Beranda Opini Meraih Hari Kemenangan di Hati

Meraih Hari Kemenangan di Hati

Ilustrasi berdoa. (google.com)

Oleh : Dimas Dharma Setiawan, Pembimbing Kemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Serang

Dalam hitungan hari kita umat Islam akan bertemu dengan hari kemenangan, hari yang banyak mengucapkan kalimat takbir, hari saling mendo’akan antar sesama dan hari yang anjurkan untuk makan dan minum. Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1441 H kali ini situasi dan kondisinya berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pandemic Covid19 telah memberikan hikmah esensial, menundukan semua penduduk bumi agar patuh pada takdir kehidupan. Sebagai mahluk beragama kita wajib bertawakal menjalankan ujian Alloh SWT, sebagaimana disebut pada ayat : Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal”. (QS. Al-Taubah : 51).

Suatu wabah atau musibah merupakan suratan dari Alloh yang Maha Kuasa, sebagaimana disohehkan dalam ayat : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”. (QS. Al-Baqarah [2]: 155-156).

Kalau dinilai dari segi kebiasaan memang tidak mengenakan dimana menjalankan ibadah sholat saat ini berbeda dengan masa sebelumnya, sholat dalam suasana saling curiga penyakit, tidak saling bersalaman setelah sholat, sholat di masjid/mushola tidak beralaskan karpet hingga anjuran untuk tidak sholat berjamaah di Masjid/Mushola. Namun demikian hal itu tetap mensyahkan sholat, karena syahnya sholat yaitu (a) mengetahui waktunya sholat, (b) suci dari hadats, (c) kesucian pakaian sholat, (d) menutup aurat, (e) menghadap kiblat dan (f) niat.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah melakukan kajian yang komprehensif, dikeluarkan Fatwa bernomor 14 tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi terjadi Wabah Covid19. Suatu Instrument yang menuntun umat dalam beribadah dengan mengedepankan kaidah agama, medis dan sosiologis. Menjalankan sholat di rumah masuk dalam fatwa tersebut, para ulama menjamin pahala yang sama antara sholat berjamaah di masjid dengan sholat di rumah saat terjadinya wabah.

Sangatlah menyakitkan bagi pelaku usaha mikro oleh sebab kegiatan usaha sepi pembeli hingga berdampak mengalami kebangkrutan. Mungkin bagi mereka tidaklah sampai memikirkan untuk merayakan Lebaran karena untuk kehidupan selama bulan Ramadhan saja cukup kesulitan. Pemerintah berusaha mengurangi beban masyarakat dengan cara memberikan bantuan sejumlah uang tunai dan kebutuhan sembako. Pembagian dilakukan menjelang Lebaran, cukup atau tidak bantuan tersebut setidaknya Negara sudah hadir mendekati rakyatnya.

Pada tahun sebelumnya satu minggu sebelum hari lebaran sudah terjadi antrian mobil di jalanan. Para pemudik berlomba-lomba memacu kendaraannya untuk sampai di kampung halaman. Pertemuan dengan handai taulan untuk saling bersalaman dan bermaafan sangat diidamkan. Kini, kita sebagai masyarakat harus bersabar untuk menanggalkan kegiatan tersebut. Riwayat tradisi halal-bihalal di Indonesia bermula pada tahun 1946, kala itu KH.Wahab Chasbullah memberikan petuah kepada pemerintah agar mengadakan suatu pertemuan antar tokoh bangsa yang terbelah dan tokoh agama yang beda pandangan terhadap Negara dalam suatu istilah yang bernama Halal-bihalal. Konsep tersebut diterima oleh pemerintah lalu diberlakukan dengan mempertemukan para tokoh yang dimaksud. Tradisi tersebut masih berlangsung hingga saat ini.

Ada riwayat yang menyebutkan Nabi Muhammad S.A.W mencontohkan suatu perbuatan pada hari raya idul fitri dengan membaca do’a “Taqabbalallahu minna wa minkum,” yang artinya semoga Allah menerima ibadah kita. Lalu hadits yang menyebutkan “Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia).” (HR. Al-Bukhari).

Setidaknya tahun ini kita masih dapat merasakan dengan baik salah satu tadisi di bulan ramadhan yaitu qunutan. Memasak ketupat dan opor ayam pada siang hari lalu malam harinya membaca do’a sebagai tanda syukur telah melalui setengah tahapan puasa.

Meraih hari kemenangan dapat kita raih dengan cara memperbanyak membaca Al-Qur’an karena moment nuzulul qur’an merupakan kuasa Alloh SWT yang tidak dapat terhalang oleh apapun termasuk tidak terdampak covid19. Umat bisa mendapatkan kemulian melalui beribadah pada malam-malam ganjil seraya berdo’a agar wabah ini bisa sirna dari muka bumi.

Meraih hari kemenangan dapat kita raih dengan berintropeksi diri, setidaknya berpuasa turut merasakan diri dari rasa lapar sebagaimana orang yang sedang kelaparan. Masyarakat kelaparan masih terjadi di Afrika Tengah, Yaman dan Haiti. Disana makanan sebagai barang langka, orang-orang mengeluhkan perutnya yang kosong. Keinginan makan sangat kuat namun ketersediaan makanan masih sangat terbatas.

Meraih hari kemenangan dapat di raih dengan menjaga ukhuwah-Islamiah dengan tidak mempermasalahkan perbedaan pendapat dan politik antara sesama muslim. Peperangan terjadi di Negara timur tengah karena masalah perbedaan pendapat antara saudara sebangsa. Negara menjadi hancur, ekonomi hancur, masyarakat hancur hingga anak-anak menjadi korban.

Meraih hari kemenangan dapat kita raih dengan tetap mensyukuri perjalanan puasa kali ini. Covid19 secara tidak langsung mendorong umat agar berdiam diri rumah untuk melaksanakan perbuatan yang baik, memperdalam agama dengan banyak membaca dan bermuhasabah diri.
Meraih kemenangan dapat kita raih dengan hati yang berbahagia seraya berdo’a kepada Alloh SWT agar dapat dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan pada masa yang akan datang.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini