Beranda Sosial Geliat Usaha Krey di Rangkasbitung

Geliat Usaha Krey di Rangkasbitung

Warga saat membuat krey. (Sandi/bantennews)

LEBAK– Membuat krey atau tirai yang terbuat dari pelepah kelapa sawit menjadi mayoritas pekerjaan  warga di Kampung Cihiang, Desa Rangkasbitung Timur, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Ketua RT Kampung Cihiang Minong mengatakan,  warga di Kampung Cihiang ini, mayoritas warganya memiliki keahlian membuat krey, bahkan dijuluki sebagai kampung krey.

“Dengan alat tradisional dan sederhana warga mampu menghasilkan krey yang berkualitas hingga dikirim ke beberapa kota besar di Banten dan luar Banten,” kata Minong, Jumat (27/5/2022).

Ia menjelaskan, warganya sudah lama memproduksi krey.

“Jadi awalnya dimulai tahun 2010, jadi ada yang ngajarin namanya Pak Toto, sejak disitu warga mulai ahli membuat krey hingga saat ini,” ucapnya.

Menurutnya mayoritas mata pencaharian warga di Kampung Cihiang 90 persen bekerja membuat krey. Untuk Krey juga tidak hanya di kirim kota besar melingkupi Jabodetabek dan kota lainnya.

“Nah jadi awalnya banyak krey dari Palembang yang dibeli oleh banyak orang, nah seiring waktu masuklah krey yang dari sini, ke pasaran. Dimulai dari situ hingga saat ini banyak orang mengenal krey dari Lebak ini,” ujarnya.

Ia menambahkan, untuk pemasaranya sendiri, ada banyak pengepul yang datang  untuk mengambil hasil kerajinan warga, dan akan mengirimkan ke pasaran.

“Pengepul sendiri datang dari daerah Serang dan Bogor yang langsung datang kesini untuk mengambil. Untuk harga krey tersebut yakni berkisar Rp 20.000 – 22.000 ribu dengan ukuran 2×2 meter,” imbuhnya.

Sementara itu, Mansur, salah seorang warga yang sehari-hari membuat krey mengatakan,  dirinya mampu mendapatkan keuntungan dari pembuatan krey sekitar Rp 500-700 ribu per minggunya.

“Sebenarnya sih keuntungan pembuatan krey gak nentu juga, tergantung kita membuat krey  seberapa banyak,” ucapnya.

Ia mengungkapkan, pembuatan krey ini adalah mata pencaharian yang sudah menjadi tumpuan warga Cihiang yang sudah berjalan selama 12 tahun.

“Jadi ini sudah menjadi pekerjaan warga disini, setiap hari kita berangkat mencari pelepah sawit untuk dijadikan bahan membuat Krey,” ujarnya.

Mansur menambahkan, jika setiap warga bisa menghasilkan 5-6 lembar Krey perharinya. Dengan peralatan sederhana dan tradisional. Pemukiman warga yang berdampingan dengan perkebunan kelapa sawit menjadikannya tidak sulit mencari bahan dalam membuat Krey.

“Karena Krey ini terbuat dari pelepah kelapa sawit yang biasa di buang secara sia-sia, namun saat ini warga memanfaatkan menjadi Krey,” katanya. (San/Red)

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini