Beranda Opini Merawat Kemerdekaan Indonesia

Merawat Kemerdekaan Indonesia

Ilustrasi - foto istimewa titikdua.net

Oleh : Dimas Dharma Setiawan, Pembimbing Kemasyarakatan di Banten

Dalam beberapa hari lagi bangsa Indonesia akan memasuki masa kemerdekaan ke-75 tahun. Usia yang semakin tua lebih dari separuh abad dimana stamina nasionalismenya harus tetap terjaga demi mempertahankan bumi nusantara, tumpah darah serta martabat bangsa dari potensi rong-rongan agresifitas globalisasi. Generasi saat ini disebut sebagai ahli waris yang bertugas sebagai patriot penjaga marwah kemerdekaan perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan harta, jiwa dan raga.

Sejumlah negara yang sebelumnya merdeka dan bedaulat kembali terperosok pada perang saudara, perang perebutan kekuasaan hingga perang perselisihan ideologi. Akibatnya sesama warga negara saling tembak menembak, saling menghianati dan saling mendera. Peristiwa kudeta terhadap pemerintahan yang syah juga kerap terjadi berujung pada peperangan. Yang paling menakutkan adalah peperangan yang diakibatkan sengketa penafsiran ideologi, para pihak mengaku paling dekat dengan Tuhan namun perilakunya belum tentu berketuhanan.

Kemelut yang terjadi di negara luar jangan sampai terjadi di dalam negeri. Kuncinya adalah menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Musuh besar bangsa ini adalah adu domba yang berpotensi menimbulkan pertikaian, permusuhan hingga konflik besar. Menjelang hari kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2020, ijinkan penulis mengajak pembaca untuk sama-sama mengingat sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, menyadari bahwa Indonesia sebagai yang kaya oleh karenanya merawat kemerdekaan Indonesia itu adalah suatu kewajiban.

Sejarah Singkat Penjajahan

Sejarah mencatat, selama tiga abad lamanya Indonesia pernah menjadi bangsa pesakitan akibat agresifitas penjajahan Portugis, Spanyol, Perancis, Inggris, Belanda dan Jepang. Semula para penjajah datang ke daratan nusantara berpura-pura sebagai pedagang atau sekedar singgah saja. Seiring berjalannya waktu merekapun memperpadayai rakyat, melakukan monopoli perdagangan, penarikan pajak rakyat, menindas hingga merebut kekuasaan.

Warga pribumi tidak tinggal diam, mereka melakukan pertentangan atas sikap keji bangsa Eropa tersebut. Dengan berbekal senjata api seadanya dan senjata tradisional para pejuang dengan gigih dan gagah maju ke medan pertempuran melakukan serangkaian serangan perlawanan. Strategi perang dilakukan secara bergerilya masuk hutan keluar hutan, naik bukit turun bukit hingga menempuh perjalanan dikegelapan malam.

Cara tersebut sangatlah sulit, rumit dan melelahkan. Kala itu alat penerangan, alat komunikasi, persenjataan, logistik hingga fasiltas lainnya sangat terbatas, para pejuang harus bisa berjalan di gelapnya hutan, naik bukit hanya dengan modal tenaga hingga mendapatkan serangan penjajah secara tiba-tiba.

Dipenghujung masa penjajahan, pemerintah Jepang akhirnya menyerahkan kekuasaan pada Indonesia setelah mereka kalah dalam perang pasifik. Pada tanggal 17 Agustus 1945 dilakukan ikrar kemerdekaan melalui pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaaan Indonesia oleh segenap bangsa Indonesia melalui dua putra bangsa Soekarno-Hatta. Pekik kata “Merdeka” menggema di langit dan daratan Indonesia. Kemerdekaan sebagai buah manis dari perjuangan pahit para pahlawan di medan pertempuran dalam membebaskan Indonesia dari derita nestapa.

Sejatinya setelah Proklamasi dibacakan, Negara lain wajib menghargai Indonesia sebagai negara berdaulat, namun rong-rongan kembali terjadi. Pada tahun 1948 Belanda melakukan upaya penjajahan lanjutan melalui agresi militer kedua, meskipun upaya itu gagal namun pesannya dapat dimaknai alam nusantara ini masih diangap menarik oleh bangsa asing yang ingin terus menguasi Indonesia.

Kini tidak ada lagi penjajahan di Indonesia, bangsa ini bebas menetukan nasibnya dalam segala bidang termasuk ekonomi, sosial, budaya, hukum, keamanan dan pendidikan. Kekayaan sumber daya alam dikuasi sepenuhnya oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Indonesia memiliki kekayaan yang terkadung didalam tanah, diatas tanah hingga didalamnya lautan. Didalam tanah kita melimpah minyak, emas, nikel, batu baru dan banyak lagi. Diatas tanah kita melimpah rempah-rempah, pangan, hewani hingga tumbuh-tumbuhan. Didalam birunya lautan kita melimpah ikan, karang, pasir laut, rumput laut, permata hingga garam.

Kekayaan bahan tambang

Mengutip dari beberapa sumber bahwa pada tahun 2019 produksi Emas dalam negeri mencapai 109,01 ton, jumlah yang sangat fantastis hingga mendudukan Indonesia pada posisi ke-tujuh di Dunia atau ke-satu di Asia Tenggara sebagai negara terbesar memproduksi Emas. Tambang emas tersebar di sejumlah daerah seperti di Pulau Papua, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, Maluku Utara dan Bengkulu. Emas sebagai bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui dengan demikian kita harus menjaga ketersediaan pasokannya agar dapat dirasakan juga di dalam negeri.

Selanjutnya Minyak, ketersediaan minyak dalam negeri jumlahnya sangat cukup, dalam satu hari Indonesia mampu memproduksi minyak mentah sebanyak 762,4 ribu barel. Dalam sekala dunia, Indonesia berada di posisi 23 sebagai negara penghasil minyak dan di Asia Tenggara Indonesia masih bertengger pada peringkat pertama setelah Malaysia. Kilang minyak tersebar disejumlah daerah terutama di Propinsi Riau disebut sebagai daerah terbesar yang memiliki sumber minyak, disusul Dumai, Plaju, Pangkalan Brandan, Balikpapan, Cilacap, Sorong dan Cepu.

Bahan Tambang Timah di Indonesia sudah pernah menjadi incaran penjajah Belanda. Kala itu Belanda sudah mendirikan perusahaan penambangan Timah di Pulau Karimun, Singkep dan Bangka Belitung. Timah memiliki sejumlah keunggulan dan juga nilai jual yang cukup tinggi. Satu ton Timah dibandrol seharga US$ 17.118, pasar penjualannya pun sampai keluar negeri seperti ke Spanyol, Inggris, Kanada, Amerika, Singapura, China dan Jepang.

Nikel, Indonesia masuk sebagai negara produsen Nikel di Dunia. Sejumlah negara di Eropa sebagai pangsa potensial penjualan Nikel. Nikel dibandrol seharga US$ 30/ton, adapun jumlah produksi dalam negeri sebesar 170.000 ton metrik dan jumlah cadangan Nikel yang belum tergali sekitar 84.000.000 ton metrik. Pulau Sulawesi dan Pulau Maluku disebut sebagai surga bagi para penambang Nikel. Pada bulan Januari 2020 lalu Pemerintah Indonesia memperketat kegiatan Ekspor Nikel oleh karena terjadi lonjakan kuantitas kegiatan pengapalan yang semula berkisar 30 Kapal/bulan, melonjak menjadi 100 Kapal/bulan.

Batu Bara, Indonesia kaya akan bahan tambang yang terbuat dari sisa fosil tersebut. Sejak jaman pra-kemerdekaan hingga saat ini ketersediaan Batu Bara masih sangat melimpah. Produksi dalam negeri (2019) mencapai 600 juta ton dengan harga sekitar US$ 65,9/ton. Asumsi Ekspor tahun 2020 ditargetkan sekitar 430 juta ton dengan negara tujuan Ekspor yaitu Bangladesh, Pakistan dan Vietnam. Distribusi Batu Bara berasal dari Sawah Lunto (Sumatera Barat), Aceh Barat (NAD), Sorong (Papua) dan Tanjung Enim (Sumatera Selatan).

Kekayaan Rempah-Rempah

Rempah-rempah seperti Cengkih, Kemiri, Kemukus, Kapulaga, Kayu Manis dan Vanili tumbuh subur di tanah Indonesia. Komiditi tersebut sangat berkhasiat sebagai bahan : makanan, minuman, komestik, rokok, minyak, farmasi, parfum hingga obat-obatan. Penjajah kala itu sangat agresif mengambil dan membawa rempah-rempah dari Indonesia ke kampung halaman mereka di Eropa. Mereka sangat memahami khasiat dan keunggulan rempah-rempah nusantara.

Misalnya kayu manis yang direbus, air rebusannya memiliki sejumlah khasiat seperti mengendalikan gula darah, meningkatkan imunitas tubuh, menurunkan berat badan, meningkatkan daya kerja otak, meredakan nyeri gigi hingga memperlambat jaringan kanker. Tumbuhan bernama latin Cinnamaldehyde tersebut tumbuh subur di daerah Yogyakarta, Sumatera Barat dan Jambi. Pangsa pasar ekspor merambah sampai ke Australia, Jepang, Uni Emirat Arab, Polanda hinga ke Afrika Selatan.

Selanjutnya Cengkih (Cengkeh) tumbuh subur dihampir seluruh daerah di Indonesia. Di daerah Pandeglang, penulis cukup banyak melihat pohon Cengkih tumbuh di halaman masyarakat perkampungan. Biji Cengkih di petik lalu dijemur hingga mengering di halaman rumah mereka lalu dijual kepada pengepul. Daerah penghasil Cengkih terbesar di Indonesia berada di Maluku, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, Papua, Jambi, Riau dan Banten. Cengkih di Ekspor kesejumlah negara seperti Yordania, Belanda, Kosta Rika, Malaysia hingga Israel.

Merawat Kemerdekaan

Menurut beberapa sumber, Kemerdekaan adalah: (kata benda) di saat suatu negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian negaranya. (kata benda) di saat seseorang mendapatkan hak untuk mengendalikan dirinya sendiri tanpa campur tangan orang lain dan atau tidak bergantung pada orang lain lagi.

Merdeka/mer·de·ka/ /merdéka/ a 1. bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya); berdiri sendiri: sejak proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 itu, bangsa kita sudah –; 2.tidak terkena atau lepas dari tuntutan: — dari tuntutan penjara seumur hidup; 3.tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa: majalah mingguan –; boleh berbuat dengan –;– ayam ki bebas merdeka (dapat berbuat sekehendak hatinya).

Peradaban dunia sudah sampai pada pesatnya kecanggihan intelektual manusia (Nature Intelegency) dan intelektual buatan (Artificial Intelegency). Kecanggihan berpikir sudah mampu menciptakan kehidupan dunia baru yang sering disebut Dunia Maya. Suatu entitas yang memudahkan antar individu dalam berinteraksi sosial. Sejumlah rekayasa kehidupan juga sudah mampu diciptakan. Misalkan mengidupkan tanaman padi tanpa harus menggunakan media tanah persawahan sudah bisa dilakukan dengan menggunakan media hidroponik.

Perangkat sarana prasarana yang semula berlangsung secara konvensional sudah berubah menjadi digital yang memudahkan manusia dalam beraktifitas. Dengan hanya menekan tombol, apa yang kita inginkan sudah bisa terwujud. Meskipun demikian tetap harus ada kewaspadaan, ketelitian dan kecermatan kemungkinan adanya upaya-upaya jahat yang ingin merusak Indonesia melalui fasilitas tekhnologi. Misalkan keberadaan satelit angkasa yang dikontrol dari bumi bisa disalahgunakan untuk mengintip daerah terlarang suatu negara tanpa harus diketahui. Data yang didapat tentu saja merugikan pihak yang diintai.

Masyarakat Internet (Netizen) terlihat didominasi kaula muda, sejatinya mereka harus menjadi garda terdepan merawat Kemerdekaan Indonesia melalui arus tekhnologi dengan tepat guna. Tidak menyebarkan berita Hoax sebagi upaya terkecil, mencari informasi berguna sebagai kemanfaatan, membuat aplikasi ke-Indonesia-an sangat diharapakan, tidak menggunakan aplikasi yang diduga hendak memata-matai Indonesia hingga menggaungkan kewibawaan negara Indonesia.

Memulai perang tidak perlu lagi dengan menarik trigger senjata, melainkan dengan menyebarkan paham-paham menyimpang dan menina-bobokan anak bangsa dengan budaya-budaya asing. Dengan demikian semangat kemerdekaan baiknya tidak hanya ada pada bulan Agustus saja, melainkan setiap hari, jam, menit dan detik. Tujuannya agar kecintaan kita terhadap bumi pertiwi semakin terjaga. Kemerdekaan yang terawat akan terus menentramkan kehidupan kita di bumi Indonesia yang gemah ripah loh jinawi.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini