Beranda » Ciptakan Ekosistem Kegiatan Belajar Supaya Siswa Belajar Aktif Secara Mandiri

Ciptakan Ekosistem Kegiatan Belajar Supaya Siswa Belajar Aktif Secara Mandiri

Ilustrasi - foto istimewa Zenius

Sikap mandiri adalah hal penting yang perlu dimiliki setiap orang. Seseorang yang memiliki sikap mandiri mampu berpikir secara jernih, membuat keputusan berdasarkan prinsip, dan tidak bergantung pada orang lain. Idealnya, sikap ini telah dilatih sejak masih anak-anak.

Jika tidak memiliki sikap mandiri, bisa saja seorang anak harus terus bergantung pada orang tua maupun orang di sekitarnya yang memengaruhi kemampuannya beradaptasi pada lingkungan hingga ia beranjak dewasa.

Melatih sikap mandiri pada anak dapat dimulai dari hal-hal kecil yang terjadi sehari-hari. Seperti mulai melatih sikap anak saat kegiatan belajar sehari-hari, khususnya di tengah situasi pandemi yang masih didominasi dengan kegiatan belajar berbasis daring. Untuk melatih anak agar bisa belajar mandiri, para guru, orang tua, ataupun para pendamping siswa harus menciptakan ekosistem kegiatan belajar yang baik dan mendukung kegiatan pembelajaran secara mandiri.

Di sela-sela lokakarya yang diadakan Zenius bersama guru-guru di Provinsi Sumatera Utara, Chief of Teachers’ Initiative Zenius Amanda Witdarmono mengatakan sebagai seorang pelajar, setiap anak bisa melatih sikap mandiri ketika memiliki kesempatan untuk bereksplorasi secara luas.

“Pembelajaran aktif akan terjadi ketika siswa tidak hanya menerima materi dari guru, namun juga melakukan usaha dan inisiatif siswa dalam menganalisis dan memecahkan masalah yang mereka temukan,” ujarnya, Rabu (15/9/2021).

Melalui lokakarya tersebut, Amanda menjelaskan cara-cara untuk membangun ekosistem kegiatan belajar yang mendukung pembelajaran siswa secara mandiri, yaitu:

●      Pemberian tugas dengan ekspektasi detail, namun luas dari segi ide

Hal ini berarti siswa diberikan sebuah tugas dengan kriteria yang jelas, terukur, dan deskriptif dari guru/tenaga pendidik. Misalnya, batas halaman tugas, tools yang perlu digunakan, ataupun syarat-syarat teknis lainnya.

Sementara, guru perlu memberikan kesempatan bagi siswa untuk bereksplorasi dari segi ide. Tidak ada batasan akan materi yang dapat mereka buat, tidak ada arahan secara spesifik akan jawaban konkrit yang diharapkan. Hal ini memungkinkan siswa untuk bebas berkreasi, mencari tahu sendiri, bahkan memungkinkan siswa untuk menghadapi masalah tersebut dan membuat mereka untuk menjadi mandiri dengan memecahkan masalah tersebut dengan akal dan sumber daya yang dimilikinya.

●      Kesempatan untuk siswa bereksplorasi

Perlu disadari bahwa kegiatan belajar mengajar (KBM) di tengah pandemi justru memperluas area belajar siswa. KBM tidak hanya terjadi di kelas ataupun lingkungan sekolah, namun bisa melebar hingga ke screen time mereka di waktu personal, saat berinteraksi dengan anggota keluarga ataupun teman-teman di lingkungan sekitar rumah, hingga saat waktu senggang mereka di rumah yang dialihkan untuk melakukan kegiatan lain yang bermanfaat.

Menyadari hal tersebut, pembelajaran secara asinkronus (pembelajaran secara fleksibel dan tidak perlu dilakukan dalam waktu yang sama) menjadi metode yang patut dicoba. Guru dan tenaga pendidik dapat mengadakan KBM melalui project-based learning, yang memungkinkan siswa bergerak sesuai dengan kemampuan dan naluri kreativitasnya sendiri dalam mengerjakan tugas. Tetapi sebelum melepas siswa untuk mengerjakan tugas secara mandiri, setiap guru tetap perlu memberikan bekal utama seperti pengetahuan dasar, keterampilan, dan sikap dasar agar siswa memiliki landasan untuk mengerjakan tugas yang diberikan.

●      Melatih keterampilan dasar (fundamental skills)

Keterampilan dasar (fundamental skills) merupakan sebuah kemampuan untuk menganalisa sebuah materi verbal maupun numerik, menarik dan memilah informasi, dan akhirnya menciptakan pola pikir yang terintegrasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Fundamental skills ala Zenius terdiri dari 3 bagian, yaitu verbal dan logic (kemampuan untuk menganalisa dan memahami makna dari apa yang dibaca), matematika (berpikir secara konsisten, runut, dan sistematis), dan Bahasa Inggris (kemampuan untuk memahami bahasa Inggris, terlebih di dalam konteks budaya dan pemakaiannya).

Untuk mendukung pembelajaran aktif secara mandiri, setiap siswa diharapkan untuk memiliki fundamental skills yang baik. Hal ini bisa dibantu oleh guru-guru dengan melatih dan memperdalam keterampilan dasar ini dalam kegiatan belajar mengajar.

Seluruh rangkaian materi tersebut disampaikan dalam lokakarya yang berlangsung melalui Zoom dan Youtube Zenius untuk Guru (ZenRu) yang diikuti oleh lebih dari 1.300 guru dari Provinsi Sumatera Utara. Melalui acara ini, diharapkan guru-guru dapat menciptakan ekosistem kegiatan belajar yang memungkinkan siswa berproses dan melakukan eksplorasi secara aktif.

“Melatih kemampuan dasar para siswa dapat dijadikan bagian dari pembelajaran agar siswa menguasai pengetahuan, dan tidak hanya mengejar nilai di sekolah,” tutup Amanda.

Ke depannya, ZenRu akan terus menghadirkan lokakarya yang membahas seputar pengembangan kompetensi guru-guru di berbagai tingkat pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia.

(***)

Bagikan Artikel Ini