Beranda Opini Pandemi dan Transformasi Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Dasar

Pandemi dan Transformasi Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Dasar

Ilustrasi - foto istimewa KalderaNews.com

Oleh : Siti Alawiyah Nurfadilah, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

Saat ini pandemi Covid-19 sedang meresahkan seluruh masyarakat baik di luar negeri maupun di Indonesia sendiri. Banyak orang yang kehilangan pekerjaannya, kehilangan keluarganya, bahkan banyak siswa/siswi yang tertekan akibat pembelajaran online yang kurang efektif hingga ada kasus pelajar yang bunuh diri dan mengalami kebutaan seperti kasus anak SD di Gowa yang diakibatkan dari sinar radiasi handphonenya, serta banyak keluh kesah dari orang tua yang anaknya susah untuk belajar di rumah tanpa pengawasan langsung dari gurunya.

 

Perkembangan covid-19 di Indonesia pada tanggal 15 Desember 2020 menurut Kemenkes RI dalam akun resminya, menyatakan bahwa pasien positif corona berjumlah 629.429 jiwa, pasien sembuh 516.656 jiwa, dan pasien meninggal 19.111 jiwa. Dari data tersebut menunjukkan bahwa semakin hari, pasien yang terinfeksi semakin bertambah. Dan ada pula kabar dari Kemendikbud jika sekolah akan dibuka kembali pada bulan Januari 2021 untuk zona hijau dan kuning. Dengan pertambahan pasien covid-19 setiap harinya dan kabar sekolah offline, menyebabkan sebagian orang tua siswa cemas untuk mengizinkan anaknya sekolah tatap muka.

 

Dengan kondisi tersebut, para pelajar perlu beradaptasi dengan sistem pembelajaran jarak jauh yang mengharuskan mereka belajar dirumah. Dari pembelajaran tatap muka yang biasanya mereka akan bertemu setiap hari dan mendapatkan pembelajaran langsung dari gurunya. Sekarang, karena adanya pandemi ini mereka dituntut untuk bisa mengerti sendiri materi pelajaran yang didapat dan dijelaskan oleh gurunya lewat media online, oleh karena itu, mereka perlu juga peran orang tua sebagai tokoh penting dalam menemani anaknya belajar, terutama bagi anak sekolah dasar yang memang sangat butuh peran guru untuk menjelaskan materi.

 

Anak usia sekolah dasar (SD) sekitar 6-12 tahun, biasanya mereka lebih paham dan mengerti jika langsung diberikan contoh, terutama dalam pembelajaran Agama Islam yang perlu adanya penerapan pembelajaran yang didapat di sekolah untuk kehidupan sehari-hari peserta didik. Dalam pembelajaran Agama Islam di jenjang SD, biasanya akan ditemukan hapalan-hapalan, baik hapalan bacaan sholat, hapalan surat-surat pendek, hapalan doa sehari-hari, maupun hapalan hadits-hadits pendek. Mereka akan senang jika belajar dan mengahapal bersama dengan teman-teman sebayanya, seperti ketika mereka sekolah offline. Semua yang mereka hapal juga di sekolah sangatlah berguna untuk kehidupan kesehariannya, terutama dalam hal ibadah.

 

Bersumber dari buku karya Halid Hanafi, La Adu, dan Zainuddin yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam bahwa pola pendidikan Islam bagi anak sekolah dasar adalah melalui proses pembelajaran terkait dengan pengenalan materi-materi akidah, ibadah dan akhlak bagi seorang Islam dalam kehidupan sekaligus menuntun dan melatih mereka mengimplementasikan materi-materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari disesuaikan dengan tingkatan umurnya dan dilandasi penuh kesabaran lewat proses pembinaan, latihan dan suri teladan dari orang tua dan gurunya serta pola pengajarannya pun harus dilakukan lewat kerja sama antara orang tua di rumah dan guru di sekolah sedangkan dalam pengawasan juga menjalin kerjasama dengan pihak masyarakat serta memanfaatkan media dan sarana yang ada dalam kehidupan. Dan di kutip dari jatimtimes.com, menurut Ketua Umum PPPAI Dr. H. Abdul Majid dalam webinarnya, bahwa pembelajaran PAI itu harus berdasarkan keikhlasan dan cinta.

 

Dengan adanya pandemi di tahun ini, para pelajar sekolah dasar dihadapi kesulitan belajar online. Terutama pembelajaran Agama Islam di sekolah dasar semakin terbatas pergerakan hubungannya antara guru dengan murid yang tidak bisa bertemu langsung, karena jika Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar umum, biasanya guru yang mengajar berbeda dengan guru wali kelasnya dan jam mengajarnya di satu kelas pun hanya sebentar 2-3 jam mata pelajaran selama seminggu. Lain halnya di SDIT/MI yang mereka bisa mendapatkan pelajaran agama selama 4 kali pertemuan dalam seminggu.

 

Pastinya siswa/siswi sekolah dasar merasakan perubahan yang begitu drastis dari dampak covid-19 ini dalam proses pembelajaran Agama Islam. Menurut Nadila Safira yang merupakan salah satu siswi kelas 5 dari SDN Sasana Wiyata 1, “Kalau dulu sebelum pandemi, belajar agama itu gurunya langsung menerangkan materi di depan kelas dan pasti ada hapalan yang disetor langsung, tapi sekarang beda, materi dijelaskan pakai ketikan di grup whatsapp yang harus kita baca, kalau sudah dibaca nanti dikasih pertanyaan.” Dan menurutnya, hapalan juga tetap ada, siswa/siswi tidak langsung dites memakai aplikasi zoom ataupun google meet, tetapi dengan cara membuat video yang diberikan waktu beberapa hari untuk menghapal dan merekamnya. Dari pendapat di atas, nampak sekali perbedaan yang menonjol dari pembelajaran Agama Islam di masa sebelum pandemi dan ketika pandemi.

 

Pembelajaran PAI online menggunakan zoom sangat berpengaruh pada keseriusan belajar, terutama untuk anak SD yang akan lebih mempersiapkan dirinya jika bisa bertemu teman-teman dan gurunya walau hanya di layar saja. Sebaiknya, guru sekali-kali memanfaatkan media tersebut agar anak tidak jenuh dan berilah mereka kesan menarik setiap diadakannya zoom atau google meet. Di kutip dari jatimtimes.com, menurut Tanenji, S.Ag., M.A. dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai narasumber di acara webinar, mencontohkan, bagaimana pembelajaran daring dengan berbicara sambil tersenyum, dan mengajak siswa memberikan refleksi dalam belajar. Dari hal tersebut, anak-anak akan tertarik dengan apa yang disampaikan oleh gurunya.

 

Perubahan pembelajaran Agama Islam yang sekarang jauh berbeda dari sebelum adanya pandemi, maka dibutuhkan peran orang tua untuk mengawasi anak-anaknya, selalu ada disaat anaknya butuh penjelasan tambahan, dan tidak perlu memarahi anak jika mereka belum paham atau belum bisa, karena mereka berproses dalam menerima perubahan sistem pembelajaran tersebut. Dalam hapalan pun orang tua perlu mendampingi anaknya, buatlah mereka merasa tidak terbebani dengan tugas hapalan dan tugas yang lain. Hal tersebut dapat mengurangi tingkat stres pada diri anak karena sudah lama mereka belajar online, yang sejatinya mereka masih dalam masa pertumbuhan agar tumbuh kembangnya juga tidak terganggu.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini