Mayoritas orang mengira bahwa menjadi mahasiswa ilmu komunikasi berarti sudah dipastikan bahwa mereka pandai berbicara, percaya diri, dan berani tampil di depan umum. Namun kenyataannya tidak begitu, beberapa mahasiswa ilmu komunikasi mengaku merasa kesulitan untuk berbicara di depan umum. Terlebih lagi dari tugas presentasi yang tak ada habisanya, menjadi kewajiban untuk “tampil” di kelas justru membuat tekanan pada diri karena menuntut diri untuk menjadi komunikator yang sempurna.
Public Speaking: Hal yang seharusnya menjadi keterampilan dasar justru menjadi beban terpendam.
Jurusan ilmu komunikasi pasti memiliki tugas yang berkaitan dengan public speaking, banyak, justru. Mulai dari presentasi, news reading, membuat video, hingga perssuassive speech. Semuanya membuat mahasiswa harus berani tampil di depan publik, termasuk teman-teman sekelas, dosen, bahkan masyarakat luar kampus.
Walaupun tugas-tugas ini memang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa, terkadang tugas-tugas ini bertransformasi menjadi tuntutan untuk tampil sempurna sehingga menjadi bebas psikologis. Banyak mahasiswa yang ingin tampil sempurna. Mulai dari gestur tubuh, intonasi, ekspresi, dan menghindari kegugupan.
Tuntutan ingin sempurna itulah yang menjadi bebas bagi para mahasiswa. Hal itulah yang memengaruhi kecemasan sosial yang bisa menggangu.
Komunikasi Pasif: Sebuah Solusi yang Justru Menormalisasikan Rasa Tidak Percaya Diri
Gaya komunikasi pasif merupakan sebuah strategi untuk menghadapi kecemasan yang ditemukan pada beberapa mahasiswa yang takut dievaluasi negatif oleh teman atau dosen (Sari, 2022).
Disamping membuat mahasiswa merasa aman dari pikiran negatif tentang pandangan orang-orang, gaya komunikasi pasif ini justru membuat diri kita tidak berkembang dalam hal sosialisasi. Selain itu, pola komunikasi yang tidak jelas dapat menimbulkan salah paham dalam interaksi sosial. Kebiasaan menghindari situasi yang memicu kecemasan pun dapat membuat kecemasan sosial semakin kuat dan menghambat perkembangan keterampilan komunikasi mereka.
Pola Pikir Negatif Sebagai Masalah Utama
Kecemasan sosial yang lebih rendah saat tampil di kelas (Faradisa, 2016). Pola pikir positif pada mahasiswa memengaruhi cara mereka memahami berbagai situasi akademik yang menuntut keberanian, seperti ketika harus melakukan presentasi atau berpartisipasi dalam diskusi kelas.
Mahasiswa yang memiliki pola pikir semacam ini cenderung melihat aktivitas tampil di hadapan orang lain sebagai sesuatu yang normal, bukan sebagai kondisi yang langsung dianggap berpotensi menimbulkan penilaian buruk. Pandangan tersebut membantu mereka mengendalikan ketegangan yang muncul, sehingga tanda-tanda kecemasan sosial yang dirasakan biasanya lebih rendah.
Dampak Kecemasan pada Kehidupan Akademik
Kecemasan sosial tentu saja membawa dampak besar bagi perilaku di sosial. Mereka cenderung akan menarik diri dari perhatian sekitar dan lebih memilih untuk memendam perasaan dan opini yang sangat memengaruhi kehidupan akademik mereka.
Kekhawatiran mahasiswa ilmu komunikasi yang memiliki kecemasan sosial akibat tekanan public speaking semakin meningkat mengingat ini akan memengaruhi kehidupan akademik, yang tentu saja akan menurunkan performa akademik yang membuat mahasiswa menghindari organisasi kampus, mengurangi kepercayaan diri, serta stress berkepanjangan. Jika dibiarkan, kecemasan ini dapat menghambat perkembangan mahasiswa sebagai calon komunikator profesional.
Solusi: Pengembalian Rasa Percaya Diri
Sebagai dasar bagi kehidupan mulai dari satu inci pergerakan manusia, pikiran berperan penting untuk mengatasi kecemasan sosial. Mahasiswa perlu mengubah pola pikir yang selalu ingin berlindung di zona nyaman.sangat penting untuk mulai mendobrak pintu dunia baru.
Menurut Mark Manson dalam bukunya yang berjudul “Seni Bersikap Bodo Amat” sebagai manusia yang jelas tidak mungkin menjadi sempurna, dia menegaskan beberapa hal yang harus manusia lakukan:
1. Fokus pada hal-hal yang penting
2. Terima ketidaksempurnaan diri
3. Jangan berusaha dipandang baik oleh semua orang
4. Pilih nilai yang lebih sehat untuk dipedulikan
5. Hadapi ketakutan, jangan dihindari
6. Bertanggung jawab atas reaksi diri sendiri
7. Sadari bahwa rasa cemas tidak menentukan nilai diri
Solusi: Bangkit Kembali dan Sadari kekurangan diri
Segala sesuatu itu perlu proses, termasuk memperbaiki kecemasan sosial, setelah mahasiswa berhasil memperbaiki dari dalam, maka sebaiknya mereka lanjut untuk berlatih agar menjadi lebihi baik.
Melatih public speaking secara bertahap mulai dari berbicara di depan cermin, Latihan di depan teman dekat, kemudian meningkat ke kelompok kecil contohnya di kelompok kecil, kemudian di kelas lalu kedepannya bisa berkembang untuk berani public speaking di depan masyarakat luar.
Penutup
Kecemasan sosial yang muncul akibat public speaking merupakan tantangan nyata bagi mahasiswa ilmu komunikasi. Meskipun presentasi adalah bagian penting untuk perjalanan akademik mereka, tekanan untuk selalu melakukannya dengan benar memunculkan beban psikologi yang tak disadari. Dengan dukungan pola pikir yang sehat serta strategi pengelolaan kecemasan yang tepat, mahasiswa akan bisa membangun kepercayaan diri dan meningkatkan kemampuan public speaking. Akhirnya kemampuan menjaga pola pikir dan strategi pengelolaan kecemasan yang tepat akan membawa mahasiswa ilmu komunikasi menjadi komunikator yang lebih baik sehingga membantu mereka menghadapi dunia akademik dan professional juga tampil tanpa kecemasan yang berlebihan.