Beranda » Implementasikan Gaya Hidup Tadah Ajaran Semar

Implementasikan Gaya Hidup Tadah Ajaran Semar

Hiruk pikuk hidup di kota besar kita bisa melihat banyaknya gedung-gedung yang menjulang tinggi. Berdesakan kendaraan berlomba-lomba untuk mencapai tujuan, sesak banyaknya polusi bertebaran. Berpolemik di jalanan ketika tak ada yang mau mengalah memberi jalan pada pengendara lain. Penonton mendokumentasikan ke media sosial hingga ramai diperbincangkan membuat kubu mana yang benar dan mana yang salah.

Pergaulan begitu bebas hingga mendekati gaya hidup barat. Tak munafik orang-orang begitu bangga menceritakan suatu hal yang tabu bagi budaya kita di media sosial.

Menormalisasikan kehidupan yang menyimpang, moral dipertanyakan, kesopanan entah dimana letaknya. Suatu kesalahan serba dipertontonkan di media agar semua orang tahu dan meminta dukungan dari teman-teman online untuk mengecamnya.

Mengikuti keglamouran dunia, berlomba-lomba mengikuti mode hingga tak sadar diri. Dalam dunia perkantoran maupun tongkrongan akan menemukan suatu hal yang dianggap langka ketika salah satu teman tongkrongan yang masih melaksanakan ibadah. Kita bisa melihat dari lingkungan sekitar bahwasanya sebagian masyarakat kita agama hanya pelengkap identitas kartu tanda penduduk saja.

Hidup merasa kurang ketika melihat pencapaian orang lain. Merasa kurang cukup padahal sudah diberi gaji yang lumayan besar padahal masih ada orang yang masih mencari kesana kemari mencari pekerjaan. Begitu gengsi diagungkan maka akan merasa dirinya tak ingin tertandingi dengan yang lain. Tak terlintaskah di pikiran mereka? Bahwasanya rezeki sudah diatur sedemikian rupa dan sebagai manusia kita harus berpikir dengan baik agar dapat mengolahnya dengan bijak.

Kita petik ajaran dalam kisah pewayangan yakni milik Semar. Salah satu mental hidup yang harus kita punya yakni ”Tadah” yang berarti tak meminta apapun. Maksud dari tak meminta apapun adalah kita harus beryukur apa yang telah kita dapat dan capai. Kita sebagai manusia yang percaya adanya Tuhan, jangan hanya bisa meminta-minta tapi tak lupa juga kita berterima kasih kepada Sang Pencipta. Rasa syukurlah yang akan mengurangi rasa ketidakpuasan.

Saya ambil contoh pengalaman saya sendiri. Mengenai hasil kerja, padahal menurut saya itu sudah sangat cukup. Tetapi, terkadang saya merasa kurang dengan hal itu buat bayar angsuranlah, bayar kuliah, buat tabungan dan lain-lain. Padahal kalau dihitung dengan benar dan mengaturnya dengan baik itu cukup untuk sebulannya. Terkadang saya merasa iri kepada teman yang sudah lulus kuliah tidak memikirkan angsuran dalam pikiranku pasti uangnya lebih dari cukup dan bisa foya-foya. Faktanya yang saya pikirkan, terlena pinjaman online hingga menggunung bunganya. Sempat saya berpikir mengapa ambil pinjaman online sedangkan gajinya lebih dari cukup?
Dan silih jalannya waktu saya merasa tertampar dengan fakta yang ada.
Ia memilih pinjaman online bukan tanpa sebab. Karena, untuk membiayai orang tuanya yang sakit-sakitan, orang tuanya sudah pensiunan sedangkan ia sandaran dan harapan orang tua satu-satunya.

Dari sini, saya mengambil hikmahnya. Bahwasanya kita diberikan rezeki yang sama tetapi kita tak bisa menyamakan pengeluarannya. Karena, setiap orang berbeda dalam mengaturnya. Dan jangan lupa selalu bersyukur jangan merasa diri paling sengsara karena diluaran sana masih ada yang lebih membutuhkan perhatian.

Bagikan Artikel Ini