Beranda Kampus Revitalisasi Lumbung Pangan Menuju Kemandirian Pangan di Tahun 2045

Revitalisasi Lumbung Pangan Menuju Kemandirian Pangan di Tahun 2045

Ilustrasi - foto istimewa tagar.id

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat pokok untuk menunjang keberlangsungan hidup manusia. Permintaan masyarakat terhadap pangan akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di dunia. Departemen Ekonomi dan Urusan Sosial, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memprediksi jumlah penduduk dunia akan terus meningkat menjadi 77,2 tahun pada tahun 2050.

Peningkatan jumlah penduduk tersebut tidak selaras dengan kondisi pangan dimasa yang akan datang, dimana diperkirakan kondisi pangan penuh dengan ketidakpastian karena berbagai ancaman dan tantangan. Berdasarkan laporan dari FAO dan PBB, pandemik covid-19 kemarin pula menjadi salah satu faktor kemiskinan yang mengancam 50 juta orang di dunia, selain dari iklim dan suhu dunia yang semakin kacau. Hal tersebut membuat negara maju maupun negara berkembang terus mengupayakan pemenuhan pangan di negaranya agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi, termasuk Indoensia.

Sebutan negara agraris serta melimpahnya sumber daya alam hayati merupakan kalimat yang sudah melekat bagi Indonesia dan tidak asing di telinga kita, sehingga sudah sepatutnya Indonesia mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakatnya   dan   memiliki   potensi   besar   untuk   menjadi   lumbung    pangan    dunia pada tahun 2045. Namun, pada kenyataannya harapan tersebut sulit untuk dicapai.

Banyak faktor yang menghambat terciptanya kemandirian pangan Indoensia, seperti yang kita ketahui bersama bahwa lahan pertanian indoensia terus menyusut akibat alih fungsi lahan tanpa adanya revitalisasi, profesi petani yang terus menurun dari tahun ke tahun yang diperkuat dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukan penurunan petani muda pada 2011 tercatat hanya 29,18% pemuda yang bekerja disektor pertanian.

Lalu, pada 2021 angka tersebut merosot menjadi 19,18% akibat kurangnya apresiasi dari berbagai pihak dan adanya disparitas pendapatan dengan pekerja lain. Selain itu, rendahnya pengatahuan para petani mengenai teknologi dalam pertanian menjadi faktor penghalang Indonesia sebagai negara mandiri pangan. Namun, dibalik tantangan yang terjadi tersebut, Indonesia memiliki cita-cita sebagai negara lumbung pangan dunia 2045 bertepatan dengan HUT RI

ke-100 yang  ditargetkan  mencapai  puncak  kejayaan  di  berbagai  bidang  termasuk  sektor pertanian.

Bukan mimpi di siang bolong, rencana Indoensia menjadi lumbung pangan dunia 2045 ini sudah direncakan oleh pemerintah melalui Kementrian pertanian Republik Indonesia dengan tujuan untuk mengantisipasi terjadinya krisis pangan pada masyarakat saat musim paceklik atau seperti pada saat covid-19 kemarin.

Revitalisasi lumbung pangan di Indonesia harus dimulai dengan memperkuat sektor pertanian dalam negeri. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan dukungan teknologi pertanian modern, pelatihan kepada petani, pengembangan infrastruktur pertanian, serta pengembangan sumber daya manusia yang handal di bidang pertanian.

Dalam upaya untuk memperkuat sektor pertanian, perlu juga ditingkatkan kualitas sumber daya manusia. Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dalam bidang pertanian, khususnya di wilayah pedesaan yang akan membantu menciptakan petani yang lebih handal dan terampil dalam memanfaatkan teknologi pertanian modern.

