Beranda Peristiwa Demi Mawas Diri, BMKG Ungkap Ancaman Megathrust di Selat Sunda

Demi Mawas Diri, BMKG Ungkap Ancaman Megathrust di Selat Sunda

Ilustrasi - foto istimewa google.com

SERANG – Gempa cukup kuat mengguncang Banten dengan Magnitudo 6,9. Getarannya bahkan terasa kuat hingga Jakarta membuat BMKG blak-blakan soal ancaman Sunda Megathrust. Demi mawas diri, BMKG tak lagi tutupi ancaman bencana itu.

Megathrust merupakan lempeng aktif besar yang merentang 5.500 km dari Myanmar melewati pantai barat Sumatera hingga selatan Bali. Lempeng tektonik itu disebut Sunda Megathrust. Zona subsduksi Selat Sunda itu juga ada di sekitar Selat Sunda. Dan, Jakarta terletak dekat dengan Sunda Megathrust yang juga memiliki potensi kebencanaan sehingga harus ada upaya kesiapsiagaan.

Diketahui, Indonesia terletak di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur.

Ancaman megathrust di RI pernah di bahas dalam diskusi sumber-sumber gempa bumi dan potensi tsunami di Jawa bagian barat pada tahun 2018 lalu. Peneliti yang hadir yakni Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko, Peneliti LIPI Danny Hilmam Natawidjaya, peneliti ITB Irwan Meilano, dan peneliti Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Imam Suardi.

Di forum itu, Widjo membuat kajian yang mengungkap potensi tsunami setinggi 57 meter di Kabupaten Pandeglang, Banten. Tsunami ini juga berpotensi akan mencapai Jakarta Utara. Namun, itu semua masih bersifat kajian awal dari simulasi model komputer yang masih perlu dikaji lagi, untuk keperluan antisipasi dan mitigasi bencana.

Widjo mengatakan tsunami itu bisa terjadi karena di Jawa Barat tengah berpotensi terjadi gempa megathrust di daerah subduksi di selatan Jawa dan Selat Sunda. Salah satu contoh dampak gempa megathrust ini adalah adanya gempa di Banten pada akhir Januari 2018. Apabila kekuatan gempa mencapai 9 skala Richter di kedalaman laut yang dangkal, tsunami besar akan terjadi.

“Di Jawa Barat itu sumber gempa besar. Di situ bisa dikatakan di selatan bisa mencapai 8,8 Magnitudo atau 9 sehingga kaidah umum kalau di atas 7 Magnitudo dan terjadi di lautan dangkal sumbernya, maka potensi tsunami besar akan terjadi di daerah sana (Pandeglang),” kata Widjo di gedung BMKG, Jalan Angkasa Raya, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (3/4/2018) lalu seperti dilansir detik.com.

Potensi gempa megathrust yang bisa mengakibatkan tsunami itu nyaris diproses hukum. Direktur Reskrimsus Polda Banten Kombes Abdul Karim awalnya ingin meminta klarifikasi Widjo terkait pemberitaan ‘prediksi’ tsunami 57 meter. Setelah mengetahui permasalahannya, polisi menilai hal ini cukup diselesaikan di luar jalur penyelidikan.

Presiden Jokowi sempat memerintahkan BMKG buka-bukaan soal gempa. Bukan bermaksud meresahkan, Jokowi ingin agar masyarakat teredukasi.

“Kita harus secara besar-besaran memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa daerah kita memang rawan bencana,” kata Jokowi dalam acara Rakornas BMKG di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (23/7/2019).

Jokowi berharap masyarakat sadar bahwa mereka tinggal di wilayah yang memang berpotensi terjadi gempa dan bencana lanjutannya. Seperti dicontohkan Jokowi soal adanya potensi gempa dan megathrust di wilayah Indonesia. Bagi Jokowi, informasi seperti itu perlu disikapi dengan bijak.

“Seperti kemarin agak ramai potensi megathrust. Sampaikan apa adanya, memang ada potensi kok,” kata Jokowi.

Jokowi mengatakan penyampaian apa adanya bukan bermaksud membuat warga resah. Menurut dia, penyampaian yang apa adanya dari BMKG terkait potensi gempa dan megathrust bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih waspada.

“Sampaikan dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Itu edukasi, memberikan pelajaran kepada masyarakat. Lama-lama kita akan terbiasa,” kata Jokowi.

Jokowi berharap ke depan masyarakat akan lebih tanggap ketika berhadapan dengan bencana. Dia berkaca pada Jepang mengenai mitigasi bencana. Di sisi lain, Jokowi menyebut inovasi dari BMKG dengan segala peralatannya harus terus dikontrol. Jokowi pun meminta BMKG tegas mengenai lokasi yang berpotensi bahaya.

“Tegas-tegas sampaikan, jangan sampai kita mengulang-ulang sebuah kesalahan yang jelas-jelas di situ jelas garisnya lempeng tektonik, kok dibangun perumahan besar-besaran,” ujar Jokowi.

“Kalau daerah-daerah yang rawan bencana ya tolong diberitahukan, sampaikan ke daerah. Ini rawan gempa, lokasi ini rawan banjir, jangan dibangun bandara, jangan dibangun bendungan, jangan dibangun perumahan,” pesan Jokowi kepada jajaran BMKG.

Saat ini pascagempa M 6,9 yang berpusat di Banten, potensi megathrust di RI disampaikan secara blak-blakan oleh BMKG. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Rahmat Triyono menyebut megathrust adalah ancaman yang nyata di Tanah Air.

“Ancaman Sunda megathrust adalah sebuah ancaman riil bahwa itu sebuah ancaman nyata di sepanjang pantai barat Sumatera,” ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Rahmat Triyono di kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2019).

Rahmat menyampaikan gempa megathrust diprediksi berjarak 200-250 km di laut lepas. Tidak hanya di Selat Sunda, gempa itu juga diprediksi bisa merambat ke Laut Jawa, Bali, hingga sisi utara Papua dengan jarak yang sama.

“Dari pantai Sumatera mungkin jaraknya sekitar 200-250 km di laut lepas. Kemudian di Laut Jawa jaraknya juga sekitar sama dan menerus sampai ke Bali sampe ke arah timur, kemudian ada di sisi utara Papua, dan itu ada juga dari sumber tumbukan pasifik ya, yang tadi saya sebutkan di awal lempeng Eurasia dan Indo-Australia,” ucapnya.

Rahmat mengatakan gempa megathrust bisa saja menimbulkan potensi tsunami. Namun sampai saat ini megathrust itu belum bisa diprediksi kapan terjadi. Dia mengingatkan warga di sepanjang jalur pertemuan tektonik untuk selalu siaga.

“Itu adalah ancaman riil, ancaman nyata yang bisa terjadi dan kalau itu kekuatannya besar dan sumber gempanya dangkal, tentunya bisa segitu memungkinkan terjadinya tsunami,” katanya.

“Sehingga masyarakat di sepanjang jalur pertemuan lempeng tektonik, itu selalu siaga karena memang sebuah ancaman yang riil dan sampai hari ini belum ada teknologi apa pun yang mampu memprediksi gempa terjadi. Sehingga dimohon kebijaksanaan masyarakat memahami bencana di daerah masing-masing,” tuturnya.

(Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini