SERANG– Cagar budaya rumah Dinas Multatuli alias Eduard Douwes Dekker tampak terbengkalai karena tidak terurus. Rumah itu berlokasi di lahan parkir RSUD dr. Adjidarmo di Jalan Iko Jatmika 1, Rangkasbitung.
Rumah penulis buku Max Havelaar itu dibangun pada abad 19 dan sempat dijadikan rumah sakit pada tahun 1952.
Rumah itu digunakan Multatuli ketika ia menjabat sebagai asisten residen di Kabupaten Lebak. Kini bangunannya tampak tidak terurus, di bagian luar tampak pintu-pintu sudah hilang dan halaman depan dipenuhi rumput liar.
Kondisi dalam rumah juga tidak lebih baik. Tembok dalamnya tampak lembab, ubinnya juga terlihat berlumpur dan becek. Sampah juga ditemukan berserakan di dalam rumah. Beberapa ruangan juga terlihat digunakan sebagai gudang menyimpan tumpukan karung
Di halaman depan rumah terpampang 3 plang. Salah satunya plang yang bertuliskan “Cagar Budaya” yang menandakan rumah tersebut sebagai situs cagar budaya dan dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Namun plang tersebut tampak bengkok dan sudah berkarat.
Karena berada di area parkiran, beberapa motor tampak parkir di area rumah Multatuli.
“Ga ada larangan juga, ga pernah ditegur lagian kalau kepenuhan doang (parkir di area rumah),” kata salah satu pengunjung rumah sakit bernama Udin.
Walau tak terurus, rumah itu masih kerap didatangi turis asing maupun dijadikan tempat penelitian oleh dosen dan mahasiswa.
“Sering, waktu itu ada bule sama dari UI penelitian di situ,” kata salah satu satpam rumah sakit yang tidak ingin disebutkan namanya.
Ia juga menuturkan bahwa sejak bekerja sebagai satpam, dirinya tidak pernah melihat rumah itu dilakukan perawatan rutin dari dinas terkait.
“Dari 2013 udah gini, ga pernah liat sih (Perawatan),” imbuhnya.
Lokasi rumah itu hanya berjarak kurang lebih 1 kilometer dari Museum Multatuli yang berlokasi di samping Alun-Alun Rangkasbitung. Di sana juga dipamerkan tegel atau ubin dari rumah dinas Multatulli yang sempat dibawa ke Belanda oleh Arjan Onderdenwijngard. Ubin itu kemudian dibawa kembali oleh Bupati Lebak Itu Octavia Jayabaya dan sejarawan Bonnie Triyana untuk disimpan di Museum Multatuli pada tahun 2016.
(Dra/red)