Beranda Opini Menyoal Ekosistem Kebudayaan

Menyoal Ekosistem Kebudayaan

Sulaiman Djaya. (Dok: Bantennews.co.id)

Oleh: Sulaiman Djaya, Penyair bergiat di Kubah Budaya

Beberapa waktu lalu, seusai memberikan materi diskusi lesehan di Lebjar Coffee Ciracas Kota Serang, Banten, saya ditanya anak muda dari media digital: Bagaimana pendapat akang tentang ekosistem kebudayaan di Banten? Satu pertanyaan itu sesungguhnya mengandung tiga hal: ekosistem, ekosistem kebudayaan, dan kebudayaan itu sendiri. Artinya, untuk menjawab pertanyaan tersebut sesungguhnya kita pun harus memahami ketiga hal tersebut.

Ekosistem lazimnya dimengerti sebagai interaksi atau keterhubungan timbal-balik dalam suatu kehidupan, dan kebudayaan adalah sistem holistik pandangan hidup serta hasil dan kerja rasa karsa manusia dalam hidup mereka di dalam suatu komunitas dan lingkungan. Sedangkan ekosistem kebudayaan umumnya dimengerti sebagai interaksi yang saling menunjang antara pelaku (kebudayaan), pengguna (pengambil manfaat), lingkungan (tempat kebudayaan), dan unsur-unsur kebudayaan dalam suatu kawasan tertentu.

Lalu, timbul pertanyaan intinya: Bagaimana dengan ekosistem kebudayaan di Banten? Untuk menjawab pertanyaan ini secara jujur, maka saya mau tak mau agak sedikit bernada negatif, bahwa pemilik kebijakan di Banten belum sepenuhnya menyadari arti penting infrastruktur kebudayaan untuk memajukan kebudayaan dan kerja kreatif di Banten.

Ketika kawasan khusus Ibukota Provinsi Banten, yang mencakup tempat dinas-dinas resmi, kantor-kantor eksekutif dan legislatif serta kantor-kantor lainnya begitu megah dan menelan biaya besar untuk pembangunannya, di Ibukota Provinsi Banten ini tidak ada Taman Budaya atau Gedung Kesenian seperti yang ada di provinsi-provinsi lain yang sesungguhnya secara pendapatan daerahnya tidak sekaya Banten.

Berkali-kali aspirasi dan usulan selama bertahun-tahun sepanjang usia Provinsi Banten yang sudah berusia puluhan tahun, untuk membangun infrastruktur kebudayaan di Banten, sampai saat ini, belum terpenuhi. Seakan utopia, hanya mimpi belaka. Padahal, keberlangsungan ekosistem yang baik dan tumbuh, membutuhkan penunjang dan infrastruktur yang akan memungkinkan terselenggaranya interaksi kebudayaan yang diinginkan.

Selama ini, event-event atau peristiwa-peristiwa kebudayaan di Banten, semisal di kota Serang, diselenggarakan di café-café yang sesungguhnya tidak mencukupi untuk kapasitas tampung massa hadir yang lebih banyak. Bagi mereka yang sanggup bayar tempat, biasanya akan menyelenggarakan acara atau panggung-panggung kebudayaan di area-area yang bisa disewa, baik milik swasta, perorangan atau pemerintah.

Menciptakan ekosistem kebudayaan yang baik dan sehat sesungguhnya meniscayakan ada dan hadirnya infrastruktur-infrastruktur yang akan menjadi wahana dan arena keberlangsungan ekosistem dimaksud. Jadi, sesungguhnya saya memang bingung untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana ekosistem kebudayaan di Banten?

Dari segi sumber daya manusia kebudayaan dan geliat kesenian-kebudayaan di Banten sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Dalam arti selalu ada kegiatan di ruang publik atau di komunitas-komunitas seni budaya di Banten, seperti di Serang. Tapi bila harus jujur lagi, salah-satu hal lain di luar masalah infrastruktur yang belum terpenuhi secara baik di Banten adalah eksistensi kritik dan kritikus seni di Banten, di luar sastra yang memiliki terbitan berkala Majalah Sastra Kandaga Kantor Bahasa Banten yang setiap terbit selalu memuat tulisan-tulisan esai atau artikel kritik sastra.

Di sisi lain, persepsi saya, kecuali jika persepsi saya keliru, sebagian seniman di Banten sepertinya belum siap menerima kritik seni objektif. Selain tidak adanya institusi atau fakultas universitas atau perguruan tinggi di Banten atau institut yang khusus menyiapkan akademisi atau pun kritikus seni dan sastra di Banten, semisal Fakultas Ilmu Budaya atau pun Institut Seni. Berbeda dengan provinsi-provinsi lain semisal Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah dan Yogyakarta yang memilikinya.

Dengan demikian, berbicara tentang ekosistem kebudayaan atau bagaimana menciptakan atau melahirkan ekosistem kebudayaan tidaklah sederhana dan membutuhkan keseriusan serta komitmen bersama antara para seniman, para pekerja dan pegiat budaya dan pemilik kebijakan untuk sinergis dan sejalan mewujudkannya.

Persoalan-persoalan itu sesungguhnya telah saya sampaikan di setiap kesempatan saya diminta bicara, seperti di Radio Serang Gawe 102.8 FM, di Podcast Banten News dan di Sultan TV, selain di forum-forum dan panggung-panggung seni dan kebudayaan. Semoga harapan dan keinginan kita untuk membangun prasyarat ekosistem kebudayaan yang baik dan sehat di Banten terwujud. (*)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini