Mahasiswa Akuntansi Unpam Ajarkan Inovasi Akuntansi Untuk Literasi Keuangan Anak Panti di Pamulang Mengusung Semangat Sociopreneurship dan Inovasi Digital “Lewat Bisnis Mini Misi Sosial”

MAHASISWA AKUNTANSI UNPAM AJARKAN INOVASI AKUNTANSI UNTUK LITERASI KEUANGAN ANAK PANTI DI PAMULANG

Mengusung Semangat Sociopreneurship dan Inovasi Digital Lewat “Bisnis Mini Misi Sosial”

Tiga mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Pamulang, yaitu Wati Alparini

(ketua), Encep Akbar, dan Nova Adriani Saragih, melaksanakan kegiatan Program Kreativitas

Mahasiswa (PKM) pada tanggal 24 Mei 2025. Kegiatan tersebut berlangsung di Yayasan

Aruna Surya Bestari, Pamulang, dan mengusung judul “Inovasi Akuntansi untuk Literasi.

Keuangan Pelajar”. Kegiatan ini dirancang dengan pendekatan Sociopreneurship dan Inovasi.

Digital yang dikemas secara menarik melalui konsep “Bisnis Mini Misi Sosial”.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memberikan ruang bagi anak-anak panti agar dapat memahami konsep dasar keuangan, usaha, dan nilai sosial sejak dini, namun dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan dunia mereka. Tim mahasiswa menyadari bahwa literasi keuangan seharusnya tidak hanya ditujukan kepada orang dewasa, tetapi juga perlu ditanamkan kepada anak-anak dengan pendekatan yang ringan, komunikatif, dan aplikatif.

Kegiatan disusun tanpa metode ceramah atau penyampaian materi yang berat, melainkan dalam bentuk diskusi santai dan permainan berpikir. Anak-anak diajak untuk menjawab berbagai pertanyaan yang merangsang kemampuan logika, kreativitas, dan empati. Misalnya, ketika mereka diberi pertanyaan seperti, “Kalau kamu dikasih modal 10 juta, kamu mau bisnis apa?”, sebagian besar langsung menunjukkan antusiasme. Beberapa dari mereka menyebut ingin membuka usaha minuman kekinian, sementara yang lain ingin mengembangkan usaha toko kue milik orang tua. Lebih dari sekadar ide usaha, anak-anak juga mampu membuat simulasi sederhana pembagian modal. Beberapa di antaranya menjelaskan rencana pembagian modal seperti pengusaha sungguhan: 50% untuk bahan baku, 30% untuk alat, 10% untuk promosi, dan 10% sebagai dana darurat. Mereka juga bisa menjelaskan cara promosi yang relevan dengan dunia mereka, seperti memanfaatkan media sosial, menyebarkan informasi dari mulut ke mulut, dan menggunakan testimoni teman.

Pemahaman mereka terhadap konsep aset pun cukup mengesankan. Beberapa anak dapat menyebutkan bahwa aset adalah segala sesuatu yang bernilai, mulai dari perlengkapan, peralatan, hingga rumah. Saat diberikan skenario sosial seperti konflik pembagian hasil kerja kelompok, mereka menjawab dengan sangat bijak bahwa komunikasi dan kesepakatan di awal merupakan kunci untuk menghindari masalah. Ketika ditanya tentang tujuan berbisnis, mereka tidak hanya menyebut keuntungan sebagai motivasi utama, tetapi juga menyampaikan keinginan untuk membantu orang lain, memperbesar modal, serta mengajak teman lain untuk berkembang bersama.

Selama kegiatan berlangsung, suasana tampak sangat hidup. Anak-anak berani menyampaikan ide, saling memberi masukan, dan tidak ragu untuk berpikir out of the box.

Tidak ada yang merasa takut salah. “Yang penting mereka berani berpikir dan berbicara. Kita hanya membuka ruangnya saja,” ujar Nova. Kegiatan ini mendapatkan sambutan yang sangat baik dari pihak yayasan. Pak Hendri, selaku ketua Yayasan Aruna Surya Bestari, menyampaikan bahwa kegiatan tersebut membuat anak-anak lebih memahami tentang keuangan dan bisnis, namun dengan cara yang menyenangkan dan tidak membosankan. Ia berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan di waktu-waktu mendatang.

Tim pelaksana berharap bahwa kegiatan ini dapat menjadi langkah awal dari gerakan literasi keuangan yang lebih luas. Mereka ingin agar program serupa tidak berhenti di satu tempat saja, melainkan bisa dilaksanakan di sekolah-sekolah lain, panti-panti asuhan, maupun

komunitas yang membutuhkan. Harapannya, akan semakin banyak generasi muda yang sadar pentingnya pengelolaan uang, memiliki keberanian untuk berwirausaha, dan punya tekad untuk memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. “Akuntansi itu bukan cuma tentang angka, tapi tentang alat untuk membentuk kemandirian dan memberi manfaat,” tutup Encep.

Tim Kegiatan

Wati Alparini Encep Akbar Nova Adriani Saragih

  • Mahasiswa Akuntansi, Universitas Pamulang
Bagikan Artikel Ini