokan dan sakit kepala hingga gelaja berat seperti kesulitan bernapas, nyeri dada, kesulitan mengambil napas panjang, hingga infeksi paru-paru.

Gejala COVID-19 mulai terlihat pada 2-14 hari setelah terinfeksi, jika mengalami gejala ringan dapat dilakukan isolasi secara mandiri di rumah masing-masing atau dikarantina dirumah sakit terdekat. Kelompok usia lanjut dan memiliki penyakit komplikasi cenderung lebih rentan terjangkit COVID-19.

Setahun lebih dunia dilanda pandemi COVID-19, pada Sabtu, 13 Maret 2021 terdapat 223 negara dengan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 118.754.336 jiwa, meninggal dunia 2.634.370 jiwa (sumber WHO). Di Indonesia pada Sabtu, Maret 2021, terkonfirmasi positif COVID-19 1.414.741 jiwa dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 1.237.470 jiwa ( covid19.go.id ).

Pandemi COVID-19 telah merubah cara hidup masyarakat dan pergerakan menjadi serba terbatas di setiap pekerjaan dan interaksi sosial masyarakat. Protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah menuntut masyarakat untuk tetap berada didalam rumah guna mengurangi penyebaran COVID-19 di Indonesia. Pandemi COVID-19 berdampak pada dunia pendidikan, seperti gedung sekolah ditutup untuk menghindari kerumunan dan kegiatan belajar mengajar dilakukan secara ­­online menggunakan aplikasi pada ponsel pintar.

Dampak terhadap bidang ekonomi, seperti merumahkan karyawan dan mengurangi jumlah karyawan serta memberlakukan sistem work from home. Penerapan New Normal atau kebiasaan baru dengan selalu memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizier serta menjaga jarak antar satu sama lain. Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) serta lockdown dibeberapa daerah yang mengurangi aktivitas serta mobilitas manusia diluar ruangan.

Dampak lockdown juga berdampak positif dan negatif bagi lingkungan, dampak positif bagi lingkungan seperti pengurangan polusi udara dan emisi gas rumah kaca, pengurangan polusi air, dan pengurangan kebisingan. Pandemi COVID-19 telah membatasi aktivitas manusia diluar ruangan dan terhentinya kegiatan pada sektor industri yang menyebabkan penurunan emisi secara global. Semua transportasi umum pun membatasi jumlah kendaraan yang beroperasional dan jam terbangnya. Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) merilis bahwa emisi CO2 ­­dunia tercatat mengalami penurunan hingga 17% akibat karantina COVID-19 yang diterapkan di berbagai Negara.

Hampir setengah (43%) dari penurunan emisi global sektor transportasi dan industry, terutama kendaraan bermotor dan pabrik manufaktur komersial (bbc.com, 24 Mei 2020). Biasanya, emisi NO2 dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dan 80% berasal dari kendaraan bermotor. Emisi NO2 juga berinteraksi dengan O2 dan H2O menyebabkan hujan asam, dan beberapa penyakit pernapasan pada manusia (USEPA, 2016). The European Enviromental Agency (EEA) telah memprediksi bahwa emisi NO2 di berbagai kota Eropa telah turun 30-60% akibat lockdown COVID-19 (EEA, 2020). Dampak lockdown akibat COVID-19 juga berpengaruh terhadap pengurangan polusi air.

Dilaporkan bahwa selama lockdown COVID-19, Grand Canal di Italia kembali bersih dan memunculkan kembali spesies yang ada didalam air (Clifford,2020). dan pengurangan polusi air di daerah pantai seperti di Indonesia. Pengurangan polusi kebisingan akibat suara dan aktivitas manusia pun berkuarang dikarenakan karantina dan lockdown yang membatasi manusia untuk keluar rumah dan beraktivitas.

Selain memiliki dampak positif, pandemi COVID-19 juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Selama masa pandemi COVID-19 terdapat protokol kesehatan yang harus dijalankan setiap individu seperti selalu memakai masker dan mencuci tangan menggunakan air mengalir atau hand sanitizier dan selalu melakukan penyemprotan disinfektan disetiap tempat publik. Penggunaan disinfektan secara berlebih merupakan suatu perbuatan membuang-buang air, dan juga dapat membunuh mikroorganisme baik akibat salah target yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekologi.

Penggunaan masker sekali pakai juga mencemari lingkungan sehingga berdampak pada menumpuknya sampah plastic dan sampah medis yang harus langsung dilakukan pembakaran sempurna sampah tersebut untuk mencegah penyebaran COVID-19. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menyebutkan bahwa sampah plastik domestik meningkat dari 1-5 menjadi 5-10 gram per hari per individu karena pandemi Covid-19. Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat kenaikan produksi limbah medis saat ini sebanyak 290 ton limbah medis per hari (idnfinancials.com, 2020).

Meskipun dampak positif penurunan emisi NO2 dan CO2, pengurangan polusi udara, air, dan kebisingan selama masa pandemi COVID-19 ini bersifat sementara dan dalam waktu yang tidak dapat dipastikan kapan. Namun diharapkan masyarakat global tetap menjaga lingkungan sekitar, menghemat air, dan tidak buang sampah plastik dan sampah medis sembarangan serta mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan beralih ke bahan bakar alternative. Selama masa pandemi COVID-19 ini kita dapat mencoba berbagai macam hobi baru yang ramah lingkungan, seperti  pemanfaatan lahan minimalis untuk bercocok tanam secara hidroponik ataupun vertikal garden, serta merawat tanaman hias.

Semoga kita senantiasa dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita dapat melalui masa-masa sulit pandemi COVID-19 ini dengan keadaan sehat. Mari bersama-sama mengambil hikmah dari pandemi COVID-19 ini untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berkontribusi terhadap perubahan lingkungan yang lebih berkualitas.
Daftar Pustaka

Clifford, C., 2020. The Water in Venice, Italy’s canals is running clear Amid the COVID-19 lockdown. https://www.cnbc.com/2020/03/18/photos-water-in-venice-italys-canals-clear-amid-covid-19-lockdown.html

EEA, 2020. Air pollution goes down as Europe takes hard measures to combat Coronavirus. European Environmental Agency (EEA), Copenhagen. https://www.eea.europa.eu/highlights/air-pollution-goes-down-as

“Informasi Penanganan COVID-19 di Indonesia” 13 Maret 2021, https://covid19.go.id , diakses 13 Maret 2021.

“Kualitas udara Jakarta selama PSBB membaik, namun tingkat  polutan berbahaya PM 2.5 tetap konsisten” 24 Mei 2020, https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52755813 , diakses 12 Maret 2021

“Limbah Plastik dan Medis Meningkat karena Covid-19,” 8 Juni 2020. https://www.idnfinancials.com/id/news/34596/household-plastic-waste-medical-waste-increase-covid-pandemic , diakses 12 Maret 2021.

Science Daily, 2020.

Tanjema Rume,S.M. Didar-Ul Islam, 2020. Jurnal Enviromentals effects of COVID-19 pandemic and potensial strategies of sustainability. Jahangirnagar University. www.cell.com/heliyon, diakses 12 maret

USEPA, 2016. Nitrogen Dioxide (NO2) Pollution. https://www.epa.gov/no2-pollution/basic-information-about-no2

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini