Beranda Opini Corona Ujian atau Teguran?

Corona Ujian atau Teguran?

Oleh Nur Indah Kumala, mahasiswa KPI 4A Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin, Banten.

Di akhir Desember 2019 ada sebuah musibah yang Dahsyat turun ke bumi. Dimana musibah ini bersifat global, dan hampir semua mahluk bumi merasakan dari musibah ini. Dampak nya sangat berpengaruh besar terhadap berjalannya aktifitas mahluk bumi. Membuat aktivitas yang tadinya normal sempat lockdown selama berbulan-bulan, membuat para pelajar/Mahasiswa diharuskan
untuk belajar secara Daring di rumah, para pekerja diharuskan WFH (Work From Home). Bahkan yang bekerja menjadi kehilangan pekerjaannya. Tidak hanya itu, musibah ini membuat jarak dan sekat satu sama lain, yang harusnya bertatap muka diharuskan untuk secara virtual melalui media.

Musibah yang dahsyat dimana tidak ada satupun Negara atau orang yang paling berkuasa dan tinggi jabatan sekali pun bisa menghindari musibah ini. Musibah ini bernama Corona atau dalam bahasa ilmiahnhya adalah COVID-19. Dinamakan COVID-19 karena singkatan dari Corona Virus disease 2019. Dimana awal kemunculannya itu di akhir 2019 yang asal mulanya dari Wuhan China.

COVID-19 adalah sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang bernama Corona. Sebagian besar orang yang tertular COVID-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang bahkan berat hingga mengakibatkan kematian. Hal ini tentu membuat penduduk bumi menghadapi situasi yang sulit dan berat. Banyak orang yang menganggap musibah ini adalah ujian, ada juga yang beranggapan musibah ini adalah teguran. Tidak sedikit orang-orang menyerah menghadapi situasi sulit ini.

Bahkan banyak diantara kita yang Kufur dan menganggap musibah ini adalah ujian yang melewati batas kemampuannya. Padahal jika kita telaah lebih jauh, Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hambanya. Terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 286 :
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَا عْفُ عَنَّا ۗ وَا غْفِرْ لَنَا ۗ وَا رْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikul kan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikul nya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.””
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)

Dalam surat Al-Baqarah ayat 286 ini dijelaskan bahwa allah mengirimkan ujian kepada manusia sesuai kesanggupan dari hambanya. Adapun ujian bagi orang-orang yang beriman adalah sebagai ujian untuk meningkatkan ketakwaan dan melatih kesabaran. Jika sabar dalam menjalani ujian yang Allah berikan dan terus meningkatkan ketakwaan allah akan memberikan pahala dan kebahagiaan kelak di
akhirat.

Tetapi ujian yang Allah turunkan untuk orang-orang yang telah melampaui batas adalah
untuk membuat orang-orang tersebut sadar untuk kembali kejalan Allah, dan teguran serta
peringatan agar tidak melakukan perbuatan tersebut. Ujian dan cobaan ini diperuntukan untuk orang yang beriman ataupun yang tidak beriman kepada-Nya.

Hal ini seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa ujian ini bagi orang muslim yang beriman adalah bentuk pelatihan mental dan ujian agar hambanya senantiasa sabar menghadapi cobaan dan mempertebal keimanan. Seperti dalam surat yang berbunyi innallaha ma’asshabiriin sesungguhnya
allah bersama orang-orang yang sabar. Hal ini jelas bahwa allah akan memberikan bantuan kepada siapa saja yang sabar menghadapi ujian nya dan tetap beriman kepadanya. Karena sesungguhnya Allah segan dengan orang-orang yang selalu meminta pertolongan kepadanya.

