Beranda Opini Pagelaran Seni Virtual di Tengah Pandemi

Pagelaran Seni Virtual di Tengah Pandemi

Ilustrasi - foto istimewa IDN Times

Oleh: Muhammad Arby Almunta Wakil, Mahasiswa 

Pandemi Corona membuat sejumlah industri terdampak, salah satunya adalah seni. Saat pandemi COVID-19 mewabah di berbagai Negara, Indonesia pun terkena imbasnya. Tak patah semangat para seniman-seniman street art tanah air menggelar pameran virtual ‘Pandemic Youth’. Dalam siaran pers yang diterima, pameran virtual ini hanya bermodalkan kenekatan dan kreativitas para seniman di indonesia.

Sedari dulu mereka terbiasa bergerak dengan segala keterbatasan. Mulai dari ruang gerak di kampus yang sempit, kondisi keuangan yang pas-pasan, hingga peralatan yang tidak mumpuni. Modal kami Cuma kenekatan dan kekompakan. Modal ini yang membuat para pelaku seni graffiti bertahan sampai sekarang hingga membangun ruang yang lebih besar lagi. Di tengah pandemi para seniman skena graffiti tetap berkarya dari rumah.

Salah satu seniman graffiti yang menuturkan pameran virtual ini ingin membakar semangat siapa pun yang berada dirumah. ‘Berkarya itu tak pernah mati. Pamerannya bisa di nikmati melalui handphone atau daring dengan membuka web yang telah dibuat para seniman” tuturnya. para seniman membuat karya yang kini dipamerkan secara kolektif di ruang basement pun ditampilkan secara virtual.

Seni virtual itu terpaksa menyeret pada problem estetika karena estetika virtual untuk mengurai secara filosofis tentang praktik seni virtual pada masa pandemic ini.estetika virtual ini memang tak luput dari kontradiksi, terutama penganut paham estetika formalis dan konvensional yang menganggap relasi fisik (pertemuan antara penonton dan creator) dan persentuhan merupakan inti dari pengalaman estetik dan lahirnya persepsi.

Oleh karena itu, media virtual dianggap mereduksi yang nyata atau real, menghambat penginderaan manusia untuk bekerja. Sentuhan, penciuman, dan pengalaman relasi kebertubuhan semuanya semakin kehilangan peran. Estetika virtual memang meniadakan pertemuan langsung antara karya seni dan penonton. Interaksi mereka diperantarai persepsi virtual yang tampil di layar dalam sebuah frame. Selayaknya orang yang sedang menonton film atau video dikamar.

Penonton menjelajahi pengaman estetis berdasar apa yang dirasakan dari karya seni yang ada didepannya. Tubuh penoton memang tidak langsung ada di dalam nuansa karya seni selayaknya interaksi langsung. Komunikasi seperti ini masih menjalin interaksi estetis. Melalui teori kebertubuhan manusia adalah cara kita berkomunikasi dengan waktu dan ruang. Artinya tubuh kita menyediakan persepsi di dalam ruang dan waktu.

Begitu juga aspek karya seni, terutama seni graffiti, yang sangat terkait dengan ruang dan waktu selama keterbutuhannya masih menjadi medium ekspresi, selayaknya pemikiran ponty bahwa tubuh kita sesungguhnya adalah asal mula dari semua ruang ekspresif. Di sini kita dapat merujuk pada teori. Setidaknya untuk mengurai problem pada seni virtual yang menihilkan interaksi langsung antara karya dan penonton.

Terlepas dari perdebatan, di balik pandemic yang belum berakhir, penggiat seni graffiti di banyak wilayah justru semakin tampak dan terasa dampaknya. Praktik kesenian dalam medium baru ini memberi tekanan pada nilai solidaritas, membangun kesadaran untuk tetap berpegang pada nilai humanism selama pandemic, sehingga diharapkan praktik kesenian tidak menjadi sesuatu yang eklusif, tapu melebur bersama gerakan social masyarakat.

Jika tidak bergerak memanfaatkan teknologi mungkin para pekerja seni terlena dan diam saja dirumah.’kita memanfaatkan ruang tertentu yaitu teknologi missal virtual dan lain sebagainya. Supaya bisa tetap berekspresi dalam aktualisasi kreativitas masing-masi,ng dan dinikmati banyak khalayak,’terangnya. Pelaku seni, tegas dia,ada yang paham dan belum mengerti dengan pemanfaatan gadget dan medsos ditengah pandemi COVID-19 ini.

Bagi selaku seni graffiti di tengah pandemi COVID-19 ini memang sangat penting. Sebab pelaku seni ikut terimbas fatal akibat COVID-19. ‘sehingga yang biasanya ada program event, kegiatan misalnya event graffiti ditempat-tempat tertentu, kini karena covid jadi tak ada sementara, katanya.’pagelaran seni, pementasan, berkumpulnya pelaku dan penikmat seni. Tak bisa lagi kegiatan,’maka dari itu pelaku seni di seluruh Indonesia tak vakum ditengah situasi pandemi.

Saya sangat berharap, seluruh pelaku seni berperan penting di masa pandemi ini. Sebagai pelaku seni, jangan terlalu focus kepada covid-19 nya saja, tetapi juga harus menyebar kebaikan dengan orang sekitar. Teruslah berkarya dan berperanlah ditengah pandemic covid-19 ini. Karena pejuang sesungguhnya adalah yang berjuang dari awal hingga akhir.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini