
CILEGON – Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Hubdar) Budi Setiyadi meresmikan operasi KMP Neomi milik PT Munic Line di Dermaga IV Pelabuhan Merak. Kapal buatan China 8.700 GT itu resmi beroperasi perdana melayani penyeberangan perairan Selat Sunda, Senin (7/1/2019).
“Kami mengapresiasi beroperasi kapal ini. Kapal ini siap menggantikan kapal milik PT Munic Line yang GT-nya berada di bawah 5000. Dimana kapal ini GT-nya 8.700,” ujar Budi di sela peresmian kepada wartawan.
Dia menyatakan KMP Neomi sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PM) Nomor 88 tahun 2014 yang mengatur tentang ukuran kapal penyeberangan di lintas Merak-Bakauheni. Dimana kapal yang beroperasi harus di atas 5.000 GT.
“Karena pada 24 Desember 2018 lalu, seharusnya kita sudah mengeluarkan beberapa kapal keluar dari lintasan Pelabuhan Merak-Bakauheuni dan dipindahkan ke lintasan lainnya,” ujarnya.
Dia menyatakan bahwa semangat para perusahaan untuk meng-upgrade kapalnya adalah langkah maju bagi penyeberangan di lintas Merak-Bakauheuni.
“Ini adalah semangat baru yang dibangun operator untuk menyesuaikan regulasi pemerintah bahwa memang betul sadar dan paham bahwa lintasan Merak-Bakauheuni harus dilayani kapal yang GT-nya di atas 5.000. Mengapa demikian? karena waktu sandarnya, sailing timenya sebenarnya besar kecil sama, namun kapal besar nyedot kendaraannya banyak. Kenapa 2010-2011 terjadi kepadatan?, karena kapalnya campuran. Sehingga terjadi kepadatan hingga keluar pelabuhan,” terangnya.
Sebab itu, kata dia, pihaknya pada 2014 lalu membuat PM 88 supaya di Pelabuhan Merak-Bakauheuni mengoperasikan kapal besar.
“Kami mengapresiasi perusahaan dan asosiasi INFA yang sudah berupaya secara maksimal mengikuti anjuran regulasi, karena regulasi adalah kesepakatan bersama. Jadi kami berterima kasih kepada semua. Dengan ini semoga bisa menjawab tantangan kita dengan penambahan dimensi ini,” katanya.
Dia menyatakan selain untuk mengurangi kepadatan di Pelabuhan Merak, kapal dengan di atas 5.000 GT juga berguna untuk mengantisipasi beroperasinya tol trans Sumatera Bakauheni-Palembang. Dimana dimungkinkan bakal terjadi lonjakan kendaraan yang akan menyeberang ke Sumatera maupun sebaliknya.
“Sebelum tsunami data penumpang di Pelabuhan Merak-Bakauheuni tetap naik tajam, apalagi tidak ada tsunami pasti lebih naik tajam. Ini yang kita antisipasi. Ketika Tol Trans Sumatera beroperasi, kemudian saya juga harus berhitung lagi, ketika jalan tol sudah dioperasikan dan digunakan semoga tidak terjadi stag, seperti beberapa tahun lalu keluar Pelabuhan Merak,” ucapnya.
Dia juga mengingatkan kepada kepada para operator yang belum mengganti atau mengupgrade kapalnya agar segera diganti. Itu dilakukan supaya Pelabuhan Merak bisa terlayani dengan baik. Dia menyatakan di Pelabuhan Merak-Bakauheuni masih ada sekitar 8 kapal lagi yang belum memenuhi standar PM 88.
“Kita harapkan dengan adanya PM 88 yang mengatur dimensi kapal bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” imbuhnya. (Man/Red)