Ujian bagi orang-orang yang bermaksiat kepada allah adalah bentuk azab dan hukuman . hal ini agar mereka kembali ke jalan allah dan menghentikan perbuatan maksiat. Karena sesungguhnya balasan allah itu tergantung dari amal perbuatan kita. Jika perbuatan kita baik maka allah akan memberikan kebahagiaan kelak, begitupun sebaliknya jika perbuatan kita buruk maka balasan dari Allah adalah azab. Seperti ketika kita mendapat musibah Corona ini, adalah bentuk ujian bagi orang-orang muslim adalah untuk meningkatkan ketakwaan, sedangkan untuk orang-orang yang tidak beriman adalah sebagai bentuk teguran. Karena di dalam musibah Corona ini banyak hal yang Allah uji, diantaranya adalah diuji nya kesehatan, perekonomian, perdagangan, bahkan pendidikan yang masih online karena pandemi, Kita ambil sampelnya seperti Pandemi korona berdampak dalam sektor perekonomian. Dimana
perkonomian semakin menciut yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin. Bisa kita lihat sendiri saat ini para pekerja buruh banyak yang diberhentikan karena alasan pengurangan karyawan akibat kurangnya pemasukan saat korona. Selain buruh pekerja kantoran yang pailit dan hampir bangkrut membuat banyak karyawan yang di PHK dengan uang pesangon yang minim. Sehingga kemiskinan pun semakin bertambah di negeri tercinta ini. Padahal, jika dibandingkan dengan restoran dan mall banyak yang masih beroperasi artinya apa perusahaan yang besar itu mendapatkan izin beroperasi dari pemerintah sedangkan perusahaan kecil kurang mendapatkan support dari pemerintah.

Seharusnya pemerintah bisa lebih menyedikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat menengah kebawah, selain itu bisa memberikan jaminan pekerjaan yang layak disaat pandemi ini. Agar tidak terjadinya kemiskinan yang semakin melonjak saat pandemi. Selain itu, sebagai mahluk allah yang beriman kita senantiasa harus bisa menghadapi situasi seperti ini dengan berusaha sebisa kita, berdo’a dan bertawakal. Memang seperti pribahasa “Rezeki Dari Allah Itu Tidak Pernah Tertakar dan Tertukar”, makanya kita di haruskan untuk mencari Rezeki itu dan bertawakal. Sesungguhnya allah tidak akan mengubah keadaan seseorang kaum sebelum seseorang itu mengubah keadaan diri mereka sendiri.

Seperti dalam Surat Ar-Ra’ad ayat 11 . Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَ نْفُسِهِمْ ۗ وَاِ ذَاۤ اَرَا دَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّا لٍ

“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
(QS. Ar-Ra’d 13: Ayat 11)

Jangan sampai kita hanya berharap allah memberikan rezeki tanpa adanya usaha dari diri kita
sendiri. Kita juga harus berusaha karena qodratnya manusia memang seperti itu. Dengan usaha dan Do’a serta tawakal kepada Allah, akan diberikan rezeki seperti seluas samudera, seperti hamparan bumi yang luas dan seperti air di sebuah pegunungan yang tidak akan pernah habis. Karena sesungguhnya Allah maha pemberi rezeki yang maha Agung. Rezekinya bisa datang dari mana saja, dari siapa saja, dan kapan saja, serta melalui arah yang tidak kita sangka-sangka. Seperti dalam Surat
At-talaq ayat 3 :
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بَا لِغُ اَمْرِهٖ ۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”
(QS. At-Talaq 65: Ayat 3)

Jangan sampai juga kita sombong bahwa apa yang kita dapatkan itu hasil usaha kita tanpa adanya
campur tangan allah. Jangan seperti kaum Jabariyah yang artinya memaksa, memaksakan bahwa segala sesuatu yang di dapatkan itu berdasarkan usahanya sendiri tanpa adanya campur tangan dari
Allah.

Jangan pula seperti kaum Qadariyah yang hanya berharap kepada Allah tanpa adanya usaha
dari dianya sendiri karena Allah tidak akan mengubah keadaan seseorng sebelum dia merubah
keadaan diri mereka sendiri. Kita harus berpegang pada Prinsip As’ariyah yaitu menggabungkan
keduanya antara usaha diri kita sendiri dan do’a kepada allah sebagian orang ada yang menyebut kaum seperti ini dengan ahlu sunnah waljamaah.

Maka jadilah kita orang-orang yang beriman yang senantiasa menerima setiap ujian dan cobaan dari Allah dengan sabar dan tawakal serta terus mempertebal keimanan. Mungkin cobaan dari Allah itu adalah sebuah teguran kepada kita karena pernah melakukan perbuatan dosa di masa lalu. Maka kita harus memperbaiki diri kita dengan menjauhi segala larangannya dan melakukan perbuatan baik
serta memohon ampunan nya. Selain itu kita juga harus senantiasa berusaha dan berdo’a kepada Allah sebagai ahlusunnah waljamaah yang beranut pada prinsip As’ariyah. Karena do’a tanpa usaha
itu bohong, dan usaha tanpa do’a itu sombong. (Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini