Beranda Peristiwa BMKG Klaim Seluruh EWS Tsunami di Perairan Banten Berfungsi

BMKG Klaim Seluruh EWS Tsunami di Perairan Banten Berfungsi

Petugas BPBD Provinsi Banten memantau kegempaan di monitor di Pusdalops BPBD.(Mir/BantenNews.co.id)

SERANG – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Klas 1 Tangerang memastikan seluruh Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini tsunami di Banten tetap berfungsi. Hal itu menanggapi hasil temuan Badan Penanggulangam Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten terkait adanya beberapa alat EWS berupa sirine tsunami mengalami kerusakan.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang Urip Setiyono mengatakan, sistem peringatan dini tsunami BMKG masih berfungsi secara normal. Dirinya beralasan, EWS merupakan rangkaian dari hulu ke hilir.

Urip menjelaskan, sistem peringatan dini Sendiri dimulai berdasarkan pengamatannya, memproses data hingga didesiminasikan ke masyarakat.

“Sistem peringatan dini itu terdiri dari komponen struktur dan kultur kepada masyarakat. Yang menangani kultur adalah pemerintah daerah. BMKG ada di komponen struktur, artinya kita menyiapkan infrastrktur sehingga kita dapat mencermati dan disebarkan ke masyarakat,” jelas Urip saat dihubungi, Jumat (2/10/2020).

Terkait sirine yang rusak, menurut Urip, hal tersebut merupakan dari sistem peringatan dini dari komponen kultur. Artinya, kewenangan soal sirine di luar tanggung jawab BMKG.

“Bagian dari kultur artinya masyarakat, alat untuk pemberitahu supaya masyarakat bisa evakuasi itu ada di komponen kultur. Sedangkan yang melingkupi masyarakat itu pemerintah setempat karena BMKG adalah memberi warning ke stakeholder,” ujarnya.

Urip memaparkan, komponen struktur terdiri atas tiga yang pertama yaitu monitoring gempa. Gempa diamati karena menjadi penyebab tsunami yang terbesar. Di Banten alat monitoring berjumlah 10 unit dan seluruhnya dalam kondisi berfungsi.

“Kalau peringatan dini tidak bisa sepotong-sepotong. Alat monitoring gempa total ada 10 alat di Banten dan sekitarnya mulai dari Serang, Wanasalam hingga Tangerang. Kondisi alat on semua,” paparnya.

Selanjutnya yang kedua adalah alat bernama akselero untuk mengukur kekuatan dan peta guncangan gempa. Di Banten terdapat 12 unit akselero dan juga seluruhnya dalam kondisi berfungsi. Selanjutnya, intensiti meter yang melengkapi fungsi akselero dengan jumlah alat sebanyak 28 unit dan seluruhnya berfungsi 100 persen.

 

“Monitoring air laut itu di Ciwandan, Marina Jambu dan Binuangeun juga on semua. Alat pengolahan on, sistem prosesing masih beroperasi,” katanya.

Sistem peringatan dini ketiga, lanjut Urip, adalah diseminasi. Cara kerjanya, gempa yang sudah dianalisis dan telah diolah lalu dikirimkan ke pemangku kepentingan adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), media massa dan TNI/Polri.

“Warning resistor system (WRS) di Banten ada empat kondisinya on semua. Lalu ada WRS new gen yang selama ini tidak ada feedback itu. Artinya enggak feedback biasanya baik-baik saja. Dari sistem monitoring pengolahan sampai diseminisasi BMKG adalah dalam kondisi baik,” ujarnya.

Dirinya juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik atas isu potensi tsunami yang beredar belakangan ini.

Seperti diketahui, Tim Riset Institut teknologi Bandung (ITB) menggelar penelitian terkait potensi tsunami. Hasilnya, mereka mengungkapkan kemungkinan terjaidnya tsunami setinggi 12 hingga 20 meter.

Riset menggunakan data gempa dari katalog BMKG dan katalog Internasional Seismological Center itu menunjukkan adanya zona memanjang di antara pantai selatan Pulau Jawa dan Palung Jawa. Oleh karenannya, masyarakat di sepanjang pantai selatan Jawa. (Mir/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini