CILEGON – Realisasi aplikasi Ojeg Pangkalan (Opang) Cilegon mandeg. Aplikasi ojek online yang dilaunching oleh Walikota Cilegon, Helldy Agustian pada awal 2022 lalu yang disebut-sebut sebagai gebrakan besar Pemkot Cilegon untuk pemberdayaan driver ojek pangkalan itu kini sepi peminat.
Kondisi tersebut diketahui dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor, mulai dari kurangnya sosialisasi, tarif yang tak sesuai dengan jarak tempuh, hingga konsumen yang mengaku kapok.
Salah satu driver Opang Cilegon yang juga selaku Ketua Paguyuban Ojek Pangkalan Kecamatan Cilegon, Nurdin mengatakan realisasi aplikasi Opang Cilegon terhadap driver hingga saat ini tidak ada perkembangan.
“Aplikasinya sampai hari ini tidak ada perkembangan. Karena memang dari awalnya itu pertama kurang sosialisasi. Kedua, dari rekan-rekan drivernya kalau misalkan dilihat dari orderan yang kira-kira ongkosnya murah dia tidak mau, apalagi ngambilnya jauh. Itu yang membuat kapok daripada konsumen. Konsumennya kapok karena setiap orderan itu gak diambil sama drivernya,” katanya kepada Bantennews.co.id, Selasa (5/3/2024).
Nurdin mengungkapkan, kendatipun saat launching Opang Cilegon Walikota Cilegon telah mempromosikan kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menggunakan jasanya, akan tetapi hingga kini tetap sepi peminat.
“Walikota pernah mensosialisasikan hal ini ke ASN bahwa sekarang ada aplikasi Opang sebaiknya pesan ke Opang saja, tapi ternyata sepi. Alhamdulillah selama 6 bulan ini saya gak pernah ada orderan,” ungkapnya.
Menurut Nurdin, realisasi aplikasi Opang Cilegon yang kini tidak berdampak kepada para drivernya itu disebabkan tarif yang dikenakan tak sesuai dengan jarak tempuh.
“Yang bikin sepinya drivernya sendiri yang tidak tertarik karena ongkosnya murah. Udah ongkosnya murah, ngejemputnya jauh. Itu yang bikin lemas,” ujarnya.
Meski kondisinya demikian, kata Nurdin, hingga saat ini belum ada lagi sosialisasi atau pengarahan dari Ketua Opang Cilegon itu sendiri. Ia berharap, Pemkot Cilegon dapat menangani masalah yang tengah dirasakan para driver Opang Cilegon.
“Kita mau protes soal tarif juga bagaimana kan sudah ditentukan di aplikasinya. Jadi harapannya Opang ini maju, supaya kita bisa berjalan dengan ojol yang lain. Harus ada keberpihakan dari pemerintah dan ketua sendiri bagaimana mensosialisasikannya. Bukan cuma sekadar digembar-gemborkan, tapi harus ada tindakan,” tutupnya.
Hal itu juga diakui oleh salah satu warga Samangraya, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon Ahmad Suhada. Ia mengaku tertarik menggunakan aplikasi Opang Cilegon karena tarifnya lebih murah dari ojek online lainnya. Namun, saat ia mengorder, driver tak kunjung datang.
“Saya dulu pernah coba pakai Opang Cilegon karena saya bandingin tarifnya lebih murah dari GO-JEK, GRAB. Tapi pas saya order, drivernya gak datang-datang,” ucapnya sambil tertawa. (Mg-STT/Red)