KAB. SERANG – Rabu (30/4/2025), seharusnya menjadi waktu istirahat selepas belajar berubah menjadi mimpi buruk bagi sebelas pelajar SMP di Kabupaten Serang.
Suara sirene polisi menggantikan riuh candaan mereka, saat mereka digiring ke Mapolres Serang. Hal itu lantaran terlibat tawuran berdarah di Kampung Pagintungan, Kecamatan Jawilan.
Di antara para pelajar yang diamankan, ada luka menganga di kepala seorang siswa, MF (15), siswa SMP Negeri 4 Pamarayan.
Luka yang tak hanya menyayat kulit, tapi juga hati orangtua dan masyarakat yang menyaksikan dampak kelam dari kemarahan yang dibakar lewat media sosial (medsos).
Aksi saling tantang di Instagram, yang mungkin dimulai dari ejekan sepele, berakhir di ruang perawatan puskesmas. MF datang bersama dua temannya, namun pulang dengan kepala bersimbah darah.
MF mengalami luka akibat sabetan senjata tajam yang diduga dilakukan pelajar Al Wahdah berinisial MZF.
Di Mapolres, Kapolres Serang, AKBP Condro Sasongko menatap satu per satu wajah para pelajar yang tertunduk. Mereka bukan kriminal, pikirnya, tapi anak-anak yang salah arah.
“Kami sengaja memanggil para orangtua ke Mapolres. Bukan untuk mempermalukan, tapi agar mereka tahu dan bisa membimbing anak-anaknya lebih baik,” ujarnya, Kamis (1/5/2025).
Tangis pecah saat para ibu memeluk anak-anaknya. Wajah-wajah cemas dan kecewa itu tampak tak menyangka bahwa buah hatinya terjerumus dalam aksi kekerasan.
“Saya melihat mereka menyesal. Namun, proses hukum terhadap pelaku penganiayaan tetap berjalan,” kata Condro lirih.
Dalam pertemuan itu, para pelajar diminta saling memaafkan, dan yang terpenting, meminta maaf kepada orangtua mereka.
Permohonan maaf yang tak hanya menyentuh hati, tapi juga mengandung janji—janji untuk tak mengulanginya lagi.
Condro menegaskan, pencegahan tawuran bukan sekadar tugas polisi.
“Ini tanggung jawab bersama—sekolah, masyarakat, dan yang paling utama: orangtua. Anak-anak kita harus diawasi dan diberi ruang komunikasi yang terbuka,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan para pelajar agar tidak mudah terprovokasi.
“Satu keputusan keliru bisa menghancurkan masa depan yang telah dibangun sejak kecil,” pesannya.
Penulis : Ade Faturohman
Editor : Tb Moch. Ibnu Rushd