Beranda Politik Nuansa Dinasti dan Calon Tunggal Terasa di Pilkada 2020 Banten

Nuansa Dinasti dan Calon Tunggal Terasa di Pilkada 2020 Banten

(foto: tribunnews.com)

SERANG – Pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang Gandung Ismanto memprediksi calon tunggal berpotensi besar akan muncul pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 di Banten. Calon tunggal tersebut lahir dari dinasti-dinasti lokal di setiap daerah di Banten.

Menurut Gandung, politik lokal pasca pilkada langsung telah melahirkan dinasti di tiap daerah di Banten. Politik dinasti tersebut, kata dia, kemudian menjadi hegemoni yang kuat dalam sektor ekonomi dan menyebabkan kekuatan besar dalam sistem pemilihan secara langsung.

“Itu menjadi sumber daya yang kuat dan sulit dilawan. Nah ini menumbuhkan hegemoni, karena hegemoni tumbuh ketika sumber daya ekonomi dikuasai. Ditambah dengan sumber daya pemerintahan di birokrasi termasuk di partai politik,” kata Gandung saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (13/12/2019).

Di Kabupaten Lebak, misalnya kata Gandung, calon tunggal yang maju dan memenangkan Pilkada tahun 2018 lalu berasal dari dinasti lokal Jayabaya yakni Iti Oktavia Jayabaya. Jayabaya diambil dari nama ayahnya yang merupakan mantan Bupati Lebak dua periode. Pilkada 2020 mendatang diprediksi akan muncul calon tunggal kembali di Banten.

“Pengalaman kita di Lebak terjadi, di Cilegon mungkin terjadi. Meski kepala daerah yang lama terkena kasus tapi yang sekarang yang melanjutkan (Ati Marliati) adalah trahnya,” ucapnya.

Perempuan yang saat ini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Cilegon tersebut dianggap memiliki pengalaman berikut dukungan pengaruh keluarga yang kuat.

“Di dunia politik mungkin baru, tapi dengan pengaruh besar keluarganya yang juga masih punya peran hegemoni saya kira tidak sulit buat dia memenangkan pilkada, atau mungkin muncul sebagai calon tunggal,” katanya.

Kondisi yang sama juga mungkin terjadi di Kabupaten Pandeglang. Petahana Irna Narulita memiliki hegemoni kuat meneruskan pola yang dilakukan suaminya. Kemudian komunikasi dan penampilannya juga diterima di hampir semua segmentasi pemilih.

“Kalau sisi kebijakan sih tidak ada terobosan yang signifikan, tapi dari sisi penampilannya lebih ramah, lebih mudah diterima oleh hampir semua segmen pemilih. Saya kira juga tidak sulit bagi dia memenangkan pilkada,” ucapnya.

Kondisi berbeda terjadi di Kabupaten Serang. Petahana Ratu Tatu Chasanah dianggap belum terlalu menancapkan kekuatannya. Sehingga di Kabupaten Serang masih mungkin terjadi lahirnya perlawanan terhadap adik Ratu Atut Chosiyah tersebut.

“Ibu Tatu meski dia berasal dari keluarga yang juga hegemonik secara politik provinsi, tapi di level kabupaten saya kira ada sejumlah variabel yang masih memungkinkan terjadinya dinamika politik. Hampir mirip dengan Kota Serang lah. Jadi secara kepemimpinan belum cukup kuat menancapkan hegemoni kekuasaan, terlepas dari hegemoni keluarga di level yang lain,” tuturnya. (You/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini