Beranda Peristiwa Kisah Perjuangan Tiga Perempuan Banten Bertarung Melawan Ganasnya Kanker

Kisah Perjuangan Tiga Perempuan Banten Bertarung Melawan Ganasnya Kanker

TANGERANG – Beragam kisah nan penuh perjuangan dilalui para penyintas kanker demi meraih kesembuhan. Waktu yang panjang tak menyurutkan semangat mereka untuk menyerah.

Bolak-balik ke rumah sakit pun dianggap sebagai hal biasa dalam perjuangan. Perjuangan berat itu diungkapkan penyintas kanker dari Kabupaten Serang dan Pandeglang yang hampir satu tahun menjalani pengobatan ke rumah sakit di Jakarta.

BantenNews.co.id berkesempatan berbincang dengan para penyintas kanker di rumah singgah dewasa milik Yayasan Respon Cepat Badan Darurat Kemanusiaan (RC BADAK) yang terletak di Jalan Bahagia nomor 21 Kelurahan Sukaasih, Kota Tangerang.

Salah satunya Suparti, warga Kampung Wira Singga, Kecamatan Mekar Jaya, Kabupaten Pandeglang. Ia mengaku, hampir satu tahun menjalani pengobatan dari RS Kanker Dharmis usai divonis kanker payudara.

Ia sudah menjalani operasi beberapa waktu lalu. Namun diperlukan tindakan operasi kedua karena getah bening di ketiaknya perlu diangkat. Sebelum didampingi yayasan RC Badak Suparti harus bolak balik Jakarta Pandeglang menggunakan ambulans desa.

Tanpa uluran tangan dari pemerintah desa dan uluran tangan para tetangga karena kesehatan, mungkin langkah Suparti tak bisa sejauh ini. Mengingat suaminya tak punya penghasilan alias menganggur.

“Kadang-kadang dari warga saya dikasih ongkos,” ungkapnya dengan nada terbata-bata, Senin (4/8/2025).

Perjuangan pengobatan Suparti makin diringankan setelah didampingi RC Badak selain difasilitasi rumah singgah, antar jemput dan pendamping juga diterima oleh Suparti.

Jika jadwal kemoterapi, Suparti menetap di rumah singgah dan harus rela meninggalkan anak suami di kampung halaman.

“Kadang kita harus ninggalin anak, saya sedihnya di situ,” ucapnya.

Lebih memprihatinkan lagi dialami Juhariah (37) warga Kampung Kadu Pasir, Desa Karyawangi, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang. Ia harus berjuang sendiri setelah bercerai dengan suaminya.

Baca Juga :  Jubir Negara: Satu Lagi, Warga Banten Positif Covid-19

Ia divonis kanker payudara dan masih menjalani kemoterapi dan belum dilakukan tindakan operasi. Ia diantarkan mantan kakak iparnya ke rumah singgah RC Badak sejak 8 bulan lalu karena harus dirujuk ke rumah sakit RS Kanker Dharmais

Juhariah mengatakan, awalnya penyakit yang dideritanya terdapat benjolan kecil. Namun tak pernah ia hiraukan karena harus bekerja di luar daerah untuk menafkahi kedua anaknya.

“Dulunya memang saya gak di rumah kerja, ada penyakit itu didiemin. Karena ada anak dua yang harus dinafkahi, setelah itu ada benjolan kecil setelah itu dibawa ke Pandeglang,” ujarnya.

Pasien paling lama dialami oleh Sukriah (60) warga Batu Kuwung, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Meski sudah lanjut usia, ia mengaku tak pernah menyerah dan merasa lelah meskipun sudah menjalani pengobatan selama dua tahun usai divonis kanker payudara.

“Namanya juga pengen sembuh, capek mah ada. Tapi kalau ke rumah sakit semangat lagi,” ungkapnya.

Baik sebelum maupun sudah menjalani pengobatan di rumah sakit mereka memilih menetap di rumah singgah RC Badak, di bawah pimpinan Asep Ruswiadi.

Rumah ini telah menjadi rumah kedua dan menjadi pelindung senyap bagi mereka yang berjuang dalam sunyi untuk ratusan penyintas kanker dari berbagai daerah di Banten. Di rumah ini perjuangan dan harapan bertemu.

“Di sini (rumah singgah) kita punya keluarga baru, saling menyemangati,” pungkasnya Suparti.

Penulis : Mg-Saepulloh
Editor: Tb Moch. Ibnu Rushd