Beranda Opini Gen-Z, Milenial “Anti” Membaca, Kenapa?

Gen-Z, Milenial “Anti” Membaca, Kenapa?

Ilustrasi - foto istimewa rimma.co

Oleh : Nadya Natalia, Mahasiswi Univeritas Pamulang

Generasi Z atau lebih dikenal dengan generasi milenial merupakan generasi yang hidup di era globalisasi. Dimana segala akses informasi mudah sekali didapatkan karena jaringan internet yang menjadi satu-satunya cara untuk terbukanya sekat-sekat di antar negara dan belahan dunia manapun dalam membagikan informasi sangat mudah untuk di akses.

Selain itu, provider-provider penyedia layanan internet pun semakin banyak dengan harga yang sangat bersaing satu sama lainnya. Belum lagi telepon genggam bersistem operasi android yang semakin terjangkau harganya, menggeser posisi handphone menjadi kebutuhan sekunder bukan lagi tersier pada era Gen-Z.

Selain informasi, terbuka luasnya jaringan internet ini pun mempermudah orang-oang yang disebut Generasi Milenial membuka akses hiburan tanpa batas. Banyak aplikasi di dalam Play Store yang dapat mudah di unduh, seperti permainan daring, Youtube, TikTok, Social Media. Semua bisa terakses dalam satu telepon genggam dengan hanya membutuhkan internet, bisa berupa kuota internet di dalam provider, atau Wi-Fi yang dapat diakses di beberapa tempat.

Kebebasan akses ini membuat anak-anak milenial ini menjadi sering lupa kewajiban dasarnya, terutama anak-anak milenial yang masih menginjak bangku sekolah hingga universitas. Mereka jadi lupa bahwa belajar dan membaca menjadi satu hal penting yang dapat membentuk karakter anak bangsa yang lebih baik.

Mengapa menjadi malas membaca? Karena akses untuk mendapatkan informasi terlalu mudah. Mungkin hal ini baik. Namun akhirnya jadi banyak disalahgunakan oleh hampir tiap orang yang menggunakan internet ini. Terutama anak-anak milenial. Banyak tugas sekolah yang akhirnya anak-anak dapat dengan mudah mendapatkan jawabannya melalui internet. Hal ini baik.

Namun, karena mudah, akhirnya anak-anak ini hanya tinggal copy dan paste semua tulisan di internet untuk dijadikan jawaban tanpa membacanya terlebih dahulu dan tanpa memahami apa isi tulisan itu. “yang penting tugas selesai” begitu kata sebagian anak-anak milenial yang ingin serba kilat.

“Buku adalah Jendela Dunia”, istilah ini seperti sudah menjadi semboyan nenek moyang yang tidak dapat dipisahkan oleh kehidupan kita. Walau mungkin saat ini jendela itu semakin luas dengan banyaknya akses bacaan yang dapat di akses melalui internet. Hal ini harusnya membuat generasi milenial bisa dapat juga memperoleh ilmu baru dan pengetahuan yang lebih meluas.

Namun diantara banyaknya kaum milenial yang memanfaatkan internet dengan positif, banyak juga kaum milenial yang memanfaatkan terputusnya sekat-sekat informasi dunia secara negatif. Alih-alih menjadi tambah pengetahuan dan keilmuan, yang ada hanya malah membuatnya malas bersosialisasi secara langsung, malas membaca, dan juga malas melakukan kegiatan positif lainnya.
Menanamkan minat baca pada masa era generasi milenial ini akhirnya memang merupakan tantangan yang cukup menjadi tugas kaum muda dan milenial juga untuk menyadarkan rekan seusianya, se-generasi, untuk membudayakan membaca.

Walau mungkin hanya sekedar membaca petunjuk cara penggunaan sesuatu, atau membaca sebelum membeli barang di online shop. Sehingga tidak terjadi miss-komunikasi antara pengguna segala macam aplikasi, dengan creator aplikasi. Atau tidak ada miss komunikasi antara pembeli dan penjual.

Walau mungkin bentuk buku sudah dirasa kuno atau mungkin kurang cocok dengan kaum milenial, setidaknya memperbanyak e-book, e-comic atau elektonik base lainnya akan mempermudah kaum milenial dalam mengembalikan semangat membaca dan memperoleh informasi yang positif.

Membuatnya dalam bentuk video animasi atau video film pendek untuk menyampaikan isi buku, mungkin juga cara yang kreatif untuk anak-anak milenial tetap mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari hanya sekdar aplikasi permainan yang mungkin tidak membuatnya menambah keilmuan, hanya menambah daya imajinasi saja.
Selain itu, kesadaran pribadi menjadi sangat penting untuk menumbuhkan lagi minat membaca di kaum milenial. Karena segala upaya yang dilakukan bisa saja tidak ada manfaatnya jika pribadi generasi Z di Indonesia ini memang sangat malas membaca dan tidak mau berubah untuk lebih baik. Untuk menumbuhkan minat itu, mungkin perlu digalakkan sebuah program hari membaca.

Jadi handphone bisa diatur dalam beberapa jam di tiap harinya tidak dapat akses portal lain selain WA dan E-Book. Mungkin hal ini memudahkan gen-Z akhirnya harus membaca. Selain itu, pendidikan di rumah dengan orang tua pun menjadi sangat penting untuk menumbukan kembali minat baca ini.
Orang tua harus memberikan waktu disiplin dalam memegang gadget. Sehingga anak bisa mengikuti disiplin itu dan terbawa terus sampai dewasa. Kalau perlu, jangan berikan anak-anak gadget di masa mereka masih usia di bawah 10 Tahun.

Karena anak-anak usia segitu lebih banyak ingin menggunakan aplikasi bermain dibandingkan membaca. Jika anda sebagai orang tua yang sayang anaknya, pasti ingin melihat anaknya bisa membaca, dan juga paham apa yang mereka baca daripada memahami games yang sedang mereka mainkan.

Lebih dari itu, semua harus dimulai dari saat ini. Dimulai dari kita sendiri. Dimulai bersama-sama. Karena membangun minat baca pada anak muda generasi milenial ini menjadi PR kita bersama supaya generasi Z ini tidak tertinggal banyak informasi dan bisa berujung kepada kehancuran bangsa ini karena pemudanya adalah pemuda yang malas membaca dan akhirnya mudah diprovokasi dengan info-info yang hanya mereka dengar, bukan mereka baca.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini