Beranda Opini Remaja Anti Bucin

Remaja Anti Bucin

Ilustrasi - foto istimewa IDN Times

Oleh : Ikhlas Rahmatika Zulfa S.Pd, Pendidik di Kota Serang

Cinta, satu kata seribu makna. Seperti lirik sebuah lagu, semua manusia pasti pernah merasakannya. Lumrahnya cinta bisa membuat seseorang hidup bahagia. Namun demikian hal itu tidak dirasakan oleh gadis berinisial YN. Karena cinta dia meregang nyawa. Dilansir dari situs bantennews.co.id, YN gadis usia 20 tahun, warga Cipocok Jaya Kota Serang nekat mengakhiri hidup dengan cara menggantung diri. Ia putus asa setelah berpisah dengan sang kekasih setelah menjalani pacaran selama dua tahun.

“Dugaan sementara karena putus cinta, ditemukan ada surat perjanjian putus, isinya antara korban sama pacarnya itu putus usai menjalani hubungan dua tahun pacaran,” kata Kanit Reskrim Polsek Cipocok Jaya Iptu Juwandi, Senin (28/12/2020).

Jasad korban yang tergantung pertama kali ditemukan oleh AZ, kakak YN pada Minggu 27 Desember 2020 pukul 21.00 WIB. “Kondisinya dalam keadaan gantung diri di terails jendela kamarnya dengan menggunakan sarung,” kata Juwandi.

Seperti cerita dalam sinetron, namun fakta itu terjadi dalam kehidupan nyata. Di tengah gelombang arus teknologi dan kehidupan yang serba logis, nyatanya banyak perilaku muda mudi yang justru di luar nalar. Mulai dari bergaul hingga melewati ambang batas, sampai ketidak siapan menerima resikonya. Maka tak heran jika ditemukan kasus bunuh diri karena putus cinta, nekat gantung diri karena ditinggal menikah, atau sederet kasus konyol lainnya.

Apa sebabnya banyak perilaku muda mudi tersebut? Harus diakui, perilaku manusia dikendalikan oleh pemikirannya. Maka jika melihat seseorang berbuat nekat, yang harus didalami adalah pemikirannya. Bisa jadi pikirannya sudah dikuasai oleh cinta semu sehingga menjadi budak cinta (bucin) yang membutakan nuraninya? Atau ketiadaan perisai keimanan dalam diri yang membuatnya nekat melakukan tindakan yang berbahaya bahkan berdosa seperti bunuh diri.

Tak dipungkiri, muda mudi masa kini hidup di tengah  gelombang pemikiran barat yang mempengaruhi jauh ke dalam kehidupan mereka. Gempuran budaya berupa pola hidup masuk tanpa kendali mewarnai kehidupan mereka, yang notabene mayoritas muslim. Tontonan, musik, gaya hidup adalah diantara budaya barat yang dikonsumsi mentah mentah oleh masyarakat. Drama korea menjadi salah satu ikon yang mengajari para remaja bagaimana jatuh cinta serta kehilangan cinta. Berhasil meraih pasar di dalam negeri, tontonan seolah menjadi pendidik kedua bagi para remaja.

Gempuran budaya asing yang masuk tak mampu dihalau karena sejak lama, remaja muslim tak mendapat didikan agama. Pelajaran agama yang didapat di sekolah ditekan sedemikian rupa hingga hanya mendapat porsi seadanya. Jangankan menjadikan mereka memiliki kepribadian paripurna, untuk menutup aurat saja , beralasan sedemikian rupa.

Bagaimana dengan keluarga? Lebih menyedihkan, karena institusi terakhir pertahanan seorang anak ini pun nyatanya telah banyak mendapat intervensi. Kesulitan ekonomi yang bertubi tubi, membuat banyak keluarga kehilangan jati diri. Wanita terpaksa bekerja keluar rumah, untuk membantu suami mencari nafkah. Di sisi lain tugas utama mereka sebagai pendidik generasi telah hilang dan berganti. Ya, keluarga telah kehilangan taringnya. Pengaruh kuatnya untuk mendidik generasi yang berkepribadian, serta tak mudah terpengaruh oleh nilai nilai negatif kini tinggal isapan jari.

Itulah sekelumit fakta yang terjadi pada remaja di sistem kapitalisme liberal saat ini. Remaja dibesarkan secara fisik, namun dikerdilkan dalam hal psikisnya. Mereka diberi segala kemudahan fasilitas hidup, namun minim diberikan pembekalan hidup. Kematangan biologis yang mereka alami tidak disertai dengan kematangan berpikir, menjadikan mereka budak dunia. Terjebak kedalam cinta buta, hingga meregang nyawa.

Solusi Sejati

Selayaknya peristiwa di atas tak terulangi kembali. Remaja adalah amunisi bagi sebuah bangsa. Keberadaan mereka dengan berbagai potensinya semestinya diarahkan untuk kemajuan peradaban . Karenanya remaja hendaklah disiapkan menjadi manusia terbina, baik secara pemikiran pun jua perilakunya. Jika generasi muda ini baik maka masa depan sebuah bangsa akan terlihat baik, sebaliknya kerusakan yang terjadi pada generasi muda menjadikan sebuah negeri harus banyak berkaca, menyoal masa depan mereka.

Menyikapi fenomena bucin yang banyak melibatkan remaja, Islam punya solusinya. Dalam islam, cinta adalah sebuah karunia dari Allah Sang Pencipta. Naluri berkasih sayang ini diberikan agar manusia bisa menjalani kehidupannya dengan sesama manusia secara harmoni. Melestarikan keturunan, serta saling tolong menolong dalam kebaikan. Karena itulah manusia membutuhkan aturan agar naluri berkasih sayang ini dapat tercurahkan dengan baik.

Mendapatkan bahagia dengan sebenar benarnya. Dalam hal ini islam menetapkan tata pergaulan sosial bagi laki laki dan perempuan. Perintah dan larangan telah disiapkan, agar manusia menaatinya. Bagi kaum wanita, ada perintah berhijab dan selalu menjaga sikapnya. Bagi kaum pria, perintah menundukkan pandangan menjadi kendali bagi dirinya. Sementara itu larangan khalwat (berdua duaan), serta ikhtilat(campur baur) antara pria dan wanita mampu menjadi pagar agar mereka mengendalikan diri dan hawa nafsunya.

Sejalan dengan hal tersebut, lembaga pernikahan disediakan sebagai ranah halal bagi pria dan wanita meraih bahagia. Mencurahkan kasih sayang, dan bertaawun di dalamnya dalam mendidik generasi penerus peradaban. Demikianlah islam mengatur generasi muda agar senantiasa hidup dalam aturan yang membawa kebaikan, terhindar dari jebakan cinta buta atau pun menjadi budak cinta. wallahu alam bishshowab.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini