Opini Publik: Menjaga Jati Diri Bangsa di Tengah Arus Budaya Global

Di tengah derasnya arus globalisasi, batas-batas budaya semakin kabur. Budaya asing masuk begitu cepat melalui internet, media sosial, musik, film, dan mode kehidupan. Hal ini membuka peluang pertukaran informasi dan pengetahuan yang luar biasa, namun juga menimbulkan tantangan besar bagi bangsa Indonesia dalam mempertahankan jati diri nasional.

Jati diri bangsa Indonesia terbentuk dari nilai-nilai luhur seperti gotong royong, sopan santun, rasa hormat terhadap orang tua, dan keberagaman yang menyatu dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Sayangnya, nilai-nilai ini mulai tergerus oleh pengaruh budaya luar yang belum tentu selaras dengan kepribadian bangsa. Fenomena individualisme, budaya instan, bahkan lunturnya nasionalisme perlahan mulai tampak dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan generasi muda.

Namun, mengadopsi budaya global bukan berarti harus kehilangan identitas. Budaya luar dapat dipelajari dan diambil manfaatnya, selama tidak mengikis akar budaya kita sendiri. Yang diperlukan adalah sikap selektif dan bijak. Kita perlu menyaring informasi dan nilai asing dengan prinsip: “ambil yang baik, buang yang buruk”.

Dalam menghadapi tantangan ini, peran pendidikan sangat vital. Sekolah harus menjadi benteng nilai kebangsaan, bukan hanya tempat mengejar prestasi akademik. Pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai Pancasila, kebudayaan lokal, dan sejarah perjuangan bangsa harus diperkuat. Selain itu, media massa dan konten digital lokal juga perlu lebih aktif menyajikan konten yang mencerminkan kepribadian bangsa secara kreatif dan menarik.

Lebih dari itu, tokoh masyarakat dan publik figur memiliki peran penting sebagai panutan. Ketika publik melihat tokoh-tokohnya bangga menggunakan produk lokal, berbicara bahasa Indonesia yang baik, atau mempromosikan seni dan budaya daerah, maka semangat mencintai jati diri bangsa akan tumbuh lebih kuat.

Menjaga jati diri bangsa di era global bukan berarti menolak perubahan, tetapi menegaskan siapa kita di tengah dunia yang terus berubah. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang mampu berdialog dengan dunia, namun tetap teguh berdiri di atas fondasi budayanya sendiri.

Penulis : Muhamad Rahmatullah

Angga Rosidin S.I.P., M.A.P

Zakaria Habib Al-Ra’zie S.I.P , M.Sos.

(Program Studi Administrasi Negara, Universitas Pamulang- Serang)

Bagikan Artikel Ini