Oleh Farid Fadulloh Alexandra Artourovna Yatchenko atau yang biasa kita kenal dengan Sasha Sloan adalah musisi asal Amerika serikat yang memulai debutnya melalui lagu phoenix sebagai featuring artist dari kaskade. Sasha Loan juga dikenal aktif menulis dan merilis lagu yang kemudian dinyanyikan oleh banyak penyanyi terkenal seperti Camila Cabello, Anne-Marie, hingga Katy Perry. Kepopuleran Sasha dimulai sejak ia merilis lagu Older yang dinilai relate dengan cerita banyak anak yang menjadi korban perpecahan rumah tangga orangtuanya. Rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang yang nyaman telah berubah menjadi ruang pertengkaran orangtua dan mengusik mental dan kenyamanan seorang anak. I used to shut my door while my mother screamed in the kitchen Aku biasanya menutup pintu saat ibuku berteriak di dapur I’d turn the music up, get high and try not to listen Aku putar musik keras-keras, dan mencoba untuk tak mendengarkan To every little fight, ’cause neither on was right Setiap pertengkaran kecil, karena tak ada yang benar I swore I’d never be like them Aku bersumpah aku tak akan pernah menjadi seperti mereka But I was just a kid back then Tapi aku hanyalah anak kecil waktu itu The older I get the more that I see Semakin aku tua semakin banyak yang aku lihat My parents aren’t heroes, they’re just like me Orangtua ku bukanlah pahlawan, mereka sama sepertiku And loving is hard, it don’t always work Dan mencintai itu berat, tak selalu berhasil You just try your best not to get hurt Lakukan yang terbaik agar kamu tak terluka I used to be mad but now I know Aku dulu marah tapi sekarang aku tahu Sometimes it’s better to let someone go Terkadang akan lebih baik membiarkan seseorang pergi It just hadn’t hit me yet Ini hanya belum mengenaiku The older I get Semakin aku tua I used to wonder why , why they could never be happy Aku dulu bertanya-tanya kenapa, kenapa mereka tak pernah bisa bahagia I used to close my eyes and pray for a whole another family Aku dulu menutup mataku dan berdo’a untuk semua keluarga lainnya Where everything was fine, on that felt like mine Dimana semuanya akan baik-baik saja, yang terasa sepertiku I swore I’d never be like them Aku bersumpah aku tak akan pernah menjadi seperti mereka But I was just a kid back then Tapi aku hanyalah anak kecil waktu itu Di bait pertama “aku lirik” merasa tertekan ketika sang ibunya berteriak. Ia memilih menutup pintu menutup telinga dan memperbesar suara musik agar tak mendengar pertengkaran orangtuanya. Aku lirik bersumpah tidak akan menjadi orangtuanya yang suka sekali bertegkar di rumah. Kekerasan verbal dan ketidaknyamanan yang ia alami membuatnya tertekan. Aku lirik menduga kemarahan orangtuanya mungkin disebabkan masalah pekerjaan, ekonomi dan sebagainya. Ia sadar bahwa orangtuanya hanya manusia normal yang bisa marah pada keadaan stres. Orangtuanya bukanlah pahlawan yang selalu ada untuk melindunginya melainkan bisa juga menyakitinya. Segala yang terjadi dalam hidup aku lirik membawa pada kesimpulan segala keputusan yang diambil akan kembali pada kita, termasuk keputusan untuk mencintai dengan risiko ditinggalkan dan diabaikan. Dari pengalaman itu aku lirik belajar bahwa tak ada yang sempurna dalam hidup ini, termasuk pilihan-pilihan di dalamnya. Bukan pilihan di mana dan harus hidup dengan siapa yang menjadikan hidup ini sempurna. Tapi menyadari dan melengkapi yang tak ada dari orang-orang tercinta yang menjadikan kehidupan sempurna justru dari kekurangannya. Yang sempurna adalah kepasrahan dan rasa syukur kita menerima segala tiba, kata Chairil Anwar. Penulis adalah mahasiswa STIE La Tansa Mashiro, Lebak, Banten.