Beranda Pemerintahan Untirta Menuju PTN BH, UKT Bukan Uang Kuliah Tinggi 

Untirta Menuju PTN BH, UKT Bukan Uang Kuliah Tinggi 

Diskusi peran jurnalis dalam mendorong Untirta menuju PTN BH. (Ist)

SERANG – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) mempersiapkan diri menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH).

Saat ini, Untirta berstatus Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN BLU).

Upaya perubahan status tersebut merupakan potensi sekaligus ancaman jika tidak dipersiapkan sedini mungkin.

Fenomena banyaknya Drop Out (DO) karena mahasiswa tak mampu membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) salah satu yang perlu mendapat perhatian.

Teranyar, persitiwa yang menimpa sejumlah mahasiswa ITB dengan pinjaman online untuk membayar UKT tidak boleh terjadi di Untirta. Demikian disampaikan salah satu narasumber dalam diskusi dengan tema “Kontribusi Jurnalis dalam Pengembangan Untirta Menuju PTN-BH” yang digelar di Unit Penunjang Akademik (UPA) Perpustakaan Untirta, Singdasari, Kabupaten Serang, Selasa (6/2/2024).

“UKT itu kepanjangan Uang Kuliah Tunggal bukan Uang Kuliah Tinggi. Jangan sampai banyaknya kampus yang naik level menjadi PTN BH sejalan dengan naiknya angka DO di sejumlah PTN BH di Indoensia,” kata Wahyu Arya.

Dalam pemaparannya Wahyu juga menekankan penting suatu perguruan tinggi PTN BH dapat mandiri secara pengelolaan keuangan dan tidak malah membebani mahasiswa.

Kemudian kata Wahyu penting agar Perguruan Tinggi mandiri dalam pengelolaan keuangan. “Mengandalkan UKT sebagai satu-satunya pendanaan kampus akan menjadi kontra produktif dengan kondisi bonus demografi di Indoensia,” ujarnya.

Banyaknya mahasiswa yang tak mampu kuliah karena biaya yang tinggi akan menghilangkan kesempatan generasi muda Indoensia. “Bisa jadi lost generation kalau pendidikan malah menjadi mahal dan tak terjangkau,” ujarnya.

Pemateri lainnya, Ken Supriyono mengatakan rujukan PTN BH awalnya yaitu kampus bonafit luar negeri seperti Harvard.

Kampus seperti Harvard kata Ken menekankan pentingnya riset yang bertujuan mendorong sivitas akademika agar menghasilkan pembaruan pengetahuan. Dari situ Perguruan Tinggi bisa mendapatkan funding dengan jumlah yang besar.

“Mereka itu punya karakteristik bidang riset yang membedakan satu kampus dengan kampus lainnta,” pungkasnya.

Kepala UPA Perpustakaan Untirta, Dr. Firman Hadiansyah menyebutkan sengaja pihaknya mengundang jurnalis dalam diskusi tersebut. “Selama ini jurnalis diposisikan sebagai pihak yang selalu memberikan kritik, dalam momentum ini jurnalis juga kami minta saran dalam mendukung kemajuan kampus Untirta,” kata Firman yang juga Penasihat Motor Literasi (Moli) itu.

Ia berharap forum diskusi semaca ini menjadi kegiatan rutin untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Untirta, khususnya untuk menjadikan perpustakaan laboratorium berpikir.

(Dra/red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini