Beranda » Musikal Keong Mas Teater Keliling dalam program Indonesian Folktales to the next level

Musikal Keong Mas Teater Keliling dalam program Indonesian Folktales to the next level

Sumber foto : Dokumentasi Penulis

Seni pertunjukan merupakan karya seni yang melibatkan tingkah laku yang dibuat individu atau himpunan di tempat dan saat tertentu. Pertunjukannya melibatkan empat unsur : Waktu, Ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton. Seni pertunjukan disajikan dalam bentuk pentas seni dengan tujuan memberikan hiburan. Di sisi lain, seni pertunjukan juga merupakan ungkapan budaya, wahana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya, norma-norma estetik-artistik sesuai perkembangan zaman.

Menurut Sumardjo dalam buku Seni Pertunjukan Indonesia (2001:2), seni pertunjukan adalah kegiatan di waktu senggang yang berarti kegiatan di luar jam-jam kerja mencari makan. Selain itu masih dalam buku yang sama, seni pertunjukan pun berbeda dengan cabang-cabang seni yang lain. Sebab, seni pertunjukan bukanlah seni yang membenda. Sebuah seni pertunjukan dimulai dan selesai dalam waktu tertentu dan tempat tertentu pula, sesudah itu tak ada lagi wujud seni pertunjukan.

Sedangkan kritik seni sendiri adalah kegiatan menanggapi karya seni untuk menanggapi kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Salah satu keterangan kelebihan dan kekurangan ini untuk menilai kualitas dari sebuah karya. Fungsi utama dari kritik seni adalah menjembatani persepsi dan apresiasi karya seni antara seniman, karya dan penikmat seni. Drama musikal keong mas merupakan salah satu rangkaian dari Indonesian Folktales to the next level, program Teater Keliling yang mencoba mementaskan 8 cerita rakyat dari 8 pulau besar yang ada di Indonesia. Musikal keong mas merupakan cerita kedua yang diadaptasi setelah menampilkan Musikal Calon Arang.

Drama Musikal ini juga mengandung banyak unsur seni dengan menggambungkan beberapa seniman dari mulai penari, aktor, aktris, penyanyi, hingga atlet bela diri.
Teater keliling, berdiri sejak tanggal 13 Februari 1974 didirikan oleh Ir. Dery Syrna, Rudolf Puspa, Buyung Zasdar dan Paul Pangemanan yang didukung oleh tokoh teater lainnya seperti seniman Jajang C.Noer, Saraswaty Sunindiyo, Ahmad Hidayat, Willem Patirajawane Syaeful Anwar serta RW Mulyadi. Teater keliling sudah melakukan lebih dari 1600 pementasan di seluruh provinsi di Indonesia serta 11 negara di dunia. Pada tahun 2010, memecahkan Rekor Muri sebagai Teater dengan pementasan terbanyak yaitu lebih dari 1600 pementasan.

Hal ini yang membuat penulis ingin memberikan apresiasi dalam sebuah kritik kelebihan dan kekurangan, guna memberikan dukungan dan harapan agar di masa yang akan datang para seniman dalam pementasan drama ini semakin berkembang dan semakin mengasah kemampuannya, hingga pada akhirnya dapat memberikan buah kemajuan bagi dunia pertunjukan teater Indonesia.
Teater Keliling dalam pertunjukan Musikal keong mas telah menghadirkan unsur seni yang lengkap, seni pertunjukan teater, musik, tari dan bela diri. Sejak awal pementasasn telah menghadirkan tarian dengan musik khas Indonesia, membawa penikmat pertunjukan tersebut sampai pada latar yang dimaksud. Pertunjukan drama musikal tersebut juga menggunakan latar panggung yang baik, sesuai dengan suasana dan keadaan. Ketika menggunakan latar kerajaan, hutan, bahkan rumah penyihir pun, penonton seperti diajak pada latar yang sesungguhnya dan sangat sesuai dengan cerita.

Dalam tata rias dan kostum dapat dikatakan sangat bagus dan sesuai dengan masing-masing karakter, kelengkapan properti juga menandakan keseriusan dan kemapanan dalam mengadakan pertunjukan ini. Alunan musik dan lagu yang diciptakan sangat sesuai dengan judul pertunjukan tersebut, dan permainan dari tata cahaya menambahkan kesan dramatik dalam pertunjukannya. Selain itu para aktor dan aktris pemain lakon masing-masing memiliki karakter yang kuat dan menjiwai tokoh yang diperankan, membawa penonton ikut dalam suasana pertunjukan drama musikal keong mas Teater Keliling.
Pada pertunjukan Drama Musikal Keong Mas oleh Teater Keliling, kebanyakan dalam pertunjukan tersebut menggunakan dialog bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan latar yang diceritakan, pada dasarnya kisah keong mas tersebut terjadi pada masa kerajaan Daha, jauh beberapa abad silam, seharusnya menggunakan dialog dengan bahasa yang sesuai dengan latar waktu tersebut. Barangkali ingin memberikan sedikit kemudahan bagi para pemeran dalam menghafal teks naskah, atau bisa juga ingin dapat dimengerti oleh setiap kalangan penonton, maka dari itu menggunakan bahasa sehari-hari yang cenderung kurnag pas, padahal bila menggunakan bahasa Indonesia yang sedikit baku dengan menyesuaikan latar waktu tersebut, kiranya akan lebih menarik dan sesuai.

Selain itu, terdapat pula beberapa koreografi tari yang ditayangkan seperti terlalu menumpuk, cenderung menghalangi pemeran utama yang berada di belakangnya. Barangkali ukuran panggung terlalu kecil untuk menggunakan tarian yang membutuhkan beberapa orang.
Pertunjukan Drama Musikal Keong Mas oleh Teater Keliling ini memberikan penampilan seni pertunjukan yang sangat baik, sesuai dengan unsur-unsur seni pertunjukan serta sebagai ajang menjadikan dongeng nusantara sebagai kekayaan yang patut dilestarikan, selain itu memberikan banyak sekali pesan positif terhadap penonton dan juga pemeran.

Kritik bukan hanya bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan khasanah seni, melainkan juga dapat memacu kreatifitas seniman dan meningkatkan daya apresiasi khalayak luas. Semoga dapat dijadikan pemicu terlahirnya karya-karya terbaik pada waktu selanjutnya.

Bagikan Artikel Ini