Beranda Opini Hagia Sophia dan Revolusi Islam Dunia 

Hagia Sophia dan Revolusi Islam Dunia 

Hagia Sophia - foto istimewa Aceh Online
Oleh: Pannindya Surya Rahma Sari Puspita, Mahasiswi UIN SMH Banten, Pend. Bahasa Arab

Sejak peresmian Museum Hagia Sophia menjadi Masjid (tempat peribadatan kaum muslim), banyak berbagai kalangan yang menyuarakan dukungan, ada pula yang tetap diam bergeming, bahkan beberapa justru menolak peresmian itu.

Gelora membahana yang menyuarakan dukungan, terus mengisi langit langit negeri Turki, beberapa dari mereka justru menginginkan kebangkitan Islam melalui sistem Khilafah, juga menyuarakan untuk membangkitkan kembali kekhalifahan Islam . Dilansir dari republika.co.id Majalah yang dimiliki oleh Albayrak Media Group ini mengeluarkan seruan untuk membangkitkan kembali kekhalifahan Islam. Seruan Gerçek Hayat untuk kekhalifahan muncul dalam majalah terbitan tanggal 27 Juli. Seruan ini telah memicu kemarahan di media sosial.

Majalah itu juga memuji keputusan Presiden mengubah ikon Istanbul Hagia Sophia menjadi masjid. Namun Partai berkuasa di Turki yang memenangkan Recep Tayyip Erdogan sebagai Presiden, menolak seruan majalah pro-pemerintah untuk membangkitkan kembali kekhalifahan Islam, menyusul pembukaan kembali Hagia Sophia di Istanbul sebagai masjid.

(beritakaltim.co) Juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada Senin (27/7/2020) meyakinkan kaum skeptis bahwa Turki akan tetap menjadi republik sekuler setelah majalah Gercek Hayat menimbulkan kegemparan dengan menyerukan pembaruan kekhalifahan. (wartaekonomi.co.id)
Pengacara asosiasi menuntut agar kolumnis pro pemerintah Yeni Akit, Abdurrahman Dilipak, yang membagikan sampul majalah di media sosial, dan pemimpin redaksi Gerçek Hayat, Kemal Özer, menghadapi tuduhan yang diberikan.

Adapun tuduhan yang diberikan adalah, menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata melawan Republik Turki, menghasut masyarakat membentuk kebencian dan permusuhan dan menghasut orang untuk tidak mematuhi hukum. (republika.co.id)
Sejak isu khilafah mulai mendunia, kehadirannya memang banyak ditentang berbagai kalangan, tak sedikit yang menolak penawaran pergantian sistem dari sistem Sekuler ke sistem Khilafah. Namun tak sedikit pula yang mendukung dan mengambil tindakan untuk memperjuangkan sistem Khilafah ini.

Keinginan yang tak dapat lagi terbendung menjadi pecah, seketika pergantian status Museum Hagia Sophia berubah menjadi Masjid, linangan air mata bahkan suka cita bahagia terus menyelimuti perasaan mereka. Mengingat bagaimana sejarah Hagia Sophia Pada 1453, era Kekaisaran Bizantium berakhir karena ditaklukkan oleh Sultan Mehmet/Mehmed II dari Kekaisaran Ottoman.

Setelah Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel, status Hagia Sophia dikonversi menjadi masjid. Selepas Kekaisaran Ottoman bubar dan Turki menjadi negara republik, Hagia Sophia pun kembali beralih fungsi. Pendiri dan presiden pertama Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk mengubah status Hagia Sophia menjadi museum.

Mengakar kuatnya sistem Sekuler di dunia, semakin memperkuruh suasana masyarakat yang menginginkan kembali kejayaan Islam. Penguasa yang memiliki kuasa pun membungkam suara suara yang menyerukan kebangkitan islam melalui sistem Khilafah, padahal revolusi islam di dunia bisa terlaksana jika mereka yang berkuasa mendukung bukan menentang apalagi semakin mempertahankan sistem Sekuler yang semakin hari semakin membuat masyarakat sakit dan terpuruk.

Bukankah islam adalah rahmatan Lil alamin (rahmat bagi seluruh alam)? Lalu sampai kapan sistem Sekuler dibiarkan berkuasa di atas segala sistem? Seharusnya dengan perubahan status Hagia Sophia dari Museum menjadi Masjid, menjadi awal pembuka tegaknya kembali Islam.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini