Beranda Sosial Masjid Nanik Musini, Perpaduan Arsitektur Tiongkok dan Islam di Walantaka Kota Serang

Masjid Nanik Musini, Perpaduan Arsitektur Tiongkok dan Islam di Walantaka Kota Serang

Masjid berarsitektur Tiongkok di Kecamatan Walantaka, Kota Serang. (Audindra/bantennews)

SERANG – Bangunan dengan cat dominan merah cerah dan hijau itu mirip dengan bangunan klenteng atau bangunan tradisional khas Tionghoa lainnya. Namun, hadirnya kubah beserta Lafadz Allah menegaskan bahwa bangunan yang terletak di Kampung Empang, Kecamatan Walantaka, Kota Serang tersebut merupakan Masjid Nanik Musini.

Corak Tiongkok di Masjid yang diresmikan pada 17 Mei 2023 tersebut semakin terasa dengan hadirnya kolam ikan koi berukuran 3×1 meter. Ikan Koi dalam kepercayaan Tiongkok kuno melambangkan nasib baik, kesuksesan, dan kemakmuran.

Sesuai tradisi agama Islam, masjid seluas 1.400 m² dengan arsitektur Tiongkok itu dilengkapi dengan bedug serta tidak menampilkan dekorasi hewan atau manusia. Sebagai gantinya berbagai kaligrafi Arab menghiasi bangunan berlanggam Tiongkok tersebut.

Meski bercorak Tiongkok, pemilik Masjid tersebut bukanlah peranakan Tiongkok atau pun dibangun mengikuti filosofi Tiongkok tertentu. Tujuan dibangunnya masjid  dengan gaya arsitektur tidak biasa tersebut hanya untuk menarik minat masyarakat untuk datang ke masjid.

“Susah kalo ga aneh bentuknya, biar tamu rame. Kalau masjid kan banyak. Kalau ga (unik) ga rame,” kata Mansur selaku penjaga Masjid.

Mansur mengatakan pemilik masjid tersebut merupakan warga sekitar bernama Nuraaeni yang saat ini berdomisli di Jakarta. Dirinya bukan peranakan Tiongkok dan merupakan warga asli Walantaka yang terkenal dermawan.

“Bu Nuraeni bagi-bagi terus, jangankan yang kenal, yang ga kenal juga (dikasih),” ujarnya.

Saat awal pembangunan masyarakat sekitar sempat terkejut karena corak Tiongkok sangat kental terlihat ketika bangunan hampir jadi. Mereka mengira akan ada pembangunan rumah ibadah Klenteng atau Vihara di kampungnya.

“(Warga) pada heran, itu bangunan mau dibikin apa, dikira bikin Klenteng. Pas (bangunan) mau udah jadi ada kubahnya. Bentuk mah apa aja yang penting Masjid, tempat ibadah. Tapi, Kalau dibangun Klenteng mah pasti ribut, kalau tempat ibadah lain pasti (warga) ga setuju,” ujar Mansur.

Sedangkan untuk alasan kenapa Masjid tersebut dinamakan Nanik Musini, Mansur mengatakan ia mendengar kalau nama tersebut merupakan nama sahabat dari Nuraeni si empunya Masjid. Namun nahas kabarnya sahabat Nuraeni tersebut telah meninggal dunia tidak lama setelah masjid diresmikan.

“Nama Masjidnya mah katanya nama sahabatnya Ibu Nuraeni. Kenang-kenangan. Pas selesai bangun Mesjid meninggal (Orangnya),” tutur Mansur.

(Dra/red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News