Beranda Opini Nasib Wirausaha Akibat Dampak Pandemi Covid-19

Nasib Wirausaha Akibat Dampak Pandemi Covid-19

Komunitas Cup Bestari menggelar bazar produk UMKM yang diselenggarakan di Kelurahan Sangian, Jaya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang - (Nimam/BantenNews.co.id)

Oleh: Arief Rachman Hakim, Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang

 

Menjadi seorang pengusaha atau berwirausaha adalah hal yang menjanjikan jika dilakukan dengan kemauan kuat  pintar membaca situasi segmen pasar terhadap apa yang akan dibisniskan,ketekunan dan mental yang kuat dan pola pikir (mindset) untuk maju kedepan karena Mencari lapangan kerja kini sudah semakin sulit, baik itu dari proses rekrutmennya hingga tekanan yang dihadapi apalagi sekarang sedang terjadi pandemiCovid-19.

Banyak dari para milenial yang justru enggan untuk bekerja di perusahaan dan memilih untuk membuka usaha sendiri Persaingan antara tenaga kerja semakin ketat di era globalisasi saat ini, menyebabkan orang-orang yang terlibat didalamnya harus memutar otak agar dapat bertahan ditengah gempuran persaingan yang keras. Ketika lapangan kerja yang dituju sudah semakin selektif dalam proses rekrutmennya, maka salah satu opsi yang banyak diminati adalah menjadi pengusaha

Salah satu bisnis yang banyak digeluti adalah kuliner dan banyak dari mereka yang menjadi pedagang kaki lima.

Para pelaku usaha kaki lima biasanya menjajakan kebutuhan sehari-hari kepada pejalan kaki di seperti makanan, minuman, baju, ataupun jasa yang membutuhkan modal tak begitu besar dan berjualan di pinggir-pinggir jalan. Sejauh ini usaha kaki lima di bidang kuliner banyak jadi pilihan karena cukup menjanjikan. Lantas apakah dengan menjadi pedagang kaki lima bisa sukses?

Ide kreatif saja masih belum cukup sebagai modal menjadi pengusaha. Mental kuat serta sikap yang tahan terhadap tekanan menghadapi ketidakpastian suatu kondisi dalam berbisnis harus dimiliki pelaku usaha.

Berbeda halnya dengan seseorang yang bekerja di suatu perusahaan, dimana setiap bulannya mendapat gaji tetap dan jenjang karir pun jelas. Sementara ketika kamu memutuskan untuk menjadi pengusaha, semuanya serba tidak jelas.

Maksudnya tidak ada jaminan setiap bulan kamu akan menerima pemasukan yang jumlahnya sama. Tidak ada yang namanya karir dan segala sesuatunya kamu yang memulai sendiri dari awal.

Pedagang kaki lima tentu sudah akrab di kehidupan sehari-hari, di mana-mana bisa kita temukan mereka yang berjualan kaki lima. Dengan kata lain, bisnis ini bisa dilakukan oleh siapapun tanpa melihat latar belakangnya, asalkan punya ketekunan dan sabar.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bisnis kuliner selalu jadi daya tarik sendiri karena modalnya yang relatif murah. Inilah alasan kenapa usaha kuliner kaki lima jadi peluang usaha yang sangat menjanjikan. Misalnya saja, usaha warung makan Chinese Food yang sering kamu lihat dimana-mana.

Warung makan Chinese Food ini punya peluang usaha yang menarik dan bahkan ada satu keluarga dari turun temurun hidup dari membuka usaha warung makan tersebut. Lalu omzet yang didapat bisa mencapai jutaan dalam sehari. Ataupun jajanan yang disukai semua orang, contohnya pisang molen dengan aneka varian.

untuk bisa mencapai kesuksesan itu memang tidak mudah. Seiring berjalannya waktu, pelaku usaha tersebut tentu akan belajar banyak hal sehingga bisa memperbesar usahanya

 

Namum mewabahnya Covid-19 yang hingga saat ini belum berakhir Dampak roda perekonomian yang terjadi di kalangan pedagang pasar tradisional atau pasar rakyat akibat pandemi Covid-19 yang terkonfirmasi di Indonesia sejak 2 Maret 2020 lalu hingga kini belum ada solusi tepat dan aman. Selain masyarakat yang memang tidak merasa aman ketika berbelanja di pasar, juga ada pasar-pasar tradisional yang merupakan pasar rakyat ditutup pemerintah untuk menjaga kemanan.

Dalam status kedaruratan kesehatan masyarakat,menghadapi wabah Covid-19  Pemerintah pusat pilih Pembatasan Sosial Berskala Besar,Dalam prakteknya, PSBB di setiap daerah di Indonesia tidaklah sama pimpinan daerah mulai dari paling tinggi tingkat provinsi, kabupaten/kota, sampai desa diberikan wewenang untuk membuat Perda sendiri asalkan peraturan daerah tersebut sejalan dengan instruksi Kementerian Kesehatan dan memperhatikan protekoler kesehatan yang berlaku dalam pencegahan Covid–19.

