Beranda » Keberagaman Bahasa Lampung Dialek A dan O

Keberagaman Bahasa Lampung Dialek A dan O

Memang lampung memiliki ragam bahasa yang cukup luas. Seperti masyarakat Lampung Pepadun bahasa tuturnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan bahasa tutur Lampung Sai Batin atau Pesisir.

Jika kamu mendengar percakapan orang Lampung lebih dominan menggunakan huruf A artinya kamu sedang mendengarkan bahasa Lampung suku Sai Batin atau Pesisir. Biasanya dikenal dengan bahasa Lampung dialek A.Sedangkan untuk Lampung Pepadun kata yang digunakan lebih dominan menggunakan huruf O. Sebab itu dikenal dengan bahasa Lampung dialek O.

Tapi persamaan dalam dua bahasa tersebut adalah tidak menggunakan huruf “R”. Atau pelafalannya dibaca samar diganti dengan huruf “GH”.

Perbedaan Lampung Dialek A Dan Dialek O

dalam bahasa Lampung dialek A dan O bisa kamu lihat dari kata “apa”. Dalam bahasa Lampung dialek A adalah “api. Sedangkan dalam dialek O adalah “nyow”

Meski bahasa Lampung memiliki jumlah penutur yang lumayan besar, bahasa ini merupakan bahasa minoritas di Provinsi Lampung sendiri. Kekhawatiran akan kebertahanan bahasa Lampung telah membuat pemerintah daerah setempat mengimplementasikan kebijakan pengajaran bahasa dan aksara Lampung bagi sekolah-sekolah pada tingkat dasar dan menengah di provinsi tersebut.

harus diakui saat ini Bahasa Lampung makin terpinggirkan dan tergerus arus modernisasi. Kelestarian bahasa Lampung terancam punah di rumah sendiri. Faktanya, banyak generasi muda yang tidak mampu menggunakan Bahasa Lampung. Apalagi menulis menggunakan aksara Lampung. Sementara itu, Lampung memiliki bahasa daerah dan peradaban budaya yang sangat maju.

Dalam Ethnoloque (2012) disebutkan bahwa terdapat 726 bahasa di Indonesia. Sebagian masih akan berkembang, tetapi tidak dapat diingkari bahwa sebagian besar bahasa itu akan punah. Menurut UNESCO, di Indonesia terdapat lebih dari 640 bahasa daerah.

Di dalamnya terdapat kurang lebih 154 bahasa yang harus diperhatikan, yaitu sekitar 139 bahasa terancam punah dan 15 bahasa yang benar-benar telah mati.

Bahasa yang terancam punah terdapat di Kalimantan (1), Maluku (22), Papua Barat dan Kepulauan Halmahera (67), Sulawesi (36), Sumatera (2), serta Timor-Flores dan Bima-Sumbawa (11).

Sementara itu, bahasa yang telah punah berada di Maluku (11), Papua Barat dan Kepulauan Halmahera, Sulawesi, serta Sumatera (masing-masing 1 bahasa).

Sebagai masyarakat Lampung tentunya kita tidak ingin bahasa yang menjadi identitas dan kebanggaan terkikis zaman hingga punah. Sudah sepantasnya bila merawat, memelihara kelestarian identitas budaya dan bahasa adat Lampung menjadi tanggung jawab semua stakeholder pemangku kebijakan, khususnya masyarakat Sai Bumi Ruwa Jurai.

Program Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat mendorong agar dibuka kembali program S1 Bahasa Lampung di Universitas Lampung patut diapresiasi.Saat ini prosesnya masih dalam tahap pengajuan ke Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi. Langkah ini harus didukung semua pihak agar program mulia ini dapat terealisasi.

Membuka program S1 Bahasa Lampung ini tentunya dalam rangka mengembangkan Bahasa Lampung sebagai budaya lokal. Apalagi keberadaan sastra dan bahasa Lampung masuk kategori terancam punah.

Sebab, penutur Bahasa Lampung terputus pada generasi orang tua, sedangkan anak tidak. Faktor geografis yang dekat dengan Jakarta diduga menjadi salah satu penyebab minimnya penutur di kalangan pemuda. Karena itu, perlu konservasi dan revitalisasi oleh pihak terkait.

Semua pihak harus mendukung rencana ini. Namun demikian, kuota masuk mahasiswa harus disesuaikan dengan proyeksi kebutuhan tenaga pengajar. Jika berlebihan, dikhawatirkan akan terjadi “overproduksi”. Padahal para lulusan tersebut sulit bekerja di luar Provinsi Lampung.

Artinya pemerintah bukan hanya menyiapkan program, sarana dan fasilitas belajar mengajarnya. Melainkan juga menyalurkan ke mana para sarjana bahasa Lampung ini dapat mengabdikan diri merawat dan melestarikan warisan dan budaya yang menjadi jati diri dan ciri khas masyarakat Lampung.

Bagikan Artikel Ini