Beranda Opini Kedisiplinan Serta Rasa Empati Pengguna KRL di Masa Pandemi Covid-19

Kedisiplinan Serta Rasa Empati Pengguna KRL di Masa Pandemi Covid-19

Ilustrasi - foto istimewa wikipedia

Oleh : Ayu Santika                                  Mahasiswa Prodi Sekretaris Universitas Pamulang

Di masa pandemi seperti ini mengharuskan masyarakat untuk tetap berada di rumah, guna menghindari risiko terpapar virus Covid-19. Namun apa daya masyarakat yang harus tetap beraktivitas di luar rumah, mau tidak mau harus tetap produktif.

Kira-kira begitu alasan kenapa sampai saat ini KRL tetap ramai terutama ketika pagi dan sore hari, mungkin karena pagi hari merupakan jam untuk para pengguna KRL berangkat bekerja dan sebagainya, kemudian sore hari merupakan jam kembali ke rumah masing-masing.

Banyak sekali kegiatan yang dilakukan para penumpang KRL sembari menanti sampai ke tujuan. Ada yang bermain game, main ponsel sembari mendengarkan musik-musik favorit masing-masing, ada yang tertidur, dan yang sangat menyentuh hati adalah ternyata masih ada orang yang menyempatkan diri meskipun dalam perjalanan untuk membaca Al-Qur’an. Masya Allah sekali sungguh pemandangan yang sangat indah. Sungguh suatu perilaku yang sangat amat patut dicontoh, apalagi dalam keadaan pandemi seperti ini serta di bulan suci Ramadan, bulan yang penuh berkah ini.

Namun, dibalik hal yang baik, pemandangan yang indah dalam sebuah KRL tidak dipungkiri untuk tidak terjadi perilaku yang seharusnya tidak dilakukan oleh para penumpang KRL. Seperti beberapa kasus ini.

Ada beberapa penumpang yang terkadang tidak memperhatikan aturan di dalam KRL seperti menduduki pembatas pada bangku yang telah disediakan. Yang seharusnya hanya diduduki 4 orang, tapi malah diisi melebihi kapasitas yang sudah diatur. Dengan menduduki pembatas pada bangku KRL. Atau duduk pada lantai KRL, yang sudah jelas-jelas dilarang pula dalam aturan KRL. Dan akhirnya mereka pun harus mendapatkan teguran dari petugas keamanan di dalam KRL tersebut.

Sebenarnya mungkin karena para penumpang merasa pegal jika harus berdiri, tetapi bagaimanapun yang namanya aturan harus tetap dipatuhi, demi kenyamanan bersama. Kemudian ada lagi yang lebih miris. Bagaimana bisa sesama penumpang KRL membiarkan orangtua yang sudah lanjut usia, anak kecil dan penumpang-penumpang lain yang lebih membutuhkan tempat duduk tapi malah dibiarkan berdiri di sepanjang perjalanannya?

Dengan tidak memberikan tempat duduk yang mereka dapatkan kepada orang yang lebih membutuhkan, sudah menunjukkan bahwa ternyata rasa empati masyarakat sangat kurang, padahal agama dan negara mengharuskan untuk setiap masyarakat mempunyai jiwa sosial, serta rasa kemanusiaan. Dan segala sesuatu yang baik pasti akan dibalas yang baik pula oleh Tuhan, karena Ia itu maha adil.

Memang, hanya sebagian besar saja yang kurang memiliki kesadaran diri, beberapa di antaranya masih memiliki rasa kesadaran diri sehingga dengan sukarelanya memberikan tempat duduk yang ditempatinya kepada penumpang yang lebih membutuhkan. Hal itulah yang patut kita jadikan contoh. Sehingga sedikit demi sedikit nurani kita dapat terketuk dan masyarakat lain dapat melakukan hal yang serupa. Orang lain saja bisa berempati dengan senang hati, kenapa kita tidak?

Mungkin memang terdengar sepele hanya permasalahan tempat duduk, tapi nilai sosialnya cukup tinggi, dan bagaimana jika kita yang berada dalam posisi seperti itu, sungguh tidak mengenakkan bukan? Maka jadilah seseorang yang mempunyai rasa kemanusiaan antar sesama dan jadilah penumpang yang bijak dengan menaati aturan yang sudah ditetapkan.

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini