Beranda » Tikus Berdasi Pemakan Habis Uang Pribumi

Tikus Berdasi Pemakan Habis Uang Pribumi

Ilustrasi - Kartun Kontan Benny Rachmadi

”Hari hari tanpa uang memang hampa tetapi bagaimana jadinya jika hari hari dipenuhi dengan banyaknya uang hingga lupa diri, orang lain bahkan dunianya. Negara ini cukup banyak drama serta konspirasi sehngga tidak akan terduga duga akan apa yang terjadi. Pejabat semakin kaya raya , rakyat kecil semakin menderita. Mirisnya
Gemuruh langit dan terpaian angin pun kalah dengan problematika di negara ini, tidak akan ada habisnya dan tidak akan ada ujungnya untuk menerpa badai tersebut, hanya akan ada perdebatan demi perdebatan, rakyat memang sudah terbiasa dengan hal ini dan sudah tak diragukan lagi. Marah tentu, namun apa daya jika hanya di anggap perbantahan biasa.
Memanipulasi hal hal yang tidak masuk di akal, sungguh merisaukan . Bagaimana tidak sudah menjadi kebiasaan yang sudah lama oleh politikus untuk menutup rapat kinerjanya, entah karena mereka tidak ingin diketahui oleh publik atau memang sudah ada hukum yang mengatur. Rumit.

“ Jadi selama ini pemerintah kerja nya apa toh” Ujar Ramlan ( Mahasiwa Semester 1)
“loh kok tanya aku koe mas” Jawab Udin
Di sela sela tayangan berita di televisi , diselingi dengan perbincangan hangat
“ Kalau dilihat lihat ya mas, jadi pejabat tuh berat loh. Semua ditanggung sama mereka “ Buka Udin
“kalo aku nih ya, biasanya aja lagi pula itu kan kerja mereka”
“oh heeh juga ya”
“yae emang benar, ngomong ngomong kamu punya cita cita menjadi anggota pejabat negara?
“tentu, siapa sih yang gamau kalo menjadi bagian inti dari negara, sudah uangnya banyak tahtanya tinggi, fasilitasnya banyak, wah senangnya”
“ha ha ha…..”tawa yang tidak bisa di tahan ramlan akhirnya lepas diiring dengan Udin yang kebingungan
“kenapa ketawa , kan aku lagi ga ngelawak”
“lucu aja, hahahaha…, kamu seperti anak kecil yang menganggap semuanya instan, nih ya aku kasih tau ke kamu. Jadi pejabat tuh memang enak unya kekayaan, tahta, bahkan asuransi,tapi.. apa kamu tau di belakangnya mereka ngapain?”
“ya kerja untuk masyarakat lah” jawab Udin dengan pedenya
“ hahahah… benar sih. Yang kita tahu hanya itu saja bekerja untuk negara ini, tetapi banyak aspek yang membuat negara ini ga maju, yaitu masih banyak tikus berdasi”
“maksudnya koruptor?”
“nah betul banget, anggaran yang seharusnya di salurin sepenuhnya keppada masyarakay malah di selipin di saku mereka, lalu habisitu seolah olah tidak terjadi apa apa”
“loh, kamu tahu darimana itu semua?”
“makanya kalo nonton berita itu jangan setengah setengah, kita harus mencari tahu detailnya lagi dari beberapa pakar “
“heheh iya juga sih, coba ah akum au cari contoh kasusnya” sambil membuka hp nya
“sok atuh”
Dilihat olehnya kasus bantuan sosial yang ditilap oleh salah satu anggota kementrian sosial budaya
“ini nih liat” sambil menyodongkan hp nya keppada Ramlan
“ya kan…, benar apa kataku itulah salah satu diantara berpuluh puluh pejabat korupsi”
“ga nyangka banget ya setega itu pejabat apa ga cukup gitu kekayaan yang melimpah ruas gitu “ berbicara dengan nada yang penuh emosi
“ sabar sabar ini belum seberapa, nanti kalo kamu mengulas lebih jauh, kamu akan lebih banyak mengena ini” dengan menepuk nepuk punggung belakang Udin mencoba menenangkan
“kalo tahu seperti ini aku jadi enggan untuk menjadi bagian dari negara” sambil berdecak
“asal kamu bisa menjalankan wewenang dengan baik apa salahnya, toh ya nnti Ketika kita sudah dewasa dan masuk dunia kerja kita akan berpkir sesuai realita dan bisa saja sekarang kita kontra dan 4 atau 5 tahun lagi kita pro pejabat “
“ aku si teguh pada pendirian”
“kamu aja masih labil dari pemikiran kamu tadi hahahah”
“hehehee jangan gitu dong aku malu”
“oh iya apakamu tahu kalua hukum di Indonesia bisa dibeli?” Ucap Ramlan dengan semangat
“hah..?!!!” satu nafas dari Udin yang terkejut atas pertanyaan Ramlan
“biasa aja pak, iya sudah jadi tradisi di negri tercinta ini”
“sebentar, aku masih gapaham apa kata kamu”
“jadi, ibaratkan hukum tidak berlaku bagi mereka yang mempunyai uang”
“jadi selama ini…”
“suuttttt, hati hati nanti ada tukang bakso lewat” sambil menutupi mulutnya sendiri dengan telunjuk
“ eh iya, waduh kalo kita bahas ini lebih lanjut gaakan kelar sampai tiba anak cucu”
“emang ga akan ada habisnya “
“itu kenapa kita harus memperbaiki dan menjunjung tinggi Pancasila agar kita tidak terjerumus ke permasalahan yang sama, dan betul tadi kita harus teguh pada pendirian”
“yess akhirnya perkataan ku ada benarnya juga “
“hahahahah….”

Usai ber bincang bincang mereka melanjutkan kegiatan menonton berita di televisi milik Udin, dan dengan asik nya sambil menuntas pembicaraan tentang problematika di negri tercinta ini.

Bagikan Artikel Ini