Beranda Opini Teknologi Mengubah Budaya Silaturahmi Offline Menjadi Online

Teknologi Mengubah Budaya Silaturahmi Offline Menjadi Online

Ilustrasi - foto istimewa rimma.co

Oleh: Sugiyarto.S.E.,M.M, Dosen Fakultas Ekonomi  dan Bisnis Universitas Pamulang

 

Karena masih dalam suasana  pandemi Covid-19  maka lebaran 1442H di Indonesia   masih dilaksanakan   dengan suasana prihatin. Dalam waktu yang sama pemerintah mengumumkan penemuan  kasus  virus Covid-19 dengan varian baru telah masuk  di Indonesia  dengan tingkat penyebaran yang lebih cepat.  Diharapkan seluruh masyarakat   menahan  diri untuk keluar rumah yang tidak perlu   dan membatasi diri  untuk tidak berkerumun  serta menjalankan protokol  kesehatan.  Bagi masyarakat   yang  sudah   menerima vaksin  juga diwajibkan  untuk  tetap  menjalankan  protokol kesehatan.

Budaya umat Islam di Indonesia khususnya  dalam merayakan hari raya Idul Fitri  selalu menarik minat masyarakat di lakukan  secara  besar – besaran sebagai wujud rasa syukur kepada  Tuhan yang Maha  Esa.

Budaya  saling melakukan kunjungan keluarga dan tetangga ini bagian dari rutinitas tahunan  masyarakat Indonesia yang di lakukan secara turun temurun. Ada sebagian  masyarakat yang memiliki pemikiran  bahwa belum  sempurna lebaran  jika ada salam – salaman (silaturhami)

Keindahan suasana silaturahmi lebaran  mulai  perlahan dihindari oleh  masyarakat  ketika  virus covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia.  Kejadian ini membuat  pemerintah sebagai regulator dengan sigap menerbitkan aturan larangan kepada   masyarakat untuk tidak berkerumun atau mengadakan acara yang melibatkan banyak orang   selama pandemic Covid-19. Termasuk imbauan  agar  silaturahmi  dengan keluarga di kampung dilakukan secara  virtual

Kalau merujuk data  yang sampaikan oleh pemerintah dengan menurunya tingkat keterisian ruang perawatan rumah sakit, maka dapat disimpulkan bahwa larangan dan himbauan yang di lakukan oleh pemerintah  berhasil menekan  penyebaran virus covid-19. Indikasi keberhasilan ini juga bisa   dilihat   dari status penggunaan media sosial satu hari  menjelang idul fitri.

Banyak kartu ucapan secara virtual yang di kirim dengan menampilkan foto pengirim dengan gaya masing – masing.  Kadang kita tersenyum  ketika  membaca tulisan yang ada di media sosial  antara yang satu dengan yang lainnya terdapat  kesamaan kalimat  hanya berbeda   nama pengirim.

Kemajuan  teknologi   telah mempengaruhi  cara  seseorang  dalam melakukan komunikasi. Teknologi   merubah budaya  silaturahmi secara langsung menjadi tidak langsung dengan tidak mengurangi  esensi dari silturahmi itu sendiri.

Walaupun  sebagian masyarakat mengatakan esensi  silaturahmi  menjadi hambar ketika kehadiran fisik di ganti secara  virtual.

Sebelum internet dan   teknonologi  informasi berkembang di Indonesia, ada keyakinan   yang kuat di tengah masyarakat bahwa silaturahmi  lebih terasa manfaatnya bila dilakukan  secara  langsung apalagi  dengan  orang  yang   lebih  tua.

Budaya saling  melakukan kunjungan setelah sholat idul fitri mulai  pudar   semenjak Covid-19.  Larangan berkerumun serta adanya ancaman denda dan  hukuman bagi  yang melanggar  juga menjadi  salah satu faktor   bergesernya   budaya silaturahmi dimasa   pandemi.

Saat ini kartu  lebaran virtual  dengan design yang sangat menarik banyak beredar di media  sosial  dan menjadi ajang pamer status.  Walaupun lebaran virtual tidak  akan pernah  bisa  menggantikan kehangatan silaturahmi secara langsung,  teknlogi telah memberikan  solusi  ketika  manusia  menghadapi permasalahan.

Setiap  generasi   pasti  akan  memiliki  masa lalu   yang  menjadi bagian  dari proses kehidupan. Dahulu orang tua kita  berjuang  bersama  rakyat  dalam mengusir penjajah, mereka  tidak  pernah punya  pamrih  untuk  mendapatkan pengakuan  oleh  siapapun, mereka   merasa  senasib dan tertindas oleh  penjajah  yang sama. Rasa  yang  sama inilah  mampu mendorong serta  membangkitkan rasa persaudaraan yang kuat walaupun berbeda suku, ras, bahasa  dan  agama  sampai Indonesia merdeka

Pada masa  orde  baru  masyarakat terbiasa menggunakan kartu pos sebagai ucapan selamat hari raya  idul  fitri  yang  sangat pupoler   pada masanya. Lebaran pada  jaman  ini  terasa  indah ketika satu keluarga besar berkumpul,  masing – masing individu   bisa  melihat ekpresi  serta  gaya bicara  keluarga mereka. Dari gestur tubuh  dan expresi wajah  kita bisa  mengetahui  mana yang  basa – basi akan terlihat dengan jelas.

Dalam kondisi  normal  kita  sering  menemukan  wajah  ceria  sambil  mendengarkan   cerita suka duka  saudara kita setelah lama tidak bertemu.   Berbagai cerita  kebahagiaan selalu  menghiasi momen lebaran. Sehingga  pandangan orang  terpusat  pada  sisi keberhasilan seseorang  tanpa melihat proses untuk mencapai  sukses. Kadang  setiap  individu   belum  tentu sukses  selama meninggalkan kampung halaman.

Dampaknya ada  yang merasa  gengsi, sehingga mereka tidak jujur  dalam berbagi  kebahagiaan pada momen  lebaran.  Sehingga banyak persepsi ditengah masyarakat  bahwa semua perantau adalah orang – orang sukses.

Negara tidak  melarang masyarakat untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Saat ini pemerintah sudah mengalokasikan anggaran  untuk setiap desa. Harapanya setiap desa yang memiliki potensi untuk di kembangkan menjadi desa produktif yang mampu menggerakan  perekonomian  desa  dan bisa menciptakan lapangan kerja. Dana desa telah banyak merubah wajah desa yang kurang produktif menjadi  desa wisata  dan menjadi   tujuan  wisata   favorit  masyarakat kota.

(***)

 

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini