Beranda Kesehatan Drama Asing Sebagai Anti-depresan Saat Pandemi

Drama Asing Sebagai Anti-depresan Saat Pandemi

Ilustrasi - foto istimewa IDN Times
Follow WhatsApp Channel BantenNews.co.id untuk Berita Terkini
Imelda.

Oleh Imelda, Mahasiswi Universitas Pamulang Prodi Sastra Indonesia

Sudah lebih dari 7 bulan lamanya sejak kasus pertama virus Covid-19 di temukan di Indonesia. Sudah 7 bulan lamanya pula pergerakan dalam berbagai sektor kehidupan menjadi lumpuh dan terhambat guna mengantisipasi penyebaran wabah mematikan yang telah jadi mimpi buruk bagi seluruh warga di dunia.

Sudah berbagai macam rasa yang dicicip dalam waktu 7 bulan ini. Pendapatan yang berkurang, PHK, pengangguran, kebangkrutan pun semakin bertambah setiap harinya. Sistem pendidikan juga harus dirombak habis-habisan dalam waktu semalam, pembelajaran tatap muka ditiadakan lalu diganti dengan pembelajaran online. Bahkan, pelarangan dan pembatasan dalam berkumpul dalam aspek apapun, sehingga banyak acara-acara yang sudah direncanakan sejak tahun-tahun sebelumnya pun dengan mendadak diundur hingga waktu yang tidak bisa ditentukan.

Masalah yang ditimbulkan bukan hanya itu saja. Berada terus-menerus di tempat yang
sama dalam waktu yang lama juga tidak bisa dikatakan sehat-sehat saja. Bekerja, sekolah, makan, tidur hingga olahraga dilakukan di rumah selama berbulan-bulan tanpa henti. Maka sudah dapat dipastikan rasa bosan akan menghantui. Ditambah lagi melihat berbagai masalah terus bermunculan baik itu di timeline media sosial, televisi, koran hingga obrolan tetangga, membuat rasa cemas menjadi kian meningkat dan menyebabkan pikiran menjadi mudah overthinking. Dilansir dari CNN Indonesia, studi terbaru para peneliti dari University of Toronto di Kanada menemukan tingkat depresi meningkat tiga kali lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Depresi ini menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of American Medical Association, meliputi gejala ringan hingga yang paling berat.

Dalam menangani rasa bosan kala pandemi, berbagai kegiatan dilakukan masyararakat.
Mulai dari bermain game online bersama atau lebih sering disebut mabar hingga menonton drama asing. Selama pandemi berlangsung, sudah banyak judul-judul drama asing dari berbagai Negara yang ikut menjadi tren di Indonesia, sebagai contoh, The World of The Married yang merupakan drama televisi asal Korea Selatan yang rilis pada Maret 2020 lalu dan menjadi perbincangan hangat di seluruh Indonesia bahkan dunia. Juga drama asal Thailand seperti 2gether: The Series yang tak kalah hangat dengan drama Korea dikalangan remaja.

Baca Juga :  Pentingnya Edukasi dan Sosialisasi Sertifikasi Halal Gratis  Bagi Pelaku Usaha Mikro

Meskipun masih minim penelitian, menonton drama bagi saya sendiri sangat ampuh
dalam menghilangkan bosan. Terlebih menghilangkan stres berlebih yang bertumpuk setelah berbulan-bulan terkurung dalam rumah sendiri. Kisah-kisah drama yang manis dan tak lupa dengan selingan humor yang membuat saya tertawa kala menonton tiap episodenya. Drama asing juga memiliki nilai lebih dalam bidang visual dibandingkan dengan drama lokal, penggunaan alat-alat terbaru dengan narasi yang jelas tanpa berbelit-belit adalah nilai lebih yang patut diacungi jempol. Drama asing biasanya hanya memiliki 16- 22 episode dengan durasi kurang lebih satu jam, ada pula yang memiliki 38-40 episode dengan durasi setengah jam per episodenya sehingga jarang adanya muncul konflik-konflik tidak penting dan membosankan.

Tanpa disadari, menonton drama yang tepat bisa menjadi obat depresi yang bisa didapatkan dengan mudah. Hal ini biasa disebut sebagai terapi film dimana film digunakan sebagai sebuah terapi yang dapat membantu individu untuk merefleksikan diri dan membantu menyelesaikan masalah yang dimilikinya. Dengan arahan, panduan, serta film yang tepat, terapi film dapat mengubah cara individu berpikir dan merasakan. Melalui film tersebut, individu akan mendapatkan wawasan, inspirasi, kelegaan emosional, dan sebuah perubahan alami pada jiwanya. Bahkan berdasarkan hasil penelitian “The Effectiveness Of Cinema Therapy To Improve Student Empathy“, terapi film dapat digunakan untuk meningkatkan empati pelajar atau mahasiswa. Tentu saja hal ini sangat baik mengingat tingkat depresi kala pandemi yang terus meningkat tanpa ada penanganan yang tepat.

Namun, hingga sekarang masih banyak pro dan kontra dalam demam drama asing ini.
Beberapa menganggap terlalu banyak menonton drama justru membuat seseorang lupa akan kenyataan yang ada, drama asing juga dianggap telah menyingkirkan popularitas drama lokal karya anak bangsa di berbagai kalangan. Tentu saja, opini tidak ada yang dapat disalahkan, namun, selama menonton drama asing dapat bermanfaat bahkan dapat memberi wawasan lebih kepada para penontonnya hal itu dapat diteruskan asal tidak merugikan orang lain dikemudian
hari. (Red/SG)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News