Beranda Pendidikan Sejarah Tsunami di Selat Sunda dan Sekitarnya

Sejarah Tsunami di Selat Sunda dan Sekitarnya

Daerah terdampak tsunami Selat Sunda di Kecamatan Sumur, Pandeglang. (Wahyu/bantennews)

Kejadian tsunami akibat aktivitas vulkanik memang sangat jarang terjadi baik di Indonesia maupun di dunia. Tsunami tahun 1883 akibat letusan Gunung Krakatau merupakan salah satu contoh tsunami yang dibangkitkan dari aktivitas vulkanik.

Suwardi, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Klas I Tangerang melalui keterangan tertulis menyebutkan letusan maha dahsyat Krakatau menyebabkan runtuhnya badan gunung api tersebut yang kemudian runtuhannya masuk ke laut. Masuknya bongkahan badan gunung tersebut mengganggu kolom air laut dan kemudian memicu tsunami yang melanda pantai Selat Sunda.

Pararas-Carayannis dkk (2003) mengungkapkan bahwa hampir 300 kota pesisir dan desa hancur oleh gelombang tsunami setinggi 37 m, mengakibatkan lebih dari 36.000 korban jiwa. Hampir 45 tahun paska letusan tersebut, pada tahun 1927 Anak
Krakatau muncul di atas laut dari sisa-sisa letusan Gunung Krakatau (HoffmannRothe dkk. 2006).

Mengacu pada katalog tsunami yang ditulis Soloviev dan Go (1974), beberapa kejadian tsunami telah terjadi di Selat Sunda. Sumber sejarah tsunami Selat Sunda yang lain yaitu kitab Jawa kuno yang berjudul “Book of Kings” cetakan “Pustaka Radja” juga mencatat adanya beberapa kali erupsi dari Gunung Kapi yang menyebabkan naiknya gelombang laut hingga menggenangi daratan serta memisahkan Pulau Sumatera dan Jawa. Berikut ini adalah rangkaian peristiwa tsunami yang pernah terjadi di Selat Sunda.

1. Tahun 416: Dalam Kitab Raja Purwa edisi kedua (1885) yang ditulis Pujangga Jawa Ronggowarsito dari Kesultanan Surakarta, tertulis adanya beberapa kali kejadian erupsi Gunung Kapi (yang diyakini sebagai Krakatau sekarang). Erupsi ini menyebabkan naiknya gelombang laut dan menggenangi daratan, dan memisahkan Pulau Sumatra dengan Pulau Jawa pada Tahun Saka 338 (416 Masehi);

2. Bulan Oktober 1722: Pada pukul 08.00 WIB pagi hari dalam bulan Oktober 1722, terjadi gempa bumi kuat di laut yang dirasakan di Batavia (Jakarta) dan menyebabkan air laut naik dan bergejolak;

3. Tanggal 24 Agustus 1757: Pukul 02.00 WIB terjadi gempa bumi kuat yang dirasakan hingga Batavia kurang lebih selama 5 menit. Pada pukul 02.05 WIB, selama guncangan terkuat, angin dirasakan berasal dari timur laut. Air Sungai Ciliwung meluap naik hingga 0,5meter dan membanjiri pemukiman di tepi sungai;

4. Tanggal 4 Mei 1851: Di Teluk Betung, Lampung, teramati gelombang pasang yang naik setinggi 1,5 m di atas air pasang biasanya;

5. Tanggal 9 Januari 1852: Pukul 18.00 WIB, dirasakan gempa bumi dalam wilayah yang luas dari bagian barat Jawa hingga bagian selatan Sumatera, dirasakan juga di Batavia. Gempa-gempa susulannya dirasakan hingga di Bogor dan Serang. Pada
pukul 20.00 WIB terjadi fluktuasi air laut yang tidak seperti biasanya.

6. Tanggal 27 Agustus 1883. Pukul 10.02 WIB, terjadi erupsi sangat dahsyat dari Gunung Krakatau yang diikuti oleh tsunami. Ketinggian tsunami maksimum teramati di Selat Sunda hingga 30 meter di atas permukaan laut, 4 meter di pantai selatan Sumatera, 2 hingga 2,5 m di pantai utara dan selatan Jawa, 1,5–1,0 meter di Samudera Pasifik hingga ke Amerika Selatan. Di sekitar Selat Sunda sebanyak 36.000 orang meninggal dunia;

7. Tanggal 10 Oktober 1883: Di Cikawung di Pantai Teluk Selamat Datang teramati gelombang laut yang membanjiri pantai sejauh 75 meter;

8. Bulan Februari 1884: Lima bulan setelah kejadian erupsi Gunung Krakatau, tsunami kecil teramati di sekitar Selat Sunda yang diakibatkan oleh peristiwa erupsi gunung api;

9. Bulan Agustus 1889: Terjadi kenaikan permukaan air laut yang tidak wajar di Anyer, Banten;

10. Tahun 1928: Peristiwa yang sama kembali terjadi pada tahun 1928, dan tsunami kecil teramati sekitar Gunung Api Anak Krakatau;

11. Tanggal 26 Maret 1928: Terjadi erupsi gunung api Krakatau yang diiringi oleh kenaikan gelombang laut yang teramati di beberapa tempat di sekitar gunung api;

12. Tanggal 22 April 1958: Pukul 05.40 WIB, dirasakan gempa bumi kuat di Bengkulu, Palembang, Teluk Banten, dan Banten yang diiringi dengan kenaikan permukaan air laut yang meningkat secara berangsur;

13. Tanggal 22 Desember 2018: Pesisir Selat Sunda dilanda tsunami, yakni di wilayah Banten dan Lampung. Adapun pemicu tsunami tersebut diduga kuat berasal dari longsoran tubuh anak Krakatau (flank collapse) yang kemudian masuk ke laut hingga mengganggu kolom air laut yang selanjutnya  membangkitkan tsunami. (Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini