Beranda Kesehatan Ternyata Orang yang Suka Begadang Jet Lag Setiap Hari

Ternyata Orang yang Suka Begadang Jet Lag Setiap Hari

Ilustrasi - foto istimewa facetofeet.com

Para peneliti dari University of Birmingham di Inggris menunjukkan orang yang tidur laut malam menghadapi beberapa risiko kesehatan karena ritme harian mereka. Termasuk kecenderungan kebiasaan makan lebih buruk, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko gangguan kondisi metabolisme, seperti diabetes.

Kini, riset mengungkap perbedaan jam aktif itu dipicu pola aktivitas otak. Studi ini juga menyoroti bagaimana perbedaan-perbedaan itu dapat memengaruhi kehidupan dan tingkat produktivitas mereka di dunia yang secara tipikal lebih aktif di pagi hari.

Para peneliti menemukan, orang-orang yang lebih aktif pada malam atau dini hari– tidur rata-rata pukul 02.30 pagi dan waktu bangun 10.15 pagi–memiliki konektivitas otak lebih rendah di banyak area otak yang terkait dengan pemeliharaan kesadaran.

Konektivitas otak yang lebih rendah ini dikaitkan dengan perhatian lebih buruk, reaksi lebih lambat, dan peningkatan rasa kantuk sepanjang waktu dari jam kerja pada umumnya (pukul 09.00 hingga 17.00).

“Ketidakcocokan antara jam biologis dan jam sosial–seperti yang dialami orang jet lag–adalah masalah umum saat orang yang terbiasa begadang mencoba mengikuti jam kerja normal,” kata ketua peneliti Elise Facer-Childs, dari Centre for Human Brain Health University of Birmingham seperti dikutip dari beritagar.id.

“Ada kebutuhan penting untuk meningkatkan pemahaman kita tentang masalah ini untuk meminimalkan risiko kesehatan di masyarakat, serta memaksimalkan produktivitas.”

Untuk riset yang telah diterbitkan dalam jurnal Sleep ini, pola konektivitas otak relawan dinilai melalui serangkaian percobaan.

Para peneliti menyelidiki fungsi otak saat istirahat dan mengaitkannya dengan kemampuan kognitif dari 38 individu yang diidentifikasi sebagai orang yang tidur larut atau orang yang bangun pagi. Mereka mengamati irama fisiologis (melatonin dan kortisol), memantau waktu tidur/bangun, dan kuesioner.

Para relawan menjalani pemindaian MRI, diikuti serangkaian tugas, dengan sesi pengujian dilakukan pada berbagai waktu yang berbeda sepanjang hari dari jam 8 pagi sampai 8 malam. Mereka juga diminta melaporkan tingkat kantuk.

Pada tes waktu reaksi, mereka diminta menekan tombol setiap kali sebuah titik muncul di layar. Relawan yang diidentifikasi terbiasa bangun pagi dilaporkan paling tidak mengantuk dan memiliki waktu reaksi tercepat selama tes pagi hari. Secara signifikan lebih baik daripada orang yang suka tidur larut.

Namun, orang yang terbiasa tidur larut paling tidak mengantuk dan memiliki waktu reaksi tercepat pada pukul 08.00 malam. Meskipun tidak jauh lebih baik daripada orang yang suka bangun pagi, hal ini menyoroti bahwa orang yang suka tidur larut paling tidak maksimal kondisinya di pagi hari.

Konektivitas otak di daerah-daerah yang dapat memprediksi kinerja lebih baik dan kantuk lebih rendah secara signifikan lebih tinggi pada orang yang suka bangun pagi pada semua waktu. Ini menunjukkan konektivitas keadaan otak orang yang suka tidur larut terganggu sepanjang hari (08.00 pagi – 08.00 malam).

Facer-Childs menjelaskan, “Kita semua tahu sebagian dari kita lebih baik di pagi hari dan beberapa dari kita lebih aktif tengah malam, tetapi orang-orang tidak cenderung memikirkan mengapa dan bagaimana. Penelitian kami melihat bidang ilmuah yang sangat relevan bagi setiap orang, yang membuatnya sangat mudah diakses.”

Mungkin juga dapat disimpulkan, mereka yang lebih terbiasa tidur larut kurang cocok dengan model kerja tradisional, jam kerja shift mungkin lebih cocok untuk mereka. (Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini