Opini Publik: Ketika Ilmu Sosial Menjadi Penonton dalam Drama Sosial

Di tengah hiruk-pikuk dinamika masyarakat, ilmu sosial tampak seperti seorang penonton dalam sebuah drama besar - mengamati,
mencatat, menganalisis, tetapi sering kali tanpa kuasa langsung mengubah jalannya cerita. Ironisnya, justru di saat masyarakat paling
membutuhkan arahan berbasis nalar dan analisis ilmiah, ilmu sosial sering kali terpinggirkan, dianggap hanya sebagai narasi akademis yang sulit dijangkau.Ilmu sosial seharusnya menjadi alat utama untuk
memahami, menganalisis, dan memberikan solusi atas masalah- masalah sosial. Namun, seringkali kita mendapati ilmu sosial hanya
berperan sebagai pengamat pasif, atau bahkan sekadar mencatat fenomena tanpa memberikan kontribusi nyata pada perbaikan. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbagai dinamika sosial terus bergerak cepat, seakan menjadi panggung drama tanpa henti.

Namun ironisnya, ketika berbagai masalah seperti ketimpangan,diskriminasi, hingga krisis identitas muncul ke permukaan, ilmusosial - yang seharusnya menjadi alat analisis dan solusi - sering kalihanya menjadi penonton pasif.Ilmu sosial lahir untuk memahami, menjelaskaFenomena ini menimbulkan pertanyaan: apakah ilmu sosial masih relevan jikahanya berdiri di pinggir lapangan, tanpa berusaha masuk ke dalam arena? Dalam era digital, di mana opini cepat terbentuk dan

tersebar, para ahli sosial perlu lebih aktif berperan, baik lewat media,kebijakan, maupun gerakan masyarakat. Ilmu sosial tidak bisa lagin yaman sebagai penonton; ia harus menjadi sutradara yang mengarahkan drama sosial menuju perubahan positif.Masyarakat butuh ilmu sosial yang hidup, yang berbicara dalam bahasa sehari-hari, yang mampu menjawab keresahan nyata, bukan sekadar mendiskusikannya dalam seminar atau jurnal ilmiah. Karena

tanpa keterlibatan nyata, ilmu sosial hanya akan menjadi catatan kaki dalam sejarah perubahan, bukan motor penggerak perubahan itu sendiri. dan memperbaiki kehidupan manusia dalam berinteraksi. Tetapi realitanya, banyak hasil riset dan teori sosial hanya berakhir di ruang-ruang akademik, tidak tersentuh oleh masyarakat luas. Ketika konflik sosial terjadi, ilmu sosial seharusnya hadir sebagai aktor utama yang menawarkan pemahaman dan jalan keluar. Sayangnya,yang sering terjadi adalah ilmu sosial malah terjebak dalam jargon teoretis, gagal menjangkau kebutuhan praktis masyarakat.

“Ilmu Sosial, Jangan Cuma Jadi Penonton! Kenapa Ilmu Sosial Jadi Penonton Jauh dari Kehidupan Nyata Ilmu sosial kadang hanya fokus pada penelitian demi penelitian, tapi lupa gimana caranya hasil penelitian itu bisa bikin perubahan nyata.tapi suaranya tenggelam karena narasi politik dan ekonomi lebih dominan.Ilmu Sosial Bisa Lebih Aktif Kalau mau bikin perubahan,

ilmu sosial harus berani “turun gunung”. Gimana caranya?

Lebih Dekat ke Masyarakat Dialog sama komunitas, denger keluhannya, dan bikin penelitian yang aplikatif. Jangan cuma teoritis,tapi kasih solusi nyata. Apa yang Bisa Kita Harapkan?Kalau ilmu sosial berani ambil peran utama, dampaknya pasti luar biasa. Konflik bisa terurai lebih cepat, kebijakan publik lebih adil, dan masyarakat merasa lebih didengar. Jangan cuma jadi penonton, ayo

jadi aktor utama di panggung sosial. Soalnya, ilmu sosial bukan cuma soal ngerti dunia, tapi juga soal ikut bikin perubahan nyata.

pentingnya ilmu sosial untuk kembali memainkan peran aktif dalam menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat. Ilmu sosial tidak boleh hanya menjadi penonton, melainkan harus menjadi sutradara

yang mengarahkan perubahan sosial menuju masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Dengan mengintegrasikan teori dengan praktik,berbicara dalam bahasa yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas,serta berani mengkritisi ketidakadilan, ilmu sosial dapat kembali relevan dan berdampak nyata.

Penulis : Tabina fadhila tresna , Angga Rosidin , S.IP., M.A.P.  ZakariaHabib Al Razi’e S.I.P .,M.Sos.

Bagikan Artikel Ini