Beranda » Dampak Pembelajaran Informal di Masa Pandemi

Dampak Pembelajaran Informal di Masa Pandemi

Ilustrasi - Sumber Foto : Dokumentasi Penulis

Masa Covid-19 layaknya musim paceklik bagi dunia pendidikan. Bagaimana tidak, hampir seluruh penyelenggara pendidikan formal di negeri ini turut ditutup untuk mengurangi laju penyebaran virus ini. Akhirnya banyak pelajar menjadi gundah dan risau dengan kondisi yang tak menentu ini.

Sistem pembelajaran yang umumnya dilakukan secara tatap muka, kini harus berubah menjadi sistem online. Banyak survei dilakukan sebagai contoh, kementerian pendidikan menyatakan 90% mahasiswa memilih tatap muka, Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau survei bulan Juli menyatakan lebih dari 60% orang tua tidak setuju untuk pembukaan sekolah selama masa pandemi ini, dan masih banyak survei yang terkait sistem pembelajaran di masa pandemi ini yang layak dijadikan bahan evaluasi kita bersama.
Menanggapi sekian banyak survei dilakukan, terdapat inti yang dapat disimpulkan adalah bagaimana membangun sistem pembelajaran yang aman, nyaman dan menyenangkan selama masa pandemi. Belajar tidak harus di tempat pendidikan formal seperti sekolah dan kampus namun bisa dilakukan dari rumah.

Oleh karena itu, perlu kiranya mengevaluasi sistem pendidikan informal dengan subjek orang tua sebagai guru dan sahabat belajar di rumah. Berkaca dari kondisi saat ini, perlu kiranya pendidikan informal dikaji ulang guna meningkatkan kualitas pendidikan kedepannya.

Tidak sedikit orang tua yang merasa kesulitan atau merasa tidak puas dengan sistem pembelajaran online dikarenakan ketidaksiapan kita dalam menghadapi masa-masa kritis seperti yang terjadi saat ini. Yang jelas pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk dapat mengembangkan potensi para peserta didik.

Oleh karenanya orang tua tentunya harus dapat memahami porsi dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani anak-anaknya. Hal ini dikarenakan tingkatan pendidikan butuh penanganan dan pemahaman yang berbeda, karena tujuan dari masing-masing tingkat pendidikan pun berbeda.

Lantas apa yang dapat dilakukan orang tua dalam mendukung pendidikan peserta didik dalam masa sekarang ini? Haruskah orang tua diam dan pasrah menunggu kondisi ini membaik?Orang tua jelas tidak boleh diam begitu saja, ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam menangani masa pandemi ini berdasarkan tingkatan atau jenjang peserta didik yang berbeda.

Orangtua bisa menjadi bagian dalam kesuksesan pendidikan formal anak-anaknya bukan hanya dari segi materil namun dari segi pendalaman keilmuan. Sebagai contoh, untuk anak yang mengambil jenjang strata, orang tua kiranya dapat menjadi partner dalam pendalaman ilmu dan teori-teori yang digunakan.
Apabila hal tersebut masih sulit dilakukan, maka jadikanlah anak-anak kita sebagai seorang ahli dalam bidangnya dan orang tua dapat mengambil bagian sebagai seorang klien dalam bidang ilmu yang sedang digeluti.

Pada jenjang sekolah menengah baik pertama ataupun atas orang tua dapat mengambil bagian sebagai teman diskusi. Dalam masa ini tidak ada salahnya orang tua melontarkan pertanyaan ataupun melakukan perdebatan ringan terkait materi yang dipelajari disekolah untuk mempersiapkan mental para peserta didik.
Adapun untuk sekolah dasar, orang tua dapat mengambil bagian sebagai guru dan sahabat belajar untuk anak-anaknya. Masa pendidikan dasar sangatlah penting dalam membangun karakter peserta didik kedepan, penanaman sikap, moralitas, dan budi pekerti anak ditanamkan dalam masa-masa pendidikan dasar ini.

Dari segenap penjabaran berdasarkan masalah yang disampaikan perlu kiranya orang tua memahami bahwa pendidikan tidak hanya sebatas teori dan materi yang disampaikan oleh pendidik, tidak lantas sarana dan prasarana belajar dirumah, namun pendidikan butuh suatu sentuhan perasaan, pemahaman, dan kasih sayang.
Terlebih dari itu, anak adalah titipan sang kuasa kepada para orang tua, oleh karenanya wajib bagi orang tua untuk menunjukkan dan mempertanggung jawabkan kepada-Nya pendidikan para anak-anaknya, baik ilmu, akhlak, moral, etika, dan budi pekertinya.

Sebelum kita bahas pentingnya Bimbingan Belajar di masa Pandemi, ada baiknya kita mengetahui apa sih peran guru dalam pembelajaran? Menurut UU no. 14 tahun 2005, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Dari pengertian ini kita tahu bahwa guru berperan besar dari awal sampai akhir pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Namun selain faktor guru, banyak faktor lain yang mempengaruhi hasil dari proses pembelajaran tersebut.

Menurut Sofyatiningrum (2001: 45) “Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa tidak lepas dari dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal dan eksternal”. Faktor internal seperti jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor eksternal seperti faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

Di masa pandemi seperti ini, dengan terbatasnya pertemuan antara siswa dengan guru maka secara otomatis kemampuan siswa dalam menerima materi pun akan terbatas. Dengan berkurangnya intensitas pertemuan siswa dengan guru di sekolah dan sistem pembelajaran yang dilakukan secara Jarak jauh akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan belajar. Lalu, apa yang bisa dilakukan guru agar tetap bisa maksimal dalam menjalankan perannya? Salah satunya dengan melakukan pendampingan belajar bersama orang tua di rumah siswa, bisa melalui kunjungan belajar.

Namun kegiatan tersebut tentunya masih bersifat terbatas karena guru tidak bisa setiap hari melakukan kunjungan ke rumah siswanya. Di sini peran orang tua sangat penting dalam melengkapi proses pendampingan belajar anak-anaknya.
Bagi anak-anak yang memiliki orang tua full time di rumah, akan lebih menguntungkan karena bisa setiap saat dilakukan proses pendampingan belajar ketika diberikan tugas dari sekolah. Bagaimana dengan anak-anak yang memiliki orangtua yang keduanya bekerja ? mungkin bagi sebagian anak yang memang diberikan anugerah kecerdasan lebih dibanding yang lain mereka akan lebih mudah menyelesaikan setiap tugas yang sudah diberikan oleh sekolahnya meskipun tanpa proses pendampingan.

Proses pendampingan belajar kini bisa diperoleh selain dari guru ataupun orang tua siswa, misalnya melalui les privat, bimbingan belajar non formal, belajar kelompok, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan bimbingan dilatarbelakangi oleh beberapa aspek. Diantaranya aspek psikologis, kultural atau sosial budaya, dan pedagogis. Latar belakang psikologis dalam proses pendidikan, yaitu siswa sebagai subjek didik merupakan pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.

Kenapa harus bimbingan belajar? Karena melalui bimbingan belajar siswa akan lebih banyak dilatih pengerjaan soal-soal, didampingi oleh guru-guru yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya. Sehingga harapannya adalah bimbingan belajar mampu mengembangkan setiap individu sesuai dengan kemampuannya.

Bagikan Artikel Ini