Pemerintah pula telah menyusun tahapan-tahapan yang diyakini mampu membawa Indoensia menuju lumbung pangan dunia 2045. Tahapan tersebut berupa swasembada pangan, kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan. Hal ini berarti pemerintah memiliki konsep dengan mengupayakan peningkatan penyediaan pangan di dalan negeri terlebih dulu untuk memperkuat ketahanan pangan. Ketika ketersediaan pangan dalam negeri sudah terpenuhi, maka dapat membuka peluang ekspor pangan domestik ke pasar global.

Berdasarkan tahapan yang telah disebutkan di awal bahwa Indonesia menargetkan swasembada pangan minimalnya 90% dari kebutuhan domestik sampai 2045. Adapun target swasembada pangan Indonesia melalui 9 komoditas yakni padi, cabai, bawang merah yang ditargetkan mencapai swasembada tahun 2016, jagung 2017, bawang putih dan gula konsumsi 2020, kedelai 2021, gula industri 2024 dan daging sapi ditargetkan swasembada pada 2026.

Tercatat sejak 2016 sampai 2020 komoditas yang berhasil mencapai swasembada tepat waktu hanya 4 komoditas saja yaitu komoditas padi, bawang merah, cabai, dan jagung, bahkan tingkat produksinyab telah melampaui tingkat konsumsi. Hal tersebut berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), stok beras nasional pada April 2022 yang tertinggi, yaitu 10,2 juta ton (BPS, 2022) dan pada Desember 2022 berdasarkan data dari neraca pangan nasional yang dihimpun Kementerian Pertanian, stok beras kembali surplus sekitar 7,5 juta ton

(Kementan, 2022). Adapun untuk gula konsumsi belum mencapai swasembada target, sehingga ditargetkan kembali pada tahun 2023. Sementara untuk swasembada kedelai sampai saat ini belum tercapai dan sampai saat ini pula belum diketahui seperti apa tindak lanjut yang akan dilakukan pemerintah.

Dalam upaya ketahanan pangan nasional menuju Indonesia lumbung pangan dunia, pemerintah pula membangun proyek food estate/lumbung pangan yang merupakan sistem penyimpanan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan pada masa sulit. Sebetulnya sistem ini telah ada sejak zaman nenek moyang kita dan masih tetap bertahan hingga saat ini. Namun sayangnya sistem lumbung pangan seringkali diabaikan dan terlupakan oleh masyarakat, terutama di perkotaan. Sehingga pemerintah melakukan revitalisasi lumbung pangan dengan program berbasis hortikultura dan korporasi petani dengan mengintegrasikan usaha di on-farm dan off farm dibawah tanggung jawab kementerian pertanian, kementerian PUPR dan kementerian pertahanan.

Lokasi yang digunakan sebagai tempat lumbung pangan adalah di Kabupaten Pisang dan Kabupaten Kapuas di Kalimantan Tengah serta Kabupaten Humbang Hasundutan di Sumatera Utara. Luas area lumbung pangan di Kabupaten Kapuas sekitar 20 ribu ha dan 10 ribu ha di kabupaten Pisang.

Pemerintah pula menciptakan program Serasi (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani) yang bertujuan untuk menyelamatkan lahan yang telah di alih fungsikan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Pemerintah pun mendukung program ini dengan memberikan bantuan beruapa alsintan kepada setiap daerah. Program ini pula bertujuan untuk mensejahterakan para petani yang kehilangan pekerjaan dari dampak alih fungsi lahan.

Terciptanya swasembada pangan, revitalisasi lumbung pangan serta program program Serasi diyakini akan menjadi kunci dalam mencapai kemandirian pangan di Indonesia. Dalam waktu 24 tahun ke depan, diharapkan sistem lumbung pangan dapat menjadi sistem yang efektif dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia serta dapat mengantarkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia 2045. ita-cita ini tidak akan tercapai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah, para petani, dan seluruh masyarakat Indonesia. Maka, sudah seharusnya seluruh masyarakat Indonesia bersatu dan bersinegeri demi terwudunya Indonesia lumbung pangan dunia 2045.

Penulis Syifa Nurlatipah, Mahasiswa UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(***)

 

 

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini