Opini Publik : Lingkungan Rusak, Masa Depan Retak: Saatnya Publik Bersikap

Lingkungan kita sedang tidak baik-baik saja. Mulai dari polusi udara di kota-kota besar, deforestasi di hutan-hutan tropis, hingga sampah plastik yang memenuhi lautan. Tapi yang lebih mengkhawatirkan: masih banyak orang yang bersikap seolah ini bukan masalah mereka.

Krisis lingkungan bukan cuma soal cuaca panas atau hujan tak menentu. Ini soal hidup mati generasi sekarang dan mendatang. Namun, kesadaran publik terhadap isu ini masih lemah. Buktinya, kita masih melihat warga membakar sampah sembarangan, perusahaan yang membuang limbah ke sungai, dan kebijakan yang lebih berpihak pada investasi jangka pendek daripada keberlanjutan jangka panjang.

Mengapa publik seolah diam?

Pertama, banyak orang merasa tidak punya kuasa. Mereka berpikir, “Saya hanya satu orang. Apa pengaruhnya?” Padahal perubahan besar selalu dimulai dari individu. Konsumsi yang sadar lingkungan, suara di media sosial, hingga tekanan publik terhadap kebijakan pemerintah—semuanya bisa dimulai dari satu orang yang peduli.

Kedua, informasi soal krisis lingkungan masih belum jadi bagian dari arus utama. Media lebih suka membahas drama politik atau selebritas ketimbang kualitas udara atau krisis air bersih. Akibatnya, kesadaran publik tumbuh lambat, bahkan di kalangan terdidik.

Ketiga, ada semacam “fatigue” atau kelelahan informasi. Terlalu sering melihat berita buruk soal lingkungan membuat sebagian orang memilih untuk menutup mata. Ini wajar, tapi berbahaya. Kalau semua orang lelah dan berhenti peduli, siapa yang akan memperjuangkan perubahan?

Solusinya bukan hanya soal edukasi, tapi juga soal narasi. Kita butuh cerita-cerita yang menginspirasi, bukan hanya yang menakutkan. Cerita tentang komunitas yang berhasil mengelola sampah organik, petani yang beralih ke metode ramah lingkungan, atau sekolah yang mengajarkan anak-anak mencintai alam sejak dini.

Pemerintah juga harus lebih transparan dan berpihak pada lingkungan. Tapi tekanan agar itu terjadi hanya bisa datang dari publik yang sadar dan bersuara. Kita harus berani menuntut, mengkritisi, dan mengawal kebijakan yang menyangkut kelestarian lingkungan.

Lingkungan bukan isu sampingan. Ia adalah fondasi dari semua isu lainnya—kesehatan, ekonomi, pendidikan, bahkan keamanan. Kalau bumi rusak, semua ikut goyah.

Kini saatnya publik tidak lagi diam. Saatnya kita sadar, peduli, dan bertindak. Mulai dari hal kecil: kurangi plastik, hemat listrik, suarakan pendapat, dan dukung kebijakan hijau. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?

Penulis : Tegar Trihadi

Angga Rosidin S.IP.,M.AP

Bagikan Artikel Ini