Pelaksanaan PSBB ini tidak diberlakukan secara seragam di seluruh Indonesia Tentu pemberlakuan PSBB memiliki dampak positif untuk mengurangi dan mencegah penyebaran virus corona di tengah masyarakat tetapi pemberlakuan PSBB juga memiliki dampak negatif  yang dirasakan oleh hampir di seluruh elemen masyarakat terutama masyarakat berperekonomian kecil.

 

Salah satu orang yang paling merasakan dampak Covid-19 ini adalah Ibu Maemunah salah seorang pedagang di Pamulang Tangerang selatan. Sehari-hari, Maemunah menjual berbagai kebutuhan rumah tangga mulai dari sembako,sayuran, ikan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

 

Akibat adanya Covid-19 dan isolasi mandiri yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Maemunah mengalami penurunan pendapatan yang cukup siqnifikan. “Ya, benar. Akibat adanya Covid-19 ini saya mengalami penurunan pendapatan. Biasanya mendapat keuntungan bersih Rp300 ribu – Rp400 ribu per hari, sekarang cuma berkisar Rp150 ribu Rp250 ribu,” ungkap Maemunah dalam wawancara

 

Di satu sisi, PSBB yang diterapkan Pemerintah sangat efektif untuk mencegah penyebaran virus corona. Tapi di sisi lain, pembatasan ini memengaruhi pendapatan masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah yang mata pencariannya dengan bekerja dari luar rumah seperti buruh pabrik dan karyawan kantor. Kondisi dilematis ini tidak mudah dicari jalan tengahnya, mengurangi dampak ekonomi sekaligus mengurangi secara signifikan jumlah warga yang positif corona.

“Akibat corona, orang yang biasa keluar rumah untuk belanja jadi tidak bisa keluar lebih milih belanja online. Mungkin karena masyarakat di sekitar sini banyak yang buruh jadi dan mereka dirumahkan, sehingga daya beli menurun. Semoga pemerintah dapat mencari solusi yang lebih baik lagi ke depannya bagi kami masyarakat kecil,”

Harapan Ibu Maemunah tentunya mewakili harapan semua pedagang kecil di seluruh Indonesia, bahkan bisa jadi harapan semua orang. Pemerintah diharapkan dapat mencari alternatif solusi yang lebih bijak untuk menangani keluhan masyarakat. Selain dengan bantuan sosial kepada masyarakat yang kurang mampu, stimulus ekonomi yang sudah dicetuskan diharapkan bisa diimplementasikan dan berdampak luas bagi pertumbuhan ekonomi.

 

Masyarakat juga diharapkan bisa ikut serta berperan aktif  dalam mencegah tersebarnya virus corona dengan memperhatikan protekoler kesehatan yang telah diterbitkan Kemenkes. Pada akhirnya, wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia menjadi sarana menguatkan tali persaudaraan dan kepedulian kita terhadap sesama. Semoga badai corona segera berlalu

 

Semenjak Covid-19 ditetapkan berstatus pandemi, ada banyak sektor ekonomi domestik dan global yang terpengaruhi. Dampak pandemi paling terasa terjadi pada sektor usaha mokro, kecil, dan menengah (UMKM).Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada sektor kesehatan saja, virus ini juga menyerang sektor ekonomi dari berbagai kalangan.

Dampak Covid-19 ini amat dirasakan oleh para pedagang. Banyak pedagang kecil maupun besar yang mengalami kerugian hingga tak jarang berakhir dengan gulung tikar. Pasalnya, akibat melonjaknya kasus terinfeksi Pemerintah Kota Tangerang selatan harus memberlakukan pembatasan aktivitas sosial masyarakat.

Seperti yang dialami Dede (23), penjual makanan di Pasar ciputat. Ia mengaku pendapatannya sejak pandemi ini mengalami penurunan drastis. Terlebih saat ini ada pemberlakuan aturan larangan berjualan melewati pukul 22.00 WIB.

“Dulu sebelum Covid-19 biasa berjualan sampai jam 12 malam dan seringnya dagangannya habis. Kalau sekarang ya kurang, habis tidak habis harus ditutup karena dibatasi sampai jam 10 malam saja,”

Ia mengungkapkan, pendapatan dari penjualannya berkurang hingga 50 persen. Penyebabnya, banyak  pelanggan yang mengaku kepada dirinya takut tertular virus corona jika banyak beraktivitas di luar rumah. Namun, dirinya menegaskan meski berjualan ia tetap menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

“Dulu sehari bisa dapat sampai Rp 500 ribu, sekarang dapat Rp 250 ribu sudah bersyukur sekali,” ungkapnya.

Nasib serupa juga dialami oleh Dormian (23). Pedagang Sayur ini mengaku dagangnya sepi pembeli. Bahkan, dalam sehari pendapatannya tak menentu.

“Sekarang sudah nggak pasti untung berapa dalam sehari gara-gara COVID-19 ini,” kata Dormian

Ia berharap, pandemi ini segera berakhir. Selain was-was tertular virus ini, ia dan pedagang lain bisa kembali berjualan normal seperti sedia kala.

“Semoga pandemi cepat berakhir dan pemerintah bisa menanganinya dengan baik,” pungkasnya.

(***)

 

 

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini