Beranda Opini Ramadan Bermuhasabah ‘Badai Ekonomi Pasti Berlalu’

Ramadan Bermuhasabah ‘Badai Ekonomi Pasti Berlalu’

Anah Furyanah, Dosen Universitas Pamulang Tangerang Selatan

Oleh : Anah Furyanah, Dosen Universitas Pamulang Tangerang Selatan

Dilema dirasakan oleh setiap insan di muka bumi ini dengan diserangnya pandemic covid 19. Virus berukuran mikro yang tidak terlihat oleh kasat mata mampu memporakporandakan peradaban dunia. Negara berkembang sampai negara maju “oleng” dalam segala sektor khususnya sektor perekonomian. Uang…. lagi dan lagi uang yang menjadi ukuran kita dapat hidup layak atau tidaknya di dunia. Sudah saatnya manusia berfikir bahwa uang adalah bukan segalanya. Kita harus menjadi sumber uang tetapi bukan mengabdi kepada uang, tetapi uang yang akan mengejar kita.

Pada saat diberlakukannya WFH mulai satu minggu belum terasa pengeluaran disana sini. Ternyata Covid 19 belum juga ada kemajuan karena semakin banyaknya yang terkena covid dengan up date data setiap hari dari juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona sampai dengan tgl 26 April 2020 adalah 8.882 orang positif corona. Oleh karena itu Masa WFH (bekerja dari rumah diperpanjang), PHK sudah mulai dilakukan, gaji sudah ada pemotongan, tunjangan2 yang tak kunjung cair, usaha kecil sudah banyak yang tutup karena turun omset yng drastis. Sudah mulailah manusia merasakan semakin berkurangnya keuangan pribadi. Pengeluaran yang terus ada setiap hari dan tak bisa henti.

Manusia sudah mulai bergerak harus bagaimana dan kemana untuk menjaga kesetabilan ekonomi keluarga. Bergeraknya hati antara manusia diperlukan saat ini, bagi mereka yang dianugerahkan harta berlebih saatnya untuk membantu yang sedang dibawah. Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW bersabda : “Hakikat kaya bukanlah banyaknya harta benda, tetapi hakikat kaya adalah kaya jiwa”, Muttafaq’alaih.

Pada saat normal terkadang tidak terfikir oleh manusia bahwa akan mengalami keterpurukan tapi inilah dunia. Dunia adalah tempat sementara untuk menuju ke tempat kekal yaitu akhirat. Mungkin Allah SWT sedang memberikan pesan cintanya kepada para manusia. Diambil dari buku Kang Helmy (PPA Institute Book , 2017) bahwa sunnatullahnya, manusia itu penuh keterbatasan, banyak hal yang tidak diketahui dan dikuasai oleh manusia ….dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit (QS Al isra [17]:85). Ada beberapa hal yang harus digaris bawahi dari buku “Kang Helmy” bahwa mengapa banyak dari kita yang memiliki banyak urusan atau bisnis dalam ikhtiarnya mencari rizki :
Pertama, tidak percaya akan jaminan rizki. Allah Ta’ala menjamin rizki, bahkan cicak yang jalannya merayap pun dapat memakan nyamuk yang terbang. Dimasa covid 19 yang tak kunjung reda pun meski berbagai hal sudah mengalami kemunduran maka harus tetap ingat akan jaminan rizki dari Tuhan Semesta, semangat ikhtiar dan berdoa.

Kedua, tidak merasa perlu laporan kepada Allah SWT “Sang Bos” langit dan bumi. Sebagai marketing menerima target penjualan dari manajer marketing, akan selalu up to date laporan ke pimpinan kita untuk pencapaian setiap waktu penjualan kita. Maka dari itu Sang Pemilik langit dan bumi kita siapa? Kita harus laporannya kepada siapa? Mari kita renungkan…..

Ketiga, Tidak memposisikan bahwa bisnis hanyalah dalam rangka menjalankan tugas dan perintah dari Allah SWT. Apabila telah ditunaikan solat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (QS Al-Jumu’ah: 56). Sangat lah jelas dengan dalil tersebut bahwa kegiatan bekerja kita tiap hari adalah diniatkan untuk ibadah.

Keempat, Masih adanya “ketamakan” terselubung. Agak sulit mendeteksi apakah diri kita tamak atau tidak, selalulah introspeksi diri. Tetapi point ini dapat dijadikan ikhtiar kita dalam memperbaiki diri. Ketamakan merupakan sikap tercela yang merusak, sebabnya adalah ragu akan ketentuan Sang Khalik, sehingga gerak geriknya terburu-buru bernafsu dan takut “kehilangan momentum”.

Virus melanda disaat akan masuknya bulan Ramadhan. Bulan dimana penuh keberkahan dan ampunan, saatnya manusia bermuhasabah diri dan memohon ampunan dan memohon untuk segera normal kembali dengan kondisi lebih baik lagi dari masa sebelumnya. Pemerintah sangat tepat menganjurkan untuk tidak mudik, dan melakukan ibadah dari rumah. Salah satu ikhtiar untuk pemutusan penyebaran covid-19. Masa Ramadhan adalah masa manusia bermanja-manja dengan Rabbnya, bukan bulan dimana persiapan untuk mengumpuljan harta sebagai ajang pamer di acara sialturahmi, bukan juga ajang pamer fashion, makanan, perabotan di hari kemenangan, tetapi bersimpuh agar badai cepat berlalu dan saling berempati antara manusia yang saling membutuhkan.

“Orang yang pintar adalah orang yag senantiasa bermuhasabah dirinya, dan beramal sebagai persiapan untuk sesudah kematian, orang yang lemah ialah orang yang meperturutkan hawa nafsunya dan berangan-angan (mendapat kemenangan) dari Allah.” HR. Tirmizi.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini