Beranda Pendidikan Kolonialisme dan Studi Islam di Indonesia

Kolonialisme dan Studi Islam di Indonesia

Nico J.G Captain saat memberi pemaparan tentang sejarah di kampus Untirta. (Wahyu/bantennews)

 

SERANG – Pada mulanya, studi Islam di Indonesia tidak terlepas dari praktik kolonialisme. Literatur yang seringkali menjadi acuan dalam studi Islam di tanah air merupakan catatan spionase dan intelijen Belanda mengenai kondisi masyarakat jajahan. Di dalamnya tererekam pandangan hidup, praktik ibadah, strata sosial hingga lokal kultur masyarakat Banten baik di dalam maupun yang berdiaspora di luar Banten.

Hal itu mencuat dalam diskusi publik bertajuk “Research on Islam in Indonesia” yang digagas oleh Perkumpulan Urang Banten yang bekerja sama dengan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang menghadirkan pembicara Nico J.G Captain, Ph.D, seorang guru besar kajian Islam di Asia Tenggara di Universitas Leiden, Belanda.

Dalam makalahnya, Captain menyebutkan beberapa tokoh yang berjasa bagi perkembangan studi Islam (Islamic studies) di Indonesia. Tokoh kontroversial sekaligus inspiratif Christian Snouck Hurgronje merupakan pertama-tama yang mendapat sorotan peneliti senior dari KITLV tersebut. Mengutip surat tokoh spionase yang pernah mengganti nama Abdul Gafar tersebut, Captain menyatakan bahwa, tulisan Snocuk bukan merupakan pendekatan wacana pengetahuan an sich, namun lebih praktis sebagai laporan untuk bahan pertimbangan kolonial di bumi jajahan.

“Snouck merupakan tokoh penting yang telah mencatat berbagai peristiwa di Indonesia pada masa kolonial,” kata Captain di Auditorium Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Selasa (2/7/2019).

Tokoh Banten yang fenomenal seperti Syekh Nawawi Al-Bantani tak luput dari laporan Snouck untuk kepentingan Belanda. Bukunya berjudul Mekkah merupakan karya monumental bukan hanya sebagai catatan lengkap mengenai praktik haji, namun lebih dari itu berupaya mengungkap ruh bagi spirit perjuangan para muslim tanah air dari kota suci umat Islam tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Captain juga menyinggung beberapa orientalis lain yang dianggap berjasa bagi perkembangan studi Islam di Indonesia.

Dalam sambutannya, Ketua Perkumpulan Urang Banten Irjen Pol. (Purn) Drs. Taufiequrachman Ruki menyatakan, keberadaan orang Belanda di Banten melalui praktik kolonialisme tidak hanya menjadi masa lalu yang kelam. Pendudukan Belanda di tanah air juga telah mendokumentasikan khazanah pengetahuan, khususnya di bidang kajian Islam.

Kejayaan Banten di masa lalu menurutnya, bukan semata untuk dikenang. Lebih dari itu, generasi muda di Banten memiliki beban moral untuk mengembalikan kejayaan Banten dalam konteks kekinian. “Jangan bicara lagi soal kejayaan Banten di masa lalu. Kita harus kembalikan kejayaan Banten tersebut di masa kini,” kata mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang lahir di Kumpai, Lebak, Banten Selatan tersebut.

Rektor Untirta Prof Soleh Hidayat menyebutkan, nama Sultan Ageng Tirtayasa merupakan bukti kejayaan Banten di masa lalu. Tokoh yang berjasa dalam tata kelola perairan dan pertania di wilayah Banten Utara tersebut merupakan inspirasi salah satu kampus negeri di Banten tersebut.

“Saya meminta kepada para dosen Sejarah agar mengkaji serius sejarah Banten khususnya, supaya kita sebagai generasi penerus dapat mengambil hikmah perjuangan dan pengabdian para pendahulu kita,” kata Soleh. (you/red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disiniĀ