Beranda Opini Baterai Mobil Listrik Si Game Changer

Baterai Mobil Listrik Si Game Changer

Ilustrasi mobil listrik. (seva.id)

Oleh : Eko Sulistyo
Penulis adalah Komisaris PT. PLN (Persero)

Istilah Game Changer (GC) sempat dipopulerkan Presiden Jokowi saat pidato virtual di depan Sidang Majelis Umum PBB, pertengahan September lalu. GC yang dimaksud presiden saat itu adalah vaksin, yang diharapkan bisa membawa perubahan bagi dunia melawan pandemi Covid-19. Menurut Oxford English Dictionary, GC diartikan sebagai peristiwa, ide, atau prosedur yang bisa mempengaruhi signifikan dalam cara melakukan atau memikirkan sesuatu.

Dengan demikian GC adalah faktor yang bisa mengubah keadaan secara signifikan. Meminjam kiasan Presiden Jokowi tentang GC, kita bisa mengatakan bahwa baterai kendaraan listrik (electric vehicle battery, EVB), adalah juga GC. Karena EVB tidak hanya akan mengangkat citra Indonesia, tapi juga teknologi, ekonomi, dan kemandirian energi.

Keinginan Indonesia menjadi pemain utama dalam EVB dunia, tentu ada basis empiriknya. Dengan ekosistem mobil listrik yang didukung regulasi, infrastruktur dan sumber daya mineral (terutama nikel), memunculkan peluang investasi besar dari hulu ke hilir. Pertumbuhan industri EVB dalam skala besar bagi Indonesia adalah keniscayaan.

Ketika pabrikan EVB Korea Selatan, LG Energi Solution Ltd, berkomitmen berinvestasi di industri sel EVB terintegrasi di Indonesia, nilainya 9,8 miliar dollar AS atau setara Rp 142 triliun. Maka kesepakatan atau MoU tersebut menjadi sinyal serius, baik LG maupun Pemerintah Indonesia untuk membangun infrastruktur industri EVB level dunia.

Pemerintah melalui Kementerian BUMN telah merespon dengan menyiapkan konsorsium MIND. ID atau PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), melibatkan PT Aneka Tambang, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero). Konsorsium ini akan berkolaborasi dengan pihak LG, mengembangkan industri baterai terintegrasi. Mulai dari pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining) serta industri prekursor dan katoda.

Mengenai cadangan nikel sebagai bahan dasar EVB, menurut catatan Bloomberg 2020, Indonesia berada di peringkat pertama dalam total cadangan nikel dunia sebesar 24 persen. Jelas ini angka fantastis. Demikian juga dengan kobalt dan mangan, dua unsur lain dalam EVB, yang juga melimpah di negeri kita.

Posisi Episentrum

Dengan era mobil listrik sudah di depan mata, maka kita harus bisa merebut posisi pemain utama industri EVB global. Posisi sebagai episentrum dalam manufaktur EVB telah menemukan momentumnya. Indonesia berpeluang menjadi pemain utama EVB dunia.

Secara ekonomi pemanfaatan EVB juga bisa menghemat devisa. Berdasar perhitungan kebutuhan minyak kita sekitar 1,2 juta barel per hari, separuhnya yang bisa dipenuhi dari dalam negeri. Kekuarangannya harus impor Rp 200 triliun per tahun. Tapi dengan mobil listrik yang sepenuhnya menggunakan energi domestik, tidak perlu lagi membuang devisa.

Dengan menggunakan baterai, biaya operasional mobil jauh lebih ekonomis, kira-kira seperlima dari biaya mobil dengan BBM. Jika untuk jarak tempuh yang sama, mobil konvensional membutuhkan biaya 500 ribu, mobil listrik hanya 100 ribuan. Seperti telah dipraktekkan Komisaris PLN dalam perjalanan Jakarta – Bali, hanya butuh biaya 200 ribuan, tapi dengan mobil konvensional bisa menghabiskan satu jutaan.

Perubahan ekosistem kendaraan BBM ke kendaraan listrik adalah langkah mewujudkan ketahanan energi. Ada transisi dari konsumsi energi impor menjadi energi domestik, dan penghematan biaya operasional transportasi secara signifikan. Pada gilirannya mengurangi emisi karbon dan menjadikan udara lebih bersih.

Untuk mencapai level global, setidaknya ada dua agenda yang harus dijalankan. Pertama, edukasi bagi masyarakat. Kedua, produk baterai kita harus menembus pasar dunia. Edukasi bagi masyarakat penting karena keberadaan mobil listrik belum banyak dikenal masyarakat, sedang mobil berbahan bakar fosil mudah mendapatkan BBM meski diketahui tidak sehat bagi lingkungan.

Inilah momentum yang tepat untuk mengedukasi dan sosialisai ketika manufaktur baterai masih fase persiapan. Kalua sudah tiba saatnya, ada link up antara minat menggunakan mobil listrik dan berjalannya produksi EVB. Edukasi adalah media untuk mendorong masyarakat beralih ke mobil listrik agar produksi baterai bisa diserap pasar domestik meski orientasinya ekspor.

Dalam acara peluncuruan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, pertengahan Desember lalu, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan target kendaraan listrik yang beroperasi di tanah air pada 2030 sebesar 15 juta unit, terdiri 2 juta unit roda empat dan 13 juta unit roda dua. Jumlah ini bukan angka kecil untuk pasar potensial dalam negeri bagi EVB. Belum lagi dampak penurunan emisi gas rumah kaca dari ribuan ton CO2 emisi yang bisa dihitung.

Soal ikhtiar menembus pasar global, memang rutenya masih panjang. Namun semua harus dimulai dan dipersiapkan. Seperti kata Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik, Agus Wirakusumah yang juga Komisaris Utama PT Inalum, untuk menjadi produsen baterai terbesar harus mencari pasar-pasar terbesar dan potensial.

Caranya dengan menggandeng pemain baterai yang menjual ke pasar negaranya. Selain LG Energy Solution, Indonesia juga mendekati perusahaan besar EVB asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Limited atau CATL, Panasonic dari Jepang, dan perusahaan mobil listrik ternama asal Amerika Serikat, Tesla.

Bahkan CEO Tesla, Ellon Musk, sangat berminat dengan produksi nikel Indonesia. Dengan berkolaborasi, posisi Indonesia menjadi dinamis, tidak hanya menjadi konsumen. Namun juga menjadi bagian dari produsen baterai dan kendaraan listrik dunia.

Saya kira tepat apa yang disampaikan Presiden Jokowi terkait peluang besar Indonesia lima tahun ke depan dalam industri baterai mobil listrik. Kita harus bisa berperan penting, jika perlu mengontrol, berdasar keberadaan nikel yang melimpah. Kini, peluang besar yang bisa merubah seluruh permainan sudah ada di depan mata kita, dan GC itu bernama kendaraan berbasis baterai listrik. (*)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini