Author: Rizky Alfan

Dominasi Manchester City Membuat Liga Inggris Berasa Liga Petani

Selama bertahun-tahun, Liga Premier Inggris dikenal sebagai Liga terbaik dan paling kompetitif di seluruh dunia, hampir semua tim yang bermain di Liga Premier Inggris merupakan tim-tim dengan nama besar serta sejarah panjang, Fakta tersebut semakin di perkuat dengan  para pemain yang berlaga di Liga Inggris yang berasal dari berbagai wilayah di penjuru dunia. Maka tidak heran jika ada ungkapan bahwa seorang pemain belum di katakan hebat jika belum pernah menunjukkan kehebatannya di tengah ketatnya persaingan Liga Premier Inggris. Namun sekian lama di kenal sebagai Liga paling kompetitif di dunia, karena tidak bisa di prediksi tim mana yang akan menjadi juara, baru-baru ini muncul sebuah rumor dimana Manchester City mulai mendominasi Sepakbola Inggris dibawah asuhan Pep Guardiola. Sejak diambil alih oleh milyarder asal Timur tengah yaitu Sheikh Mansour lebih dari satu dekade lalu, Manchester City memang mulai berkembang menjadi tim yang diperhitungkan, dengan gelontoran dana yang tidak terbatas The Cityzens mampu mendatangkan pemain-pemain incaran dan memenangkan banyak gelar. Terlebih lagi Manchester City saat ini di nahkodai oleh pelatih jenius asal Spanyol Pep Guardiola, sejak di tangani Pep Guardiola di tahun 2016, Manchester City telah memenangkan tiga gelar Liga Inggris dan kembali berpeluang memenangkannya di musim ini, dominasi Manchester City dalam 5 musim terakhir semakin memperkuat rumor Liga Inggris yang semakin berasa seperti Liga “Petani”, Istilah Liga “Petani” merupakan sebuah ejekan yang berasal dari kalangan penggemar Liga Inggris yang memandang kompetisi negara lain yang tidak kompetitif. Liga “Petani” biasanya akan memunculkan satu klub besar yang di jagokan sebagai calon juara meskipun kompetisi belum dimulai, Sebagai contohnya ada Bayern Munchen yang selalu mendominasi Bundes Liga Jerman selama 10 tahun terakhir, kemudian ada Paris Saint Germain (PSG) yang tampil dominan di Ligue 1 Prancis serta Juventus yang sempat merajai Liga Italia selama 9 musim sebelum performanya menurun. Sementara itu di Liga Premier Inggris umumnya persaingan akan dimulai dengan 4 hingga 5 tim yang berpacu di posisi teratas, namun Manchester City yang berpeluang mempertahankan gelar juara Liga Inggris musim ini membawa kekhawatiran jika Liga Inggris akan menjadi Liga “Petani” seperti Liga top dunia lainnya, apalagi di musim depan The Cityzens akan diperkuat oleh bintang muda Borussia Dortmund yang menjadi incaran banyak klub besar eropa Erling Haaland, dengan catatan 85 gol dalam 88 penampilan selama berseragam Dortmund, Haaland merupakan “Monster” mengerikan yang akan membuat lini serang Manchester City semakin tajam, saat ini Manchester City masih bertengger di puncak Klasemen dengan koleksi 89 poin dari 36 penampilan, The Cityzens unggul 3 angka dari pesaing terdekatnya yaitu Liverpool dan unggul 19 poin dari peringkat ke 3 Chelsea, meski hanya unggul 3 poin dari The Reds namun dominasi Manchester City dalam 2 pertandingan terakhir mereka semakin mempertegas jika tim asuhan Pep Guardiola merupakan tim terkuat di Inggris saat ini.

Sentuhan Magis Shin Tae Yong

Timnas Indonesia menunjukkan trend positif di Piala AFF 2020, Tim Garuda mampu menekuk perlawanan Timnas Malaysia 4-1 di Laga Pamungkas Grup B. Dengan hasil itu Timnas asuhan Coach Shin Tae Yong nyaman di puncak klasemen. Ditemani pasukan Nguyen Vietnam di posisi kedua, Indonesia lolos ke babak semi final dan bakal menantang tuan rumah Singapura. Namun sebelum itu kemenangan atas Malaysia patut kita rayakan sebentar, apalagi satu dekade belakangan Timnas Indonesia acap kali nyaris menang atas Malaysia terutama di laga penentuan, seperti melawan Malaysia di Kompetisi yang sama Tahun 2012 lalu Indonesia yang hanya membutuhkan hasil imbang untuk lolos menelan kekalahan, maka kemenangan di laga penentuan melawan Malaysia patut kita rayakan, Anak-anak Garuda tampil sangat ngotot dan penuh semangat ketika melawan Malaysia, walaupun tidak meyakinkan di awal babak pertama anak asuh Shin Tae Yong tak butuh peluit Half-Time untuk meyakinkan 250 juta penduduk bahwa hari itu Timnas Indonesia pasti menang. Kredit khusus patut kita berikan pada Shin Tae Yong, Beliau boleh di bilang sukses membuat para pemain tidak tremor ketika harus menghadapi musuh bebuyutan, dan hebatnya lagi di laga itu Coach Shin memakai formasi yang nyaris berbeda dari laga kontra Vietnam dan Kamboja, laga kontra Malaysia cukup mengejutkan Shin Tae Yong yang memakai formasi 4-4-2, ada dua pemain yang di duetkan di lini serang, Ezra Walian yang biasanya bersolo karir di posisi depan kala itu di dampingi oleh Witan Sulaiman, uniknya Witan adalah pemain yang berposisi sayap, dari itu Shin Tae Yong boleh jadi mengizinkan Ezra untuk tetap sesuai perannya yaitu mencari dan membuka ruang, sementara Witan punya tugas melakukan penetrasi ke jantung pertahanan Malaysia meski ditempatkan sebagai penyerang Witan bisa melebar ke samping. Hasilnya goal Irfan Jaya menit ke-36, melalui pergerakan tanpa bola Witan yang melebar ke sisi kiri pertahanan Malaysia mampu mengumpan tarik ke Irfan Jaya, pemain asal Bantaeng itu pun membayar lunas kesalahannya. Ini bukan kali pertama Shin Tae Yong Mengubah-ubah taktiknya, bahkan dari ke 4 laga di fase grup formasi yang dipasang Shin Tae Yong berbeda-beda, saat melawan Kamboja Shin Tae Yong memasang Skema 4-1-4-1, sementara ketika berjumpa Timnas Laos coach Shin memakai formasi 4-3-3  dan sangat offensif, dan terbukti Indonesia menang besar menghadapi Laos dengan skor 5-1. Ketika menghadapi Tim terkuat di Grup B, Shin Tae Yong mengubah lagi formasinya,  ia tahu kesebelasan Vietnam punya segala cara untuk membobol gawang Indonesia, maka dari itu pertahanan penuh dan mengaharapkan satu sudah cukup Shin Tae Yong pun memilih Skema 5-4-1. Dan terbukti tidak ada satu pun Goal yang bersarang di gawang Indonesia. Walaupun sering mengganti formasi paling tidak formasi yang diterapkan Shin Tae Yong sangat tepat, Pelatih ini memang sangat cerdas dalam mengukur kekuatan lawan sehingga bisa mempertimbangkan mana formasi yang cocok untuk di pakai. Sejauh ini hasil dan skema yang di inginkan Shin Tae Yong berjalan mulus, Shin Tae Yong memang pelatih yang rumit, apa yang ia katakan di media belum tentu ia terapkan di lapangan, dan memang seperti itulah pelatih kelas Piala Dunia, Indonesia beruntung mendapatkan Shin Tae Yong, ia punya visi yang bagus buat Timnas Indonesia. Semoga saja sekali lagi PSSI tidak ceroboh memecat Shin Tae Yong seperti halnya memecat Luis Milla.