Beranda Opini Perjodohan Massal Dunia Industri Akibat Pendidikan Minim Visi

Perjodohan Massal Dunia Industri Akibat Pendidikan Minim Visi

Elis Fitriani, S.Pd, Pendidik dan Aktivis Back to Muslim Identity Banten

Oleh: Elis Fitriani, S.Pd, Pendidik dan Aktivis Back to Muslim Identity Banten

Menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim mendorong upaya membangun perjodohan antara industri dengan kampus. Kampus harus mampu mencetak Sumber daya Manusia yang dibutuhkan dunia Usaha. Hal ini sesuai dengan visi kampus merdeka dimana pihak kampus bebas menentukan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pihak perusahan yang menjadi pasangan, pihak perusahan ikut serta dalam pembentukan kurikulum kampus untuk mencetak generasi yang sesuai dengan kebutuhan pihak perusahaan.

Para mahasiswa nantinya akan diperbanyak praktek di luar daripada di kampus, misalnya waktu magang yang biasanya hanya dilakukan 2 bulan, dengan adanya kampus merdeka bisa dilakukan selama 6 bulan sampai satu tahun agar lebih memperdalam kemampuan di perusahaan tersebut, sebagai upaya untuk menciptakan lulusan yang siap kerja diperusahaan pasangannya.

Bagaikan angin segar ditengah terik mata hari, saat mencari pekerjaan susah didapatkan, sehingga tidak sedikit para sarjana yang tidak memiliki pekerjaan. Dengan adanya pejodohan antara kampus dan dunia industri diharapkan para sarjana siap bekerja dengan skill yang telah didapatkan selama belajar dan dilatih ketika magang.

Tidak hanya dengan dunia kampus Sekolah menengah Kejuruanpun dicetak untuk menjadi lulusan yang siap memenuhi permintaan industri, sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menikah dengan dunia industri agar langsung bekerja, tidak hanya di dalam negeri bahkan siap bekerja di luar negeri.

Setiap sekolah menengah kejuruan harus meminang suatu perusahaan atau dunia Industri dan dunia kerja (DUDI) yang dibuktikan dengan MoU (Memorendum of Understanding) agar ketika lulus siap bekerja, merupakan suatu keberhasilan bagi pihak sekolah saat anak didiknya bisa langsung bekerja dengan bekal skill yang didapatkan dari sekolah untuk memenuhi permintaan industri.
Apakah ini solusi terbaik untuk pendidikan?. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting bagi masa depan bangsa bahkan bisa menjadi penentu maju atau mundurnya suatu bangsa, maka pendidikan wajib memiliki visi yang jelas dan tuntas, tidak boleh ada campur tangan pihak lain yang hanya mengingikan skill para lulusan untuk dijadikan karyawan
jika para generasi hanya menjadi mesin insutri, dimana visi negeri yang harusnya dijunjung tinggi? siapa yang akan mengisi pos pemangku kebijakan, pelindung rakyat, para ilmuwan dan ulama jika dicetak hanya untuk menjadi karyawan?.

Ini bukan angin segar namun api di tengah terik matahari, sudah cukup pendidikan negeri ini kehilangan visi, arah pendidikan harus jelas dan selaras dengan tujuan pendidikan yakni mencerdaskan anak bangsa.
Masih banyak PR para generasi untuk membuat negeri ini mandiri dalam mengelola sumberdaya alam yang melimpah, memperbaiki akhlak yang rusak, menumpas krisis keadilan dan berbagai aspek lainnya yang membutuhkan generasi yang cemerlang baik akademik maupun akhlaknya.

Jika generasi hari ini hanya dibekali dan dicetak hanya menjadi pekerja, karyawan dan buruh bagaimana nasib negeri ini di masa yang akan datang? Maka seharusnya negara fokus mencerdaskan anak bangsa agar menjadi pribadi yang siap menjadi pemimpin di muka bumi, berakhlak dan bertaqwa kepada sang pencipta.
Inilah potret dunia pendidikan yang bernaung dalam sistem kapitalisme yang hanya mengutamakan keuntungan, pendidikan kehilangan visi, generasi hanya menjadi budak indutri, karena negara hanya menjadi regulasi.

Berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang memiliki visi yang jelas karena dengan pendidikanlah para ilmuan dan ulama akan tercetak, menciptakan generasi yang bertaqwa yang siap menjadi khalifah di muka bumi.

(